Apa yang terjadi jika Seorang Pendekar Nomer satu ber-Reinkarnasi dalam bentuk Tahu Putih?
padahal rekan Pendekar lainnya ber-Reinkarnasi dalam berbagai bentuk hewan yang Sakti.
Apakah posisi sebagai Pendekar Nomer Satu masih bisa dipertahankan dalam bentuk Tahu Putih?
ikuti petualangan serunya dengan berbagai Aksi menarik dan konyol dari Shantand dan Tahu Ajaib nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzy Husain Bsb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden Warung Bu Pinah
Setelah menghabiskan Nasi bungkusnya, Shan-Tand baru ingat untuk memeriksa kertas pembungkus nya, dan..
Kecewa karena kertas pembungkus nya cuman kertas kosong biasa!
Namun, bukan hanya dirinya yang merasakan kekecewaan itu. Dari tempatnya duduk, ia masih bisa merasakan beberapa pasang mata yang sejak tadi mengawasinya. Mereka tampaknya menunggu seSuatu… dan kini, mereka juga ikut menahan napas kecewa.
"Tampaknya kita belum beruntung,” bisik salah satu dari mereka.
Shan-Tand menghela napas panjang, menatap kertas pembungkus nasi yang kini lemas di tangannya. “Jadi cuma kertas biasa…” gumamnya pelan.
Shan-Tand sedikit kecewa. Sejujurnya, ia tak benar-benar berharap, tapi tetap saja ada rasa penasaran bahwa mungkin saja nasib baik berpihak padanya.
Bhaskara,tetap bersikap santai. Namun, dari getaran halus yang ia rasakan, Shan-Tand tahu bahwa gurunya sudah menyadari ada yang tidak beres.
“Muridku, kita tidak boleh lengah,” suara Bhaskara terdengar di dalam benaknya. “Mereka belum menyerah.”
Shan-Tand menelan ludah. “Aku juga merasa begitu, Guru.”
Namun, kali ini bukan hanya kelompok bayangan yang mengintai mereka. Dari sudut matanya, ia bisa melihat para penjaga kerajaan yang tadi menangkap tiga pria berpakaian hitam juga menaruh perhatian padanya. Mereka tampak berpura-pura berbicara satu sama lain, tetapi Shan-Tand bisa merasakan bahwa topik pembicaraan mereka adalah dirinya.
Tiga pria yang tadi mengejarnya—yang disebut orang-orang sebagai Macan Hitam—tampaknya sedang melakukan negosiasi dengan para penjaga. Dan mendengar cara mereka berbicara, sepertinya mereka tidak hanya mencoba mendapatkan kebebasan mereka kembali, tetapi juga menawarkan sesuatu yang lebih besar.
“Dengar, kisanak,” suara salah satu dari mereka terdengar lirih namun tegas. “Kalian para penjaga tentu sudah mendengar desas-desusnya, bukan? Kertas pembungkus itu bukan kertas biasa. Kami tahu ada orang yang bersedia membayar harga tinggi untuk itu.”
Salah satu penjaga tampak menyipitkan mata. “Apa maksudmu?”
“Kami tahu kalian juga tertarik, bukan?” Suto berok si pria bercodet itu tersenyum miring.
“Bayangkan jika kalian bisa membawa sesuatu yang lebih dari sekadar tahanan. Sesuatu yang bisa membuat kalian naik pangkat... atau setidaknya, mendapatkan beberapa kantong emas.”
Para penjaga saling bertukar pandang.
Shan-Tand bisa melihat bagaimana salah satu dari mereka mengangguk tipis, lalu melirik ke arahnya.
Bhaskara, mengeluarkan getaran kecil yang hanya bisa dirasakan oleh muridnya. “Muridku, kita harus segera pergi.”
Shan-Tand mengeratkan genggamannya. Sekarang bukan hanya Macan Hitam yang mengincarnya—bahkan penjaga kerajaan pun bisa saja berubah menjadi ancaman.
Tanpa sepengetahuan mereka kertas pembungkus yang kosong tadi dia masukkan ke dalam labu tuak dan dia segera bergegas pergi.
