Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Braak!
Suara gelas yang di letakan diatas meja berbunyi begitu nyaring, masih ada sedikit cairan berwarna merah didalam gelas itu.
Terlihat bibir orang yang meletakkan gelas tersenyum dengan puas, setelah mendengar jika orang yang dia targetkan sekarang berada di rumah sakit.
"Bukankah kau tidak akan selalu beruntung Cicilia? Oh tidak, aku harus memanggilmu dengan sebutan Xixi untuk saat ini." Ucap seorang wanita yang misterius.
Wanita itu terlihat berjalan kearah jendela kamarnya, dan menatap keluar.
"Aku akan menunggu, sampai kapan kau akan bertahan menggunakan identitas wanita culun itu, Cicilia."
Dengan bibir yang berwarna merah, dia menampakan senyum devilnya.
***
Di dalam kamar, Leon membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang berukuran cukup besar. Dia menatap langit-langit kamar, tiba-tiba dia teringat jika dia harus menghubungi Xixi untuk bertanya orang yang sudah membuat Xixi terluka tadi malam.
Leon mengambil ponselnya dan akan menghubungi Xixi. Tapi begitu dia akan menghubungi, ponselnya bergetar beberapa kali.
'Mama'
Itulah nama yang tertera pada layar ponsel Leon.
Leon menggeser icon berwarna hijau, lalu menempelkan ponsel ke telinganya.
Leon : Halo, Ma.
Mama : Leon, tadi malam supir bilang dia habis menjemput kamu di tempat camping, kenapa?
Leon : .... Tidak ada apa-apa Ma, Leon hanya bosan disana. Jadi izin pulang.
Mama : Lalu Xixi, siapa yang jagain dia disana kalau kamu pulang, Leon?
Leon : Xixi.....
(Leon teringat jika keluarganya tidak tahu kalau Xixi menyamar jadi wanita culun di kampus, dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit).
Mama : Xixi kenapa?
Leon : Oh, tidak, tidak apa-apa Ma.
Mama : Leon, Mama minta kamu jagain Xixi saja tidak mau, dia itu kan...
Leon : Dia apa Ma?
Mama : Dia...
Leon : Ma, jangan bilang kalau Mama benar-benar mau menjodokan Leon sama Xixi.
Mama : Leon, apa salahnya kalau Mama menjodohkan kalian. Kalian kan sama-sama satu kampus, satu jurusan dan Mama lihat, Xixi anaknya baik.
Leon : Mama, memangnya Mama tidak tanya dulu apakah Xixi mau di jodohkan seperti ini?
Mama : Memangnya kamu tidak mau di jodohkan dengan Xixi?
Leon : Ma!
Mama : Sudah, sudah. Mama tidak mau berdebat sama kamu.
Leon : Mama....
Tut tut tut
Loen melihat layar ponselnya, panggilan telah terputus.
"Aakh, susah sekali menghadapi ratu di rumah ini." Gerutu Leon.
Setelah mendapatkan telfon dari ibunya, Leon sudah tidak lagi ingin menghubungi Xixi. Moodnya sudah tidak lagi baik.
Leon menghembuskan nafasnya dengan keras, dia lalu keluar dari kamarnya menuju dapur.
Di sisi lain, Xixi yang baru saja akan memejamkan matanya tersentak karena mendengar suara pintu ruangannya yang di buka dengan keras.
Xixi melihat kakaknya sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya pada Xixi.
"Katakan, siapa lagi yang melakukannya?" Tanya Mimi tanpa basa basi pada Xixi berjalan masuk kedalam ruang rawat.
"Dari mana kakak tahu kalau aku di rumah sakit?" Tanya Xixi yang mencoba duduk diatas bankarnya.
"Jawab aku Cicilia William!"
Xixi memutar kedua bola matanya, dia malas meladeni kakaknya yang selalu terbawa emosi sebelum tahu apa-apa.
"Duduk, dan tenangkan emosi kakak dulu." Ucap Xixi.
Mimi berjalan ke arah bangkar Xixi, tapi dia tidak menuruti apa yang Xixi katakan.
Xixi tahu itu akan terjadi, jadi dia hanya bisa menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Kalau kau tidak mau tenang, aku jamin kau tidak akan mendapatkan jawabannya, kakak."
