Tak semua perjodohan membawa kebahagiaan, hal ini terjadi pada Melisa Prameswari dan Dion Mahessa.
Keduanya menikah atas kesepakatan antara keluarga. Namun, setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, tak ada kebahagiaan sama sekali.
Hingga satu hari, Dion dan Melisa pindah ke rumah baru dan saat itulah Melisa seolah menjadi sosok berbeda setelah bertemu dengan seorang pemuda bernama Arvino Sanjaya.
Puncaknya, saat Dion dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perselingkuhan istri dan tetangga nya itu.
Bagaimanakah nasib pernikahan Dion dan Melisa? Apakah akan berakhir atau sebaliknya, ataukah Melisa malah memilih Arvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - SANG PEBINOR
Malam hari nya, Dion menatap kamar yang pintu nya sudah tertutup sejak beberapa menit lalu. Melisa tidak mengunci pintu nya, tapi entah kenapa Dion merasa ragu untuk masuk ke dalam kamar nya.
"Mel.." Akhirnya, Dion memanggil istrinya. Namun, tak ada sahutan dari dalam. Dion berpikir, mungkin saja istrinya sudah tertidur.
Pria itu pun memasuki kamar, membuka pintu nya dengan perlahan. Dion kembali menutup pintu nya, namun dia terkejut saat melihat istrinya ternyata tidak tertidur.
"Lagi ngapain kamu?" Tanya Dion saat melihat wajah istrinya penuh dengan bubuk berwarna putih.
"Maskeran, biar glowing seperti yang Mas inginkan." Jawab Melisa, pelan. Karena masker nya sudah hampir mengering, dia tak mau masker nya retak.
Kalau di tanya, dari mana Melisa punya masker, ya dari Arvin lah jawaban nya. Pemuda itu memberikan beberapa masker organik untuk Melisa, dia sengaja membeli nya lewat online. Khusus untuk Melisa saja, wanita itu pun memakai nya dengan senang hati.
"Dari mana kamu punya uang buat beli masker?" Tanya Dion.
"Mas gak perlu tahu." Jawab Melisa datar, tanpa menoleh ke arah suaminya. Setelah memastikan masker nya kering, Melisa pun pergi ke kamar mandi untuk membasuh masker itu dengan air hangat.
"Aneh sekali." Gumam Dion, pria itu keheranan. Dari mana istrinya punya uang untuk membeli masker? Sedangkan, dia hanya memberi nya uang untuk sekedar membeli sayuran dan kebutuhan sehari-hari.
"Seperti nya, aku harus mengurangi uang belanja harian Melisa." Gumam Dion lagi. Pria itu memilih mengganti pakaian nya dan berbaring di atas ranjang.
Namun, tak lama kemudian Melisa masuk ke dalam kamar dengan wajah yang sudah bersih. Keterkejutan Dion belum berhenti disitu saja, saat dia membuka mata nya, Melisa ternyata sedang mengenakan krim.
"Kau memakai apa?"
"Skincare dong, krim malam." Jawab Melisa. Lagi, sepaket skincare itu di belikan oleh Arvin. Tadi siang, paket nya datang dan pemuda itu langsung memberikan nya pada Melisa, pokok nya dia harus membantu Melisa membuat suami nya menyesal.
"Dari mana kamu punya uang buat beli begituan?"
"Memang nya kenapa sih? Ya, dari sisa uang belanja yang kamu kasih lah. Karena aku sadar, aku harus berubah. Aku harus glowing kayak orang Korea." Jawab Melisa datar.
"Ckkk.."
"Gak usah berdecak seperti itu, harus nya Mas tuh sadar, kalau mau punya istri yang cantik, mas tuh harus ngasih banyak uang biar aku perawatan." Sindir Melisa pada Dion.
"Mau perawatan satu milyar sekali pun, kalo kamu nya jelek, ya jelek aja! Jadi, mending gak usah perawatan sekalian kalo masih tetap jelek, hambur-hamburin duit." Ketus Dion.
"Jangan nyesel aja, kalo aku cantik di modalin orang lain."
"Hah, emang nya ada yang mau sama wanita burik kayak kamu? Gak bakalan ada, aku aja nyesel mau nikah sama wanita kayak kamu." Jawab Dion pedas, membuat Melisa mengangkat sudut bibir nya.