Benar saja, ketika Shan-Tand memutuskan pergi beberapa orang mengikutinya dari belakang namun atas instruksi gurunya dia tetap bergegas menuju.. Warung Bu Pinah!!
Shan-Tand melangkah cepat menuju warung Bu Pinah, mengikuti instruksi gurunya yang tersimpan aman di dalam labu tuaknya. Ia tahu dirinya sedang diawasi, tapi tetap mempertahankan ekspresi tenang seolah tak menyadari kehadiran mereka yang mengikutinya.
Namun, saat tiba di warung, ia langsung dibuat terkejut. Warung Bu Pinah sudah penuh sesak! Hampir seluruh orang di kota tampaknya berkumpul di sana, dan setiap orang yang keluar dari warung membawa satu bungkus nasi.
"Wah, ada apa ini?" Shan-Tand berpura-pura bertanya pada seorang pria yang sedang mengunyah di depan warung.
"Heh, kau belum dengar? Katanya kertas pembungkus nasi dari warung ini bisa jadi barang berharga! Semua orang di sini mencoba peruntungan, berharap dapat sobekan kitab legendaris itu!" jawab pria itu sambil mengusap mulutnya yang masih belepotan kuah.
Shan-Tand langsung memahami situasinya. Jadi rumor itu sudah menyebar luas? Bahkan para penjaga kerajaan juga ikut mengantri di sini?
Matanya menyapu kerumunan, dan benar saja—di antara pembeli yang berdesakan, beberapa penjaga keamanan tampak berlagak mengatur situasi. Tapi kalau diperhatikan lebih seksama, mereka sebenarnya ikut mengantri dengan sabar… atau lebih tepatnya, menyelak antrian dengan dalih mengamankan warung!
"Hei, hei! Jangan dorong-dorong!" teriak salah satu pelanggan yang kesal saat seorang penjaga kerajaan tiba-tiba muncul di depannya dalam antrian.
Di dekat pintu warung, suami Bu Pinah—seorang pria bertubuh tegap dengan kumis tebal—menaikkan suaranya agar terdengar oleh semua orang.
"Dengar semuanya! Karena banyaknya pelanggan hari ini, mulai sekarang setiap orang hanya boleh membeli satu bungkus nasi! Tidak ada pengecualian! Jika ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku kalau kalian tidak dapat jatah!"
Suara pria itu langsung meredam keributan. Bahkan para penjaga yang sebelumnya seenaknya menyerobot antrian kini terpaksa mengikuti aturan dan menunggu giliran seperti yang lain.
Shan-Tand menyeringai kecil. Sepertinya membeli nasi bungkus kali ini akan jauh lebih sulit dari yang ia kira…
*****
KERIBUTAN DI WARUNG BU PINAH
Kerumunan masih penuh sesak ketika tiba-tiba… BRAKKK!!
Pintu warung terbanting keras hingga membuat beberapa pelanggan yang sedang mengantri terlonjak kaget. Dari arah pintu, seorang pria bertubuh tinggi besar berdiri dengan wajah sangar, kumis tebal, dan rambut panjang yang dikuncir ke belakang. Sorot matanya penuh keangkuhan, dan tubuh kekarnya memancarkan aura ancaman!
Dengan bajunya yang terbuka terlihatlah bulu-bulu kasar di dadanya yang bidang menambah angker.
Dia melangkah dengan penuh percaya diri, menatap tajam ke arah antrian yang berdesakan. Kemudian, dengan suara berat dan kasar, ia mengaum:
" Semuanya !! Aku, Warok Jangkrik, datang ke sini untuk beli nasi! Siapkan semua untukku! Aku bayar mahal!"
Suasana langsung gaduh. Orang-orang yang sedang mengantri mulai berbisik-bisik dengan wajah ketakutan.
"Warok Jangkrik?! Bukankah dia preman dari Gunung Merah?!"
"Ya Tuhan! Dia terkenal suka membuat onar dan menghajar orang tanpa alasan!"
