Maysa Anggara seorang siswi SMA yang tiba tiba di panggil Mommy oleh seorang anak kecil bernama Kavin membuatnya terjebak pernikahan dengan duda beranak satu bernama Ilyas yang tak lain Daddynya Kavin.
Berbagai masalah dan keributan selalu menghiasi hari hari mereka apalagi Maysa tidak tahu cara mengurus seorang anak?
Akankah cinta hadir di antara keduanya dan membuat kehidupan mereka bertiga bahagia? Atau justru perpisahan menjadi jalan satu satunya?
Dukung dan ikuti kisahnya di sini..
Ig: Vanesha andriani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJELANG MP
Maysa menatap Satya dengan perasaan tidak enaknya.
" Maaf Satya aku harus mengejar suamiku." Ucap Maysa.
" Aku yang minta maaf padamu May, gara gara aku suamimu jadi salah paham. Kejarlah dia! Jangan sampai dia marah akan hal ini." Ujar Satya di balas anggukkan kepala oleh Maysa.
Maysa berjalan menuju kamar pengantin yang di sewanya. Beruntung tidak ada keluarga yang menyadari kepergiannya di tengah keramaian tamu. Setelah sampai di depan kamar, ia membuka kamarnya. Ia melihat Ilyas yang sedang duduk di tepi ranjang menatap keluar jendela.
Dengan perlahan Maysa menghampiri Ilyas sambil mengedarkan pandangannya melihat kamar pengantin yang nampak begitu indah. Taburan bunga mawar di atas ranjang, lilin lilin yang berjajar rapi yang siap menerangi kamar mereka malam nanti.
Maysa menghentikan langkahnya, Ia berdiri di samping Ilyas sambil terus menatapnya.
" Aku minta maaf Mas!" Ucap Maysa.
Ilyas tidak bergeming, ia tetap pada posisinya membuat Maysa menghela nafasnya pelan.
" Aku tadi refleks aja saat menarik Satya, aku takut papa melihatnya dan berbuat sesuatu padanya. Bukan karena aku masih mencintainya, tapi lebih kepada rasa kemanusiaan. Satya tidak bersalah dalam hal yang telah menimpa keluargaku tapi ia harus menanggung akibat dari perbuatan ayahnya. Berpisah dariku merupakan hal terberat untuknya, dan aku tidak mau sampai dia terluka lagi karena menghadiri pernikahan kita." Terang Maysa.
" Jika bukan karena cinta, kenapa kau begitu peduli padanya? Kau terlihat begitu mengkhawatirkannya seperti seorang kekasih Maysa. Mas merasa..."
" Lalu kenapa jika aku melakukan itu? Apa Mas merasa cemburu dengannya?" Selidik Maysa menatap Ilyas.
" Mas cemburu?" Ilyas terkekeh.
" Tidak.. Mas tidak cemburu, Mas hanya tidak suka saja kamu dekat ataupun mengkhawatirkan pria lain. Mas..
" Katakan saja kalau memang Mas cemburu. Berarti Mas mulai ada rasa denganku, benarkah begitu?" Maysa menatap Ilyas sambil menaik turunkan alisnya.
Ilyas menjadi salah tingkah. Ingin sekali ia mengatakan iya namun gengsi lebih menguasai dirinya.
" Tidak, bagaimana Mas bisa jatuh cinta secepat itu? Mas bukan tipe pria yang mudah jatuh cinta." Sahut Ilyas.
" Apa ucapan Mas itu bisa di artikan kalau Mas belum bisa move on dari masa lalu?"
Pertanyaan Maysa membuat Ilyas terkejut. Rupanya ia salah bicara sehingga membuat Maysa salah mengartikannya.
" Bukan begitu May, hanya saja Mas...
" Sudah lah Mas tidak perlu di bahas! Aku tidak mau jika jawabanmu justru membuatku merasa sakit hati. Sekarang mending kita kembali menemui tamu. Acara hampir selesai, sepertinya keluarga kita juga mau pulang. Jangan sampai mereka merasa kehilangan kita." Ujar Maysa memotong ucapan Ilyas.
Entah mengapa ia malas membahas tentang masa lalu Ilyas. Ilyas mencekal tangan Maysa, keduanya saling tatap.
