NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:279
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

...Ayaka Ito...

Matahari pagi mulai meninggi di Tokyo, menyinari gang-gang sempit yang mengarah ke area kontrakan kecil tempat Yuki dulu tinggal. Jalanan di sekitar masih sepi, hanya ada beberapa penghuni kontrakan yang baru keluar untuk memulai hari mereka.

Di antara bangunan tua dengan cat yang mulai pudar, Nana dan Yuna berjalan berdampingan dengan membawa koper dan tas. Keduanya tidak banyak bicara di perjalanan. Ada sesuatu yang terasa berat di udara, sesuatu yang tak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.

Sesampainya di depan kontrakan Yuki, langkah Nana otomatis melambat. Pandangannya langsung tertuju pada pintu kayu yang sudah sedikit usang itu. Dulu, ia pernah mengejek kontrakan Yuki yang kecil dan kumuh. Ia bahkan pernah marah-marah di sini, mengusir tetangga Yuki tanpa alasan yang jelas.

Tapi sekarang. tempat ini adalah satu-satunya yang tersisa dari sosok Yuki yang ia kenal.

Yuna membuka pintu kontrakan Nana dan masuk lebih dulu, menaruh barang-barangnya di dalam. Tapi Nana tetap diam di depan pintu kontrakan Yuki. Ia berdiri di sana cukup lama, sebelum akhirnya berjongkok dan duduk di lantai dingin tepat di depan pintu.

Jarinya menyentuh permukaan kayu itu pelan, seolah bisa merasakan jejak Yuki di sana. Ingatannya mulai membanjiri pikirannya, suara tawa mereka, lelucon bodoh yang Yuki lontarkan, bahkan pertengkaran-pertengkaran kecil yang dulu terasa sepele. Tanpa ia sadari, setetes air mata jatuh ke lantai.

Tak lama, Yuna keluar dari kontrakan Nana setelah membereskan barang-barang mereka. Ia langsung melihat Nana yang masih duduk diam di sana.

Yuna mendekat dan ikut menyandarkan tubuhnya ke dinding di sebelah pintu. Ia mengamati Nana yang tampak begitu rapuh saat ini.

"Dulu kita pernah becanda bertiga di sini," ucap Nana pelan, suaranya terdengar lelah dan penuh nostalgia.

Yuna menghela napas panjang. Ia tahu betul betapa Nana merindukan Yuki. Tapi ia juga tahu bahwa terlalu larut dalam perasaan seperti ini tidak akan membantu.

"Iya, gue tau." jawab Yuna. Ia menatap langit, mencari kata-kata yang tepat. "Udahlah, jangan terlalu didramatisir. Lu pikir cuma lu doang yang kehilangan Yuki?"

Nana diam, tidak membantah.

"Gue juga sama," lanjut Yuna. "Justru tempat ini punya sejarah buat gue"

Nana menoleh, penasaran. "Sejarah?"

Yuna menatap pintu kontrakan Yuki dengan tatapan penuh arti, lalu dengan nada santai berkata, "Karena di tempat ini. keperawanan gue hilang."

Nana menatap Yuna dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. "Lah itu kan emang kemauan lu sendiri".

"Emang, tapi seenggaknya lu lebih enak, saat lu di pake sama Yuki, di kamar rumah elu sendiri, lah gue di kontrakan jelek ini."

Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya Nana menunduk, mengusap wajahnya dengan tangan, lalu menghela napas panjang.

"Brengsek, Yuna." gumamnya, antara kesal dan pasrah.

Yuna tertawa kecil, meskipun hatinya masih terasa kosong. "Setidaknya, sekarang tempat ini punya banyak kenangan buat kita, kan?"

Nana tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan.

Di dalam hatinya, ia tahu mereka tidak bisa terus begini. Mereka harus menemukan Yuki. Bukan hanya untuk membawa dia kembali, tapi juga untuk menghadapi kenyataan yang ada di depan mereka.

Sore tiba, di kontrakan Nana, udara terasa lebih berat dari biasanya. Nana dan Yuna duduk di lantai dengan pintu terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari sore masuk dan menghangatkan ruangan kecil mereka.

Nana sudah jauh lebih tenang dibanding sebelumnya. Setelah tangis dan amarah yang ia tumpahkan pagi tadi, ia merasa lebih bisa menerima keadaan, meskipun perasaannya masih kacau. Namun ketenangan itu hancur dalam hitungan detik.

Langkah kaki terdengar dari luar, mendekat ke arah kontrakan mereka. Awalnya, Nana dan Yuna tidak terlalu memikirkan, tapi saat melihat sosok yang muncul, dunia terasa runtuh seketika.

Di depan mereka tepat didepan pintu kontrakan yang terbuka, Yuki berjalan dengan ekspresi datar, tangannya digandeng oleh Ayaka yang tersenyum penuh kemenangan.

Darah Nana berdesir, dadanya terasa sesak. Sekian lama menunggu Yuki kembali, sekian lama berharap akan bertemu, namun sekarang. yang ia lihat justru Yuki menggandeng tangan Ayaka seperti pasangan yang tak terpisahkan.

Sebelum Yuna sempat berkata apa-apa, Nana sudah melangkah keluar. Tanpa ragu, ia langsung menghantam wajah Ayaka dengan pukulan keras.

Bugh!

Ayaka terhuyung ke belakang, tapi tetap berdiri dengan senyum tipis di bibirnya.

Nana hendak melepaskan pukulan kedua, tapi tiba-tiba tangannya tertahan di udara.