Warok Jangkrik tertawa puas mendengar bisikan itu. Dengan langkah lebar, ia menerobos antrian, menyerobot tempat paling depan tanpa peduli dengan tatapan kesal orang-orang di sekitarnya.
"Hei, hei! Jangan seenaknya! Kami semua sudah antri sejak tadi!" teriak seorang pria bertubuh kecil di sampingnya.
DUAGH!
Tanpa banyak bicara, Warok Jangkrik langsung menghantam pria itu dengan kepalan tangan besarnya. Pria itu terjungkal dan tersungkur ke tanah, mengerang kesakitan!
"JANGKRIKK! Kalau ada yang berani protes, silakan maju!" bentak Warok Jangkrik sambil mengepalkan tinjunya.
Orang-orang mulai ketakutan. Beberapa melangkah mundur, tak ingin menjadi sasaran amukan warok kejam itu. Bahkan suami Bu Pinah yang bernama Mang Karno yang bertubuh tegap pun tampak ragu-ragu untuk menghadapi Warok Jangkrik secara langsung.
Namun, sebelum Warok Jangkrik bisa mencapai meja tempat makanan disajikan, suara keras membentak dari belakang!
"BERHENTI DI SITU, WAROK JANGKRIK!!"
Sepuluh orang pasukan keamanan kerajaan serentak maju, membentuk barisan menghalangi langkahnya. Pemimpin mereka—seorang prajurit berkumis tebal dengan dada bidang—menuding ke arah Warok Jangkrik dengan tatapan tajam.
"Tidak ada yang boleh semena-mena di sini! Kami mewakili kerajaan untuk menegakkan keadilan! Jika kau mencari masalah, bersiaplah menghadapi kami!"
Warok Jangkrik menyeringai, memperlihatkan giginya yang besar.
"JANGKRIKK!! Cuma segini jumlahnya? HAHAHA! Kalian pikir bisa menghentikan aku dengan sepuluh orang saja?!"
Tanpa aba-aba, ia langsung menghentakkan kaki ke tanah dan menerjang para prajurit dengan tinju raksasanya!
" BUAGH! PLAKK! DESS!! "
Dalam sekejap, tiga prajurit terlempar ke udara dan jatuh berdebam ke tanah, mengerang kesakitan. Sisanya mencoba menyerang balik dengan pedang tumpul mereka, tetapi Warok Jangkrik terlalu cepat! Dengan kelincahannya yang luar biasa untuk ukuran tubuh sebesar itu, ia menghindari setiap serangan dan membalas dengan pukulan-pukulan mautnya!
Satu prajurit berusaha menyerangnya dari samping, namun…
DESS!!
Sebuah pukulan telak mendarat di dada prajurit itu, membuatnya terpental ke belakang dan menghantam gerobak jualan hingga hancur berantakan!
"Hanya segini kekuatan pasukan kerajaan? HAH?! JANGKRIKK!! PAYAH!!" Warok Jangkrik tertawa pongah sambil berdiri tegak di tengah puing-puing kekacauan.
Namun…
SWUSSHH!!
Tiba-tiba, bayangan seseorang berkelebat cepat dari arah kerumunan dan langsung menghantam Warok Jangkrik dari belakang!
"DASAR WAROK GEMBLUNG!! DEMI SESUAP NASI KAU MERUSAK SUASANA!!"
DUAARR!! DESS!!
Keduanya terpental ke arah berlawanan akibat benturan dahsyat itu. Warok Jangkrik langsung melompat bangkit dengan wajah penuh amarah.
"JANGKRIKK! SIAPA BERANI MEMBOKONGKU DARI BELAKANG?!" teriaknya, matanya liar mencari sosok yang menyerangnya.
Di depannya, berdiri seorang kakek kurus dengan rambut riap-riapan, pakaian compang-camping, namun sorot matanya mencorong tajam—menandakan bahwa ia juga Adalah orang "berisi".
Orang-orang yang melihatnya langsung berbisik ketakutan.
"Gawat… Itu… Itu Kakek Manuk edan !"
Shan-Tand yang sejak tadi menyaksikan dari jauh mulai tertarik. Siapa sebenarnya kakek ini? Dan apakah ia bisa menandingi kekuatan brutal Warok Jangkrik?!