" Jangan berpikir kalau Mas masih mencintainya, Mas tidak akan menyimpan cinta untuk wanita yang telah mengkhianati Mas. Ingat itu!" Ucap Ilyas.
" Mas mengatakannya karena sampai saat ini Mas belum bertemu dengannya, entah apa yang akan Mas lakukan jika dia kembali menemuimu." Ujar Maysa.
" Udah lah Mas, ayo kita keluar kasihan kalau merek harus menunggu kita." Sambung Maysa.
" Baiklah." Sahut Ilyas.
Ingin rasanya ia marah atas sikap Maysa bersama Satya tadi, namun entah mengapa Ilyas tidak bisa melakukannya. Keduanya kembali ke ballroom hotel. Dan benar saja para tamu mulai meninggalkan tempat tersebut. Kedua keluarga berkumpul untuk berpamitan kepada kedua mempelai.
" Masih sore kenapa kalian sudah ke kamar duluan? Apa tidak sabar menunggu nanti malam?" Tanya Bara menatap pengantin baru itu.
" Apaan sih lo! Tadi gue ke kamar mandi doank, terus Maysa nyusul gue. Dia bilang kalian mau pamit pulang terus gue ke sini." Sahut Ilyas.
" Hmm alasannya nggak masuk akal Yas, Papa pernah muda jadi Papa memakluminya. Tapi saran Papa kalau mau unboxing mending nunggu Maysa lulus dulu deh. Tinggal nunggu satu bulan ini, masa' nggak kuat. Selama ini aja kamu udah nahan hampir lima tahunan." Ujar tuan Lambyyan.
Ilyas melirik Maysa yang bersikap malu malu. Ia merasa tidak nyaman dengan pembicaraan orang orang dewasa itu.
" Papa membuat menantu Papa malu." Ucap Ilyas langsung mendapat pelototan dari Maysa.
" Ya sudah, Mama mau pamit pulang sekaligus pamit mau kembali ke Singapura, pengobatan Papa kamu belum selesai." Ucap nyonya Lambyyan. Ia menatap Maysa lalu menggenggam tangannya.
" Maysa, Mama titip putra dan cucu Mama sama kamu. Mama tidak menuntutmu untuk menjadi istri ataupun ibu yang baik karena Mama memaklumi, di usiamu yang sekarang sangat berat mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai istri sekaligus ibu. Mama hanya memintamu untuk tetap berada di samping Ilyas apapun yang terjadi. Dampingi Ilyas dalam keadaan suka maupun duka, beri dia suport dan jangan pernah berpikir untuk meninggalkannya. Mama tidak mau Ilyas mengalami hal sama di pernikahan keduanya ini. Mama tidak mau menerima wanita lain menjadi menantu Mama lagi. Sayangi Ilyas dan Kavin sepenuh hatimu, Mama yakin kau punya cara sendiri untuk membuat mereka bahagia. Kamu paham kan maksud Mama?" Nyonya Lambyyan mengelus kepala Maysa.
" Aku paham Ma, aku akan berusaha sebisa mungkin. Dan aku minta maaf jika suatu hari nanti membuat Mama kecewa." Ucap Maysa.
" Mama akan selalu memaafkanmu, kau bukan hanya menantuku tapi kau juga putriku sekarang. Semoga kalian bahagia." Ucap nyonya Lambyyan.
" Amin, terima kasih Ma." Sahut Maysa.
Sekarang gantian nyonya Melodi dan tuan David.
" Mama pulang sayang, selamat sekali lagi untuk kalian. Semoga bahagia." Ucap nyonya Melodi.
" Amin, terima kasih Ma." Sahut Maysa.
" Mommy, Kavin pulang sama Oma sama Opa ya, Mommy harus buatkan adek buat Kavin."
Ucapan Kavin membuat Maysa melongo sedangkan yang lainnya tersenyum bahagia.
" Baiklah sayang Daddy akan membuatkan adek untukmu, doakan semoga..
" Mommy tidak janji." Sahut Maysa memotong ucapan Ilyas. Ilyas terkekeh mendengarnya, sepertinya Maysa ketakutan jika ada yang membicarakan soal itu.
" Baiklah, selamat malam pengantin untuk kalian berdua, kami pulang dulu." Ucap tuan David. Mereka semua meninggalkan ballroom hotel.