Sebuah genggaman kuat menahannya, tangan kiri Yuki yang menahan pukulan Nana itu.

Nana terkejut, orang yang ia cintai kini justru membela cewek yang ia benci selama ini.

"Siapa kamu berani menghajar pacarku?" suara Yuki terdengar dingin, menusuk tajam ke dalam hati Nana.

Nana tak langsung menjawab. Matanya hanya menatap lurus ke wajah Yuki, berusaha mencari sedikit kehangatan atau pengakuan di dalamnya. Tapi yang ia lihat hanyalah kebingungan dan kecurigaan.

Yuki tidak mengenalinya. Nana merasakan sesuatu dalam dirinya hancur. Dadanya terasa sesak, tangannya gemetar, amarah, kesedihan, dan kehancuran bercampur menjadi satu.

Yuki sendiri menatap Nana dengan tatapan aneh. Ada sesuatu dalam mata Nana yang membuat dadanya sedikit bergetar, rasa familiar yang ia sendiri tidak bisa jelaskan.

Yuna berdiri di depan pintu, menyaksikan semuanya dengan mata membelalak.

Namun Ayaka tetap tersenyum, seolah menikmati penderitaan Nana. "Sayang, lepaskan dia," ucap Ayaka dengan nada lembut, tapi penuh manipulasi.

Yuki masih menahan tangan Nana, tapi ia menoleh ke arah Ayaka. "Kamu mengenalnya?"

Ayaka mengangguk pelan. "Dia Nana Aoi."

Seketika, Yuki melepaskan tangan Nana dan terdiam sesaat, seolah nama itu memicu sesuatu di kepalanya. "Pantas saja kamu melarangku berurusan dengan orang yang bernama Nana Aoi dan Hikari Yuna," kata Yuki sambil menatap Ayaka dengan tatapan penuh pertanyaan. "Ternyata seperti ini, bahkan sama gurunya sendiri berani menghajarnya."

Kata-kata itu menghantam Nana seperti palu godam. 'Ini pasti ulah Ayaka.' Nana menggertakkan giginya, kepalanya menunduk, menahan amarah yang mulai meluap lagi.

Namun Ayaka tidak berhenti. "Jangankan sama guru," lanjut Ayaka dengan nada penuh racun. "Sama orang tuanya sendiri pun dia tidak akan segan untuk menghajarnya."

Darah Nana mendidih. Amarahnya mencapai batas. Tangannya mengepal kuat, siap menyerang lagi. Namun Yuna yang berada di belakangnya tahu, ini akan berakhir buruk. Tanpa pikir panjang, Yuna langsung menarik Nana ke dalam kontrakan dan mengunci pintunya.

Brak!

"BUKA PINTUNYA!" suara Nana bergema di dalam kontrakan, penuh dengan kemarahan yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

Yuna berbalik dan melihat Nana, wajahnya begitu mengerikan. Mata merah, napas berat, tubuhnya gemetar menahan luapan emosi.

Tapi Yuna tidak peduli. Tanpa ragu, ia langsung memeluk Nana erat. "Tolong tenangin diri lu!" seru Yuna. "Lu udah janji nggak bakal marah lagi!"

Nana terus meronta, mencoba melepaskan diri. "BUKA PINTUNYA!"

"APA LU MAU KEHILANGAN YUKI SELAMANYA!?" Kata-kata Yuna menghantam keras.

Nana terdiam, nafasnya masih berat, tapi rontaan di tubuhnya mulai melemah.

"Kalau lu marah seperti ini, justru bakal bikin Yuki makin benci sama lu," suara Yuna melembut, meski masih penuh tekanan. "Lu sadar nggak? Ayaka lagi mainin kita. Kalau lu terus-terusan begini, itu cuma bakal bikin Yuki makin percaya sama dia."

Nana mulai mengerti maksud Yuna. Tubuhnya melemas, air matanya jatuh begitu saja.

Beberapa detik kemudian, Nana tidak sadarkan diri.

Yuna segera membaringkannya di kasur, lalu duduk di sampingnya, menghela napas panjang. "Sial..." bisiknya. "Ayaka benar-benar keterlaluan."

Sementara itu, di dalam kontrakan Yuki, suasana terasa tenang, namun juga penuh ketegangan yang terselubung.

Yuki duduk di kasur, sementara Ayaka berdiri di dekat jendela, menatap langit sore.

"Kenapa dia tinggal di sebelah kontrakanku?" tanya Yuki tiba-tiba.

Ayaka menoleh dan tersenyum tipis. "Aku nggak tahu pasti. Yang jelas, dia punya dua kontrakan. Kontrakan ini belum lama dia tempati. itu juga setelah dia mengusir tetanggamu, orang yang ngontrak di sini sebelumnya."

Yuki terdiam, mencoba mencerna kata-kata Ayaka. "Apa kamu punya tempat lain?" lanjut Yuki. "Aku nggak mau tinggal di sini kalau harus dekat sama orang seperti itu. Aku nggak mau dia kembali kasar padamu."

Mendengar itu, hati Ayaka dipenuhi kebahagiaan. Semakin jauh Yuki dari Nana dan Yuna, semakin mudah ia mengendalikan keadaan. "Aku punya apartemen," kata Ayaka dengan suara lembut. "Kalau kamu nggak nyaman di sini, kita bisa pindah ke sana."

Yuki mengangguk tanpa ragu. "Baiklah, ayo kita kemasi barang-barangku."

Ayaka tersenyum puas. Perlahan tapi pasti, ia berhasil menjauhkan Yuki dari masa lalunya.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!