Aruna Elise Claire, aktris muda yang tengah naik daun, tiba-tiba dihantam skandal sebagai selingkuhan aktor lawan mainnya. Kariernya hancur, kontrak diputus, dan publik membencinya.
Putus asa, Aruna memanfaatkan situasi dan mengancam Ervan Zefrano—pria yang ia kira bisa dikendalikan. Ia menawarinya pernikahan kontrak dengan iming-iming uang dan janji merahasiakan sebuah video. Tanpa ia tahu, jika Ervan adalah seorang penerus keluarga Zefrano.
“Kamu mau uang, kan? Menikah saja denganku dan aku akan memberimu uang setiap bulannya. Juga, foto ini akan menjadi rahasia kita. Tugasmu, cukup menjadi suami rahasiaku.”
“Dia pikir aku butuh uang? Aku bahkan bisa membeli harga dirinya.”
Pernikahan mereka dimulai dengan ancaman, di tambah hadir seorang bocah menggemaskan yang menyatukan keduanya.
“Liaaan dititip cebental di cini. Om dititip juga?"
Akankah pernikahan penuh kepura-puraan ini berakhir dengan luka atau justru membawa keduanya menemukan makna cinta yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemotretan Bikin Jantung Bergetar
Hari itu, Aruna mengadakan sesi pemotretan di rumahnya. Ia mengenakan gaun putih panjang, seolah tengah melakukan pemotretan pernikahan sungguhan. Tak hanya itu, ia bahkan meminta Ervan, mengenakan setelan jas hitam yang telah ia siapkan khusus.
Namun, tampaknya Ervan tidak sepenuhnya nyaman. “Harus banget ya pakai bahan ini? Panas banget,” keluh Ervan, risih dengan bahan jas yang asing di tubuhnya.
Aruna hanya tersenyum, lalu menghampirinya sambil meraih dasi yang tergeletak di atas meja. “Namanya juga belum terbiasa. Biasanya kamu cuma pakai kaos, itu pun kaos lusuh. Sekali-kali pakai baju yang benar, dong,” ujar Aruna sembari mulai memasangkan dasi ke leher Ervan.
Ervan terdiam. Perkataannya barusan, kaos lusuh membuatnya nyaris tersedak.
"Apa? Kaos lusuh? Itu kaos dari brand ternama, limited edition, hanya diproduksi dua di dunia! Dengan entengnya dia bilang ... lusuh?" batin Ervan menjerit dalam hati.
“Selesai!” seru Aruna riang, lalu menepuk ringan d4da Ervan sebagai tanda ia telah selesai memasangkan dasi.
Namun, karena jarak yang begitu dekat, keduanya tiba-tiba terdiam, saling menatap. Hanya detak jantung yang terdengar di antara keduanya—seolah waktu membeku sesaat.
“BEEEEEB! MANA JANTANNYA?!” teriak suara nyaring Neo, memecah keheningan.
Spontan, Aruna langsung menjauh, salah tingkah. Ia berpaling ke arah Neo, Reva, yang baru saja datang dan kini menatap mereka dengan ekspresi penuh tanda tanya.
“Wah, aura mahalnya terasa banget!” gumam Neo sembari mengamati penampilan Ervan dengan kagum.
Ia lalu mendekat, meneliti dengan seksama. “Bener sih. Ini jauh lebih tampan dari si Uuupil Dug0ng menggatal,” komentar Neo sambil bertepuk tangan riang.
Reva hanya tersenyum kecil sebelum mulai menyiapkan kamera dan latar belakang foto. Sementara itu, Ervan memilih duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Dari kejauhan, Neo mencuri pandang pada pria itu.
"Tegak, tenang, mata tajam, tubuh terawat, tampan. Gak mungkin dia orang susah," pikir Neo heran.
“Nah, sudah siap! Ayo segera berpose. Mana buku nikahnya?” seru Reva, memecah lamunan Neo.