" Ayo!" Ilyas menarik tangan Maysa menuju kamarnya. Jantung Maysa terasa berdetak sangat kencang, ia takut jika Ilyas benar benar melakukannya.
" Ya Tuhan gue harus bagaimana? Gue takut kalau harus melakukan itu. Gue nggak bisa bayangin gimana sakitnya nanti." Batin Maysa.
Sampai di kamar Ilyas mendudukkan Maysa di atas ranjang. Ia menatap Maysa dengan tatapan entah, dia sendiri juga tidak tahu bagaimana perasaannya pada Maysa. Yang di tatap justru merasa gemetar.
" Mas aku mau mandi." Ucap Maysa beranjak.
" Baiklah, Mas menunggumu di sini." Ucap Ilyas.
Maysa segera masuk ke kamar mandi lalu mengunci pintunya. Ia menyandarkan punggungnya di balik pintu.
" Hah... Jantung gue teras mau copot gini, belum juga di sentuh udah gemetaran gini. Semoga gue lolos malam ini dan malam malam selanjutnya." Monolog Maysa.
Maysa mengguyur tubuhnya di bawah shower. Setelah selesai ia segera mencari baju ganti yang sudah di sediakan pihak hotel sebelumnya.
" Mana baju ganti gue?" Maysa mencarinya di wastafel.
" Kenapa cuma ada bajunya mas Ilyas? Terus baju gue mana?" Ujar Maysa yang hanya menemukan baju Ilyas saja.
Mata Maysa menatap papper bag yang ada di pojokan, ia yakin kalau itu bajunya.
" Nah itu bajuku." Maysa segera mengambilnya dari papper bag lalu menjerengnya. Mata Maysa melongo saat melihat kain tipis mirip jaring ikan itu terpapang jelas di depan wajahnya. Maysa gadis modern, jadi ia tahu baju apa itu.
" Sialan... Siapa yang menyiapkan lingerie gini sih! Kalau gue pakai ini yang ada Mas Ilyas bakal mangsa gue. Ah tidak tidak.. Gue tidak mau memakainya. Mending gue pakai baju Mas Ilyas saja kalau gitu, biar Mas Ilyas beli baju lagi." Ujar Maysa.
Akhirnya Maysa memakai kaos dan celana pendek yang seharusnya di pakai Ilyas.
Ceklek...
Maysa keluar dari kamar mandi, Ilyas menoleh ke arahnya. Ia mengerutkan keningnya sambil terkekeh melihat Maysa berpakaian luar biasa menurutnya.
" Mas baru melihat seorang pengantin baru di malam pertama pakai baju milik suaminya sayang, biasanya mereka akan memakai lingerie untuk menarik perhatian suaminya. Kau memang gadis yang luar biasa. Kau selalu menciptakan kisah yang lain daripada yang lain. Mas suka idemu itu." Ucap Ilyas terkekeh.
" Nggak usah ngejek deh, ya kali aku pakai lingerie Mas, yang ada nanti aku jadi mangsamu. Lihat gini aja Mas pasti udah bereaksi kan?" Sahut Maysa.
Memang benar adanya, entah mengapa penampilan Maysa justru nampak *3**! di mata Ilyas.
Ilyas mendekati Maysa, ia menarik tangan Maysa lalu mendorong tubuh Maysa ke atas ranjang membuat Maysa terkejut.
" Mas apa yang kau lakukan?" Maysa nampak cemas saat Ilyas mengukungnya.
" Mas akan melakukan apa yang seharusnya Mas lakukan malam ini sayang." Sahut Ilyas mengelus pipi Maysa.
" Apapun yang kau kenakan itu tidak akan menghambat malam pertama kita sayang, toh apa yang kau kenakan saat ini bakal di lepas juga kan?"
Maysa menggelengkan kepala.
" Mas sudah pernah bilang padamu kan, kau tidak bisa melarang Mas melakukan apapun setelah kita menikah. Karena Mas memiliki hak penuh atas dirimu."
Ucapan Ilyas membuat jantung Maysa semakin berdetak kencang. Bahkan keringat dingin mengucur deras di keningnya. Ilyas memajukan wajahnya lalu....
TBC....