'Kita lihat saja, apakah benar gak bakalan ada yang mau sama aku?' Melisa membatin. Meskipun dia sakit hati karena ucapan pedas pria itu, tapi dia tak akan menunjukkan nya karena hal itu akan membuat Dion senang karena berhasil membuat nya marah.
"Melisa, aku menginginkan jatah ku."
"Maaf, Mas. Aku sedang datang bulan." Jawab Melisa, dia ikut berbaring di samping suami nya, namun lagi-lagi yang membuat Dion semakin terheran adalah, Melisa tidur membelakangi nya.
Padahal, biasanya Melisa paling anti tidur membelakangi nya, paling tidak dia akan berbaring terlentang, dari pada harus memunggungi nya. Tapi sekarang, wanita itu melakukan nya.
"Mel.."
"Iya, Mas. Ada apa? Tidur saja, jangan banyak bicara. Aku mengantuk, besok aku harus bangun pagi-pagi."
"Hmmm, tapi tak biasa nya kamu tidur seperti itu."
"Baiklah, lalu Mas mau aku seperti apa, Mas?" Tanya Melisa, lalu berbalik dan berbaring miring ke arah suami nya.
Setelah melakukan hal itu, Dion pun terdiam dan memejamkan mata nya. Dia juga memang kelelahan, harus tidur lebih awal hari ini karena besok ada kemah di sekolah.
Keesokan pagi nya, seperti biasa nya Melisa bangun lebih pagi, lalu pergi keluar rumah untuk membeli sayuran.
"Pagi, Bu. Ini uang arisan buat minggu ini ya." Ucap Melisa pada Bu Amel, sambil menyerahkan uang seratus ribu pada Amel.
"Iya, Neng Meli. Makasih ya, yang lain aja belum pada bayar. Nanti, setelah pulang beli sayur, langsung saya ceklis."
"Iya Bu." Jawab Melisa sambil tersenyum, tak lama kemudian, seperti biasa nya dia akan melihat Arvin yang baru saja pulang berolahraga.
Pagi ini, Arvin hanya melempar senyuman nya tanpa menyapa ibu-ibu seperti biasa nya. Pemuda itu tersenyum sangat manis ke arah Melisa, dan di balas oleh Melisa.
"Cieee, gak usah senyum-senyuman gitu aahh. Nanti baper, terus jadi cinta." Ucap ibu Ratmi pada Arvin sambil menepuk pundak pemuda tampan itu.
"Apaan sih, Bu? Cuma senyum doang ini, masa gak boleh sih. Gak ada yang larang kok."
"Hmm ya iya, gak ada yang larang. Tapi, Neng Meli nya udah punya suami."
"Lupa, Bu. Hehe." Jawab Arvin sambil terkekeh, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Suami nya denger, habis kamu, Vin." Goda ibu-ibu yang lain, membuat Arvin tertawa.
"Bodo amat, gak takut." Jawab Arvin lagi, membuat wajah Melisa merona.
"Hisshh, gak boleh gitu."
"Kenapa, aku hanya memperjuangkan kebahagiaan ku sendiri, ya meskipun jika nanti harus merebut istri pria lain." Jawab Arvin, sambil melengos pergi dari hadapan kerumunan ibu-ibu itu menuju ke rumah nya.
"Neng Meli.."
"Iya, Bu. Ada apa?" Jawab Melisa pelan.
"Maafin Arvin ya."
"Gapapa kok, Bu. Biarin aja, lagian mungkin cuma omongan doang." Jawab Melisa sambil tersenyum kecil.
"Iya, gak usah di masukin ke dalam hati ya."
"Iya, Bu." Jawab Melisa, padahal tetap saja dia takkan pernah bisa tak main hati jika melihat perlakuan pria itu yang begitu lembut dan hal itu membuat hatinya luluh. Karena, jujur saja Melisa tak pernah mendapatkan perhatian seperti yang di berikan Arvin padanya saat ini.
Tak lama kemudian, Arvin keluar dengan pakaian seperti biasa nya, kaos berlengan pendek, juga kolor selutut nya.