Mimi yang tidak pernah bisa menang dari Xixi pun akhirnya duduk di samping bangkar, lalu mencoba sedikit menenangkan dirinya.
"Kak Junie, kau sangat hebat bisa bertahan di samping kakak ku ini." Ucap Xixi pada manajer Mimi.
"Xixi!"
"Baik, baik. Aku akan memberitahu kakak."
Mimi sudah menahan emosinya sejak dia mengetahui jika Xixi berada di rumah sakit.
"Dia orang yang sama, yang berani menyerangku beberapa hari yang lalu."
"Maksud mu keluarga Gabriel?"
Xixi mengangguk.
"Ck, wanita manja itu lagi. Padahal bukan salah kamu kalau dia di campakan oleh pacarnya, tapi dia selalu menargetkan mu."
"Kak, kita memang bisa beranggapan seperti itu. Tapi di mata dia, aku yang pernah dekat dengan pacarnya dulu pasti berfikir, jika aku sudah menghasut pacarnya itu untuk memutuskan hubungan mereka."
"Pemikiran yang tidak logis. Kamu dekat dengan pacarnya lalu apa salahnya? Kecuali setelah mereka putus, pacar dia yang dulu menjadi pacarmu. Nah itu baru masuk dalam logika. Lagi pula sebelum mereka berpacaran, kau sudah berteman dengan pacarnya."
"Kak, apakah kakak tidak pernah menyadari jika wanita itu tidak mempunyai otak yang utuh?"
Mimi memijit pelipis kepalanya, dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah berhadapan dengan wanita yang di penuhi oleh rasa benci dan cemburu.
"Sekarang identitasmu sudah di ketahui oleh putri keluarga Gabriel itu, kau tidak bisa terus memakai identitas wanita culun ini lagi. Terlalu berbahaya, terlebih untuk temanmu yang tidak bisa menjaga dirinya dari semua ini."
Xixi diam, dia tahu apa yang kakaknya katakan benar. Awalnya dia sudah sangat nyaman dengan identitas wanita culun, dia bisa tahu siapa saja orang yang memandang rendah orang biasa dan yang tidak.
Tapi setelah beberapa orang tahu identitasnya, lambat laun dia pun terpaksa harus membongkar penyamarannya.
"Apa yang di katakan oleh kakak mu benar, Xixi. Jika kau terus memakai identitas mu yang sekarang, teman mu akan terlibat dalam bahaya juga. Karena mereka pasti menargetkan orang-orang yang dekat denganmu." Ucap manajer Mimi.
".....Aku akan memikirkannya lagi, selama dia tidak menyentuh temanku. Aku masih bisa menahannya."
"Cicilia! Apa kau benar-benar sudah gila?" Seru Mimi sambil berdiri.
"Kak, aku membutuhkan waktu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Lulu. Tidak mungkin aku langsung berdiri di depan dia dengan identitasku yang sebenarnya."
Mimi menggelengkan kepalanya, dia sungguh tidak mengerti apa yang adiknya ini pikirkan.
"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Biaya rumah sakit ini, aku sudah membayarnya sampai kau keluar nanti."
Mimi langsung keluar dari ruang rawat Xixi.
"Cepat sembuh." Ucap menejer Mimi sebelum pergi.
"Terima kasih."
Setelah kepergian kakaknya, Xixi memikirkan apa yang tadi kakaknya katakan. Bagaimana pun suatu saat rahasianya sebagai wanita culun yang miskin pasti terbongkar, tapi tidak di sangka jika itu akan terjadi tidak sampai dia lulus kuliah.
"Huuuuft, benar-benar menyebalkan keluarga Gabriel itu." Gumam Xixi.
Xixi kembali membaringkan tubuhnya, dia lalu memainkan ponselnya. Dia harus menyusun rencana untuk membuat putri tersayang keluarga Gabriel itu tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang berbahaya pada dirinya.
Setidaknya untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan, karena dia sudah sangat bosan berurusan dengan wanita itu sejak mereka berada di sekolah menengah atas sampai sekarang.
(Maaf ya Xia Lin baru up 🙏😊)