Aruna pun bangkit berdiri. Ia mengangkat sedikit gaunnya yang berat, kesulitan melangkah. Melihat itu, Ervan segera menyimpan ponselnya ke saku jas dan membantu Aruna mengangkat gaunnya.
“Terima kasih ... gaun ini sangat berat,” ucap Aruna, tulus.
Mereka kemudian berdiri di depan latar belakang foto, sambil memegang buku nikah. Reva bersiap mengambil gambar. Tapi sebelum jepretan pertama terdengar, muncul gangguan.
Seorang anak kecil menggemaskan, dengan wajah belepotan cokelat, berdiri tepat di depan mereka.
“Eeeh, tahu kremes! Minggir dulu!” seru Neo, kesal.
Anak itu menyipitkan matanya. “Om jeluuk ngapain dicini? Maciiih aja pake lok,” katanya polos.
“Kamu—” Neo hendak menanggapi, tapi Aruna cepat-cepat memotong.
“Little Bun, minggir dulu ya sayang,” bujuk Aruna lembut.
Alian, si kecil itu, akhirnya menyingkir walau matanya masih memperhatikan para dewasa itu dengan rasa ingin tahu.
Namun masalah belum selesai. Ervan tiba-tiba menurunkan buku nikah dan menatap serius ke arah Reva. “Fotonya ... hanya bagian leher ke bawah, kan? Wajah nggak masuk, kan?”
Reva mengangguk santai. Tapi Aruna mendecak pelan. “Iya ... kalau wajah juga masuk, kamu mau jadi buruan wartawan, ya?” omelnya setengah kesal.
“Oke,” Ervan mengangguk pelan, lalu kembali memegang buku nikah. Tapi Neo merasa ada yang kurang dari pose mereka.
“Tunggu sebentar, Beb!” seru Neo, lalu maju ke depan.
Dengan santai, ia mengambil tangan kiri Aruna dan menyatukannya dengan tangan kanan Ervan. Lalu, ia menempelkan kepala Aruna di bahu Ervan. Tubuh keduanya menegang. Jantung berdegup kencang, tapi tak satu pun bergerak.
“Nah, gitu dong, biar kelihatan mesra,” ujar Neo, puas.
“Nanti kepalanya kelihatan dong,” protes Aruna.
“Enggak, kamu kan pendek Beb,” jawab Neo polos. Aruna hanya bisa memutar bola mata.
Reva kembali mengangkat kamera. “Satu ... dua ... tiga—”
Ckrek!
Reva menatap hasilnya, lalu tersenyum. “Bagus. Meski ... ekspresi kalian tegang banget.”
Neo ikut melirik. “Mas Jantan, tolong ekspresinya dong,” ucapnya, membuat Aruna dan Reva tertawa.
“Neo, jangan panggil dia Jantan. Namanya Ervan,” tegur Aruna.
“Oh iya, Ervan. Senyum dikit yaa ... biar cucooook! Eh, cocok maksudnya," kata Neo, salah ucap lagi.
Reva bersiap lagi, “Satu ... dua ...,”
Ckrek!
Reva mengecek hasilnya. Ervan memang tersenyum, meski sangat tipis. Jika tidak dilihat benar-benar, hampir tak terlihat. Neo yang turut melihatnya langsung menghela nafas kasar.
“Mukanya datar kayak triplek ya,” komentarnya sembari menahan gemas.
“Ganti pose dong!” seru Reva lagi.
Aruna menarik kembali tangannya, ia merasa ragu. Padahal ia seorang model, terbiasa berpose. Tapi entah kenapa, bersama Ervan, ia selalu kehilangan kendali dan sulit mendapat ide posenya.
Melihat Aruna bingung, Ervan akhirnya menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya perlahan, membuat Aruna menghadap kamera, sementara Ervan berdiri membelakangi kamera.
“Peluk lenganku,” ujar Ervan singkat.
Dengan gugup, Aruna melakukannya. Kepalanya bersandar di lengan Ervan, matanya terpejam, berusaha menenangkan debar jantungnya.