"Pagi, Bu ibu. Tadi lupa nyapa pas lewat."
"Pagi kembali, Nak Arvin."
"Mau masak apa nih rencana nya?" Tanya Arvin ramah.
"Hmm, bingung. Lihat aja nanti yang ada di tukang sayur."
"Iya, udah bingung nih masak di tanggal tua." Jawab ibu-ibu yang lain sambil terkekeh.
"Nah, kalo Neng Meli mah uang nya pasti ada terus, dia masak nya yang enak-enak terus."
"Menurut aku, masak makanan enak juga buat apa kalo gak bisa nyicip." Celetuk Arvin tersenyum sinis.
"Hah, maksudnya?"
"Enggak kok, Bu." Jawab Melisa sambil tersenyum kembali. Sedangkan Arvin, dia hanya mendelik sebal ke arah Melisa. Namun, wanita itu tak menyadari delikan tajam yang di arahkan pada nya.
Tak lama kemudian, seperti biasa tukang sayur nya datang. Semua nya langsung bangkit dan mengerubungi pedagang sayur itu, semua ibu-ibu pun memilih sayur, termasuk Melisa. Namun, dia tak tenang karena Arvin berdiri memepet dengan nya.
"Saya sudah selesai, bang."
"Tumben dikit, Neng." Tanya pedagang sayur itu sambil menghitung belanjaan yang di pilih oleh Melisa.
"Buat Mas Dion aja."
"Lho, terus kamu gimana? Lauknya apa?" Tanya Bu Ratmi.
"Masih ada sisa sayur yang kemarin, terus mau bikin bakwan jagung, terus masih ada sambel cumi. Itu sudah lebih dari cukup, buat saya makan nanti." Jawab Melisa sambil tersenyum.
"Lalu, beli cumi buat siapa?"
"Mas Dion aja." Jawab Melisa. Setelah selesai membayar, juga memberikan kembalian nya, Melisa pun berpamitan untuk segera pulang.
"Saya duluan ya, Bu ibu."
"Iya, Neng Meli." Melisa pun pergi menjauh dengan menenteng kresek berisi cumi dan beberapa bumbu dapur yang sudah habis.
"Kasian ya, Neng Meli. Masa dia makan sayur doang sih, sisa kemaren lagi. Tapi, suami nya malah di masakin yang enak-enak." Celetuk Bu Ratmi, meskipun dia kepoan, tapi dia wanita yang baik dan perhatian.
"Iya, kasian banget ya. Punya suami kok egois banget."
"Heem, kasian Neng Meli nya. Pantesan aja dia keliatan nya kurus banget ya, itu kan bukan langsing, tapi kurus."
"Udah Bu ibu, kasian Mbak Mel nya kalo ngedenger kayak gini." Ucap Arvin, padahal dia duluan yang tadi memancing opini.
"Iya, tapi kasian banget Neng Melisa nya."
"Kalau kasian, sebaiknya kita diam saja. Nanti Mbak Mel nya sedih kalau kita ngomongin dia, ini kan urusan rumah tangga dia sama suami nya, mau gak mau ini tuh bisa disebut aib nya." Jelas Arvin lagi.
"Iya juga sih."
"Yaudah, ini uang nya bang. Saya cuma beli bawang merah, sama udang."
"Mau dimasak apa udang nya?" Tanya Bu Amel penasaran.
"Udang tepung aja sih, terus di cocol sama sambel cumi dari Mbak Mel kemaren."
"Ohh, enak tuh."
"Iya, Bu. Saya duluan ya, permisi." Arvin pun pergi dari Abang sayur itu dan masuk ke dalam rumah nya, tak lupa mengunci nya.
Tak lama berselang, ibu-ibu di buat keheranan saat melihat Dion pergi dengan wajah kusut nya, bahkan pakaian nya saja sama kusut nya dengan wajah nya.
"Tumben pergi dengan seragam kusut, biasa nya selalu rapi kan?"
"Iya, entahlah ada apa sama pasangan suami istri itu, tapi apapun itu semoga saja dia tidak menyakiti Melisa lagi." Ucap Bu Amel, ibu-ibu yang lain pun mengangguk setuju atas pendapat ibu Amel.
......
🌻🌻🌻🌻🌻