Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Tidak! Apa yang kau bicarakan, Bi? Aku tidak ingin kita bercerai. Kita harus membesarkan Rachel bersama," ujar Liam mendekati Bianca.
Pria itu menggenggam tangan Bianca yang kemudian ditepis lemah oleh wanita itu. James yang melihat Bianca sudah tidak ingin mempertahankan pernikahan dengan Liam segera bertindak.
"Keluarlah, Liam. Aku akan mengurus perceraian kalian." James mendorong tubuh Liam.
Liam menggeleng dan bersikeras untuk ada di ruang rawat. "Tidak! Aku mencintaimu, Bi. Maafkan aku yang baru menyadarinya. Aku tidak ingin berpisah denganmu," tukas Liam.
Bianca yang masih kesulitan untuk bergerak hanya membuang muka tidak ingin melihat Liam. Dia harus berjuang agar tidak luluh dengan pernyataan cinta Liam.
"Bukankah ini yang kamu inginkan? Aku yang mengucapkan perpisahan lebih dulu," ucap Bianca masih tidak ingin melihat Liam.
"Tidak, aku tidak mengatakannya. Aku mencintaimu, Bi. Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki pernikahan ini."
"Sudahlah, Liam. Bukankah lebih baik kita berpisah. Kamu tidak akan tersiksa dengan pura-pura bertahan dengan pernikahan ini. Aku pun sudah tidak tahan mencintai sendirian. Lebih baik kita berpisah."
Liam mendekati kembali Bianca, didorongnya James dengan kasar. Tidak peduli lagi walau dia adalah kakak iparnya. Pria itu dengan lembut memegang dagu Bianca agar wanita itu dapat melihatnya.
"Aku mencintaimu, Sayang. Tolong jangan seperti ini, Rachel membutuhkan Daddynya."
"Pergilah, cukup sudah aku mencintaimu sekarang aku sudah berhenti mencintaimu, Li." Bianca menatap James meminta pertolongan pada sang kakak.
"Aku butuh istirahat, Kak. Tolong bawa pria ini keluar. Aku lelah," ucap Bianca.
James yang mendengar ucapan Bianca, langsung menarik Liam agar pergi dari sisi adiknya. Sebenarnya, James menanti perkataan itu agar terucap dari bibir Bianca. Namun, dia melihat Bianca sengaja tidak ingin melihat ke arah Liam.
"Pergilah, Liam. Adikku butuh istirahat. Aku akan mengurus perceraianmu nanti. Kau tenang saja, jadikan semua ini mudah," ujar James sambil mendorong Liam.
"Aku akan menunggu di sini, Bi. Aku akan tetap di sini untuk menjagamu dan anak kita. Berikan kesempatan untuk memulai semuanya, Bi..."
Semua perkataan Liam masih terdengar sampai James menutup pintu di belakangnya. Bianca termenung tidak menitikkan air matanya sama sekali. Hatinya seakan mati ketika mengingat tentang Serena.
Dari informasi yang dia dapatkan, beberapa Minggu ini Liam sangat disibukkan dengan Serena. Bahkan, perempuan yang merupakan mantan kekasihnya itu menjadi Sekretaris suaminya. Dengan bodoh, Bianca menganggap sang suami sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Sikap dingin yang selama ini dia kira karena memang Liam tidak mencintainya ternyata memiliki rahasia lain. Bianca bisa percaya diri mendekati Liam karena mengira pria itu memang dingin pada semua orang. Namun, mengetahui kehadiran Serena membuat hati Bianca sangat sakit.
Belum lagi, ketika wanita itu meminta pertanggung jawaban Liam atas kehamilannya. Walau Bianca tidak bodoh dengan mempercayai ucapan wanita itu, hatinya tetap sakit membayangkan bila Liam membersamai Serena setiap hari ketika mendampingi ibunya yang sakit di rumah sakit.
"Kau baik-baik saja? Apakah kau yakin akan berpisah dengan Liam?"
"Aku yakin, Kak. Tidak pernah aku seyakin ini. Cukup sudah semua pengorbananku. Hatiku sudah mati. Sampai saat ini dia masih belum bisa mencintaiku," ucap Bianca tersenyum miris.
"Tapi, kau dengar sendiri bukan? Dia mengatakan cinta padamu," balas James.
James memang menyetujui perpisahan antara Bianca dan Liam. Akan tetapi, melihat Liam seperti berkaca pada dirinya sendiri. Berulang kali Silvia mengatakan kalau mencintai dirinya. Namun, James selalu bergeming. Menganggap kalau dia tidak membutuhkan cinta.
Sekarang, yang didapatkan oleh Liam hanyalah kehampaan. Ditinggalkan oleh Silvia karena kebodohannya sendiri membuatnya sadar bila dirinya tidak lebih baik dari Liam. James menatap Bianca yang masih termenung ketika mendengarkan ucapan James.
Wanita itu menggeleng. "Dia mengatakan cinta padamu ketika semuanya sudah berakhir. Liam hanya kasihan padaku dan Rachel. Pasti dia bermaksud mempertahankan hubungan kami karena sudah ada Rachel."
Bianca denail pada perasaan Liam. Dia sudah tidak mempercayai ucapan pria itu. Sejak awal, dia berharap mendapatkan balasan yang setimpal tetapi kenyataan membuatnya tersadar. Liam tidak akan pernah mencintai dirinya.
"Aku sudah membereskan Serena. Wanita itu tidak akan lagi mengganggu hubungan kalian. Semua keputusan ada di tanganmu, Bi. Aku akan menuruti semua keinginanmu," ucap James duduk di samping Bianca.
"Bolehkah aku meminta satu hal padamu, Kak? Aku ingin kau berjanji satu hal padaku. Kau harus mengabulkan keinginanku," balas Bianca dengan wajah serius.
James menatap sang adik dengan intens. Kali ini, dia melihat Bianca memiliki keyakinan yang sangat kuat. Sepertinya, ucapan James sama sekali tidak didengarkan oleh Bianca.
"Apa itu? Aku berjanji akan mewujudkannya bila aku mampu," kata James.
"Kau lebih dari mampu untuk mewujudkannya, Kak. Kita adalah keluarga Davis," ucap Bianca penuh penekanan.
***
Bersambung....
Terima kasih telah membaca...