“Cepat, Beb!” seru Neo menyikut Reva.
Reva tersadar dan segera mengangkat kemeranya, “Satu ... dua ...,”
Ckrek!
Hasilnya luar biasa. Foto itu terlihat nyata, bukan hanya pernikahan bohongan, tapi seperti cinta yang sedang tumbuh dan bersemi. Hening, dan menggetarkan hati.
“Ganti gaya!” teriak Reva lagi.
“Masih ada lagi?” protes Ervan.
Namun sebelum protesnya selesai, Aruna mendorongnya duduk di kursi dan tanpa banyak bicara, duduk di pangkuannya. Ervan kaget bukan main. Tapi Aruna hanya merangkul lehernya, dan menatap dalam.
“Foto terakhir,” bisiknya.
Ervan menatap ke depan. Tangannya secara alami merangkul pinggang Aruna. Reva dan Neo tak menyia-nyiakan momen itu.
Ckrek!
“Bagus banget,” gumam Reva dengan kagum.
“Coba lihat, Beb!” seru Neo ikut mengintip.
Sementara itu, pasangan pengantin itu masih saling bertatapan dalam diam. Sampai, tiba-tiba Aruna merasakan sesuatu yang aneh.
“Ervan, kamu nyimpen ponsel di saku celana, ya?” tanya Aruna pelan, merasa ada sesuatu yang aneh dari bawah gaunnya.
Ervan langsung berdiri, membuat Aruna nyaris terjatuh. Wajah pria itu merah padam sampai ke telinga. Tanpa bicara, ia berjalan pergi dengan cepat.
“Kenapa dia?” tanya Neo bingung.
Aruna hanya menggeleng. “Entahlah, dia memang pria yang aneh,” gumamnya.
Neo, yang penasaran, melirik ke arah meja dan mengambil buku nikah yang tergeletak di sana. Ia membuka halaman depan dan menatap nama yang tertera.
"Ervan Diaz Zefrano," gumamnya dengan senyuman lebar. Namun ketika nama Zefrano mulutnya ucap, seketika matanya terbelalak lebar.
“Zefrano?!” pekiknya kaget.
Langsung ia menoleh ke arah Aruna yang tengah bercanda dengan Alian. “Beb! Nama belakang suami kamu Zefrano!”
“Ya terus?” Aruna mengangkat bahu. “Memangnya kenapa?” lanjutnya.
Neo menatapnya seakan tak percaya. “SUAMI KAMU BUKAN ORANG SUSAH, TAPI PENERUUUUS!
_________________________________
Bonuuuuus 🤩
Sayang disia²in kecerdasanmu itu 😂🤣
Sebuah pernikahan yg dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan adanya imbalan materi bagi salah satu pihak, serta ketentuan-ketentuan lain, yang diatur dalam suatu kontrak atau kesepakatan tertentu, dan hal yang menonjol hanyalah keuntungan dan nilai ekonomi dari adanya kontrak atau kesepakatan tersebut yang menyebabkan nikah kontrak berbeda dengan pernikahan pada umumnya, sehingga nikah kontrak dianggap menyimpang dari tujuan pernikahan yang mulia.
Pada dasarnya pernikahan dilatarbelakangi adanya perasaan saling mencintai satu sama lain.
Rasa cinta inilah yang kemudian mendorong seseorang untuk berkomitmen menuju mahligai kehidupan rumah tangga.
Harapan saya semoga endingnya sangat mengesankan.
Ervan benar² tulus mencintai Aruna yg tak lain adalah Skyla wanita yg dia cintai pertama kali setelah ibunya, sehingga terciptalah keluarga kecil yg samawa.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan memiliki hasrat fisik dan emosional tertentu.
Berkat pernikahan, seseorang memiliki kesempatan untuk mengembangkan ikatan kepercayaan yang mendalam dan ikatan emosional dan fisik yang penuh kasih sayang dengan seseorang yang istimewa.
TETAP SEMANGAT & SEHAT SELALU
🥰💝😍💖🤩