Satu hal yang pasti—keadaan di warung Bu Pinah telah berubah menjadi medan pertempuran sengit!
Kakek Manuk edan adalah salah satu tokoh dunia persilatan golongan putih, dia selalu bergerak sendiri. Kesehariannya mengemis di jalan yang sering dilalui para pejabat, dan dia tidak mau menerima sumbangan dari sembarang orang. Julukannya didapat karena kehebatan ilmu peringan tubuhnya sudah di peringkat Tahu bulat level 1 !
Keributan di warung Bu Pinah semakin menjadi-jadi. Para pelanggan yang sebelumnya mengantre dengan sabar kini mulai gelisah, apalagi setelah Warok Jangkrik dengan semena-mena menyerobot antrean dan mengamuk.
Namun, pertarungan antara Warok Jangkrik dan Kakek Manuk Edan jauh lebih menarik perhatian. Keduanya saling serang dengan kecepatan luar biasa.
"DESS! DUAG!"
Kedua sosok itu terpental ke belakang, sama-sama berdiri tegak setelah bentrokan tenaga dalam.
Namun sebelum pertarungan berlanjut, tiba-tiba pemimpin pasukan keamanan yang berjumlah sepuluh orang itu berteriak lantang.
“Sudah cukup! Berhenti sekarang juga!”
Semua orang—termasuk Shan-Tand—menatap para penjaga dengan penuh harapan. Namun, apa yang terjadi selanjutnya justru di luar dugaan.
Pemimpin pasukan itu berjalan ke depan, mengangkat tangan, dan berkata dengan nada dingin:
“Warok Jangkrik, kami tidak ingin Kekacauan ini terus berlanjut. Apa yang kau inginkan sebenarnya? ”
" Dasar jangkrik! bukankah sudah kubilang aku ingin makan nasi bungkus?! " Kata Warok Jangkrik mendengus marah.
"Hahaha hanya demi Nasi bungkus kau membuat kekacauan,dasar warok gemblung!! lihatlah mereka juga menginginkan hal yang sama dengan mu tapi mereka semua mengantri.. kenapa kau merendahkan dirimu seperti ini?! " Kakek Manuk edan menimpali.
Dan hal ini membuat Warok Jangkrik malu tapi juga marah.. pokok nya apa yang diinginkan harus dituruti. titik!
"Sudah-sudah kita akan selesaikan masalah ini segera. kalau cuman nasi bungkus saya kira para rekan semua yang tadi mengantri tidak keberatan jika Kaita dahulukanWarok asalkan kau tidak membuat kekacauan seperti tadi.. bagaimana rekan-rekan semuanya? apa kalian sepakat? " suara komandan keamanan memecahkan suasana tegang. beberapa orang tidak langsung menjawab setuju, namun jelas tak ada pilihan lain.
Hening seketika.
Para pelanggan yang tadi berharap pasukan keamanan akan menegakkan keadilan kini saling berpandangan.
Shan-Tand menyipitkan mata. Ada yang tidak beres di sini!
Warok Jangkrik tertawa keras.
“Hahahaha! Bagus! Kalian tahu siapa yang lebih berkuasa di sini!”
Dia melangkah ke depan, bersiap merampas seluruh nasi bungkus yang tersisa.
Namun saat itu, Kakek Manuk Edan mendengus dingin.
“Keparat, kalian sudah menjual diri demi keuntungan sendiri, ya?”
lalu kakek Manuk Edan bergegas pergi dengan perasaan muak melihat sikap para penjaga keamanan itu.
Para penjaga yang mendengar itu mengeraskan ekspresi mereka.
Shan-Tand mulai menyadari sesuatu:
Pasukan keamanan sudah lama mengetahui tentang sesuatu yang berharga di warung ini… dan mereka sudah menerima suap dari seseorang!
Shan-Tand segera melirik ke arah Bu Pinah dan suaminya. Wajah mereka tampak tegang, seperti menahan sesuatu.
Dan benar saja… Bu Pinah tampak menggenggam erat sesuatu di balik celemeknya.
Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?!