Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
"Dimas ... anggap saja kita tak pernah bertemu malam ini,"
"Nyonya ... anda sungguh serius dengan perkataan anda? tidakkah anda ingin memeluk tuan muda? kenapa anda tega sekali?"
"Didunia ini hanya seorang ibu yang tidak waras, yang memiliki keinginan sepertiku, aku meninggalkan anakku yang satu, demi menyelamatkan anakku yang lain," Stella menghapus bening air matanya, "Jika aku kembali pada kak Alex, kakakku akan membawa anakku pergi jauh, jika itu terjadi, entah kemana, dan dimana aku tak tahu, bahkan mungkin aku tak akan pernah melihat nya lagi seumur hidupku." Stella memaksakan tersenyum walau getir, "Jadi kumohon Dimas, tolong rahasiakan pertemuan kita,"
Desiran angin meniup dedaunan, namun tak membuat Dimas bergeser dari tempatnya, dia bingung harus seperti apa menyaksikan peliknya kisah percintaan bos dan mantan istrinya.
'Seandainya itu aku, aku pasti dengan senang hati berlari dan mendekati nya kembali'.
'Bos sepertinya anda harus bersabar lebih lama lagi, mungkin tuhan belum berkehendak mengakhiri penderitaan anda terpisah dari wanita yang anda cintai'.
Dimas tersenyum sendiri menatap, layar tablet di tangannya, ia tengah mengamati foto kedua bos kecil nya, Kevin dan Andre, Stella memberikan beberapa foto Andre, dan sebagai gantinya, kelak Dimas akan sering mengirim foto foto Kevin, beruntung nya Tuan Alex memiliki putra putra tampan seperti mereka, hanya sekali pandang saja orang orang bisa melihat bahwa mereka adalah putra Alexander Geraldy.
Dimas tersenyum puas, karena berhasil menghadiahkan gambar berharga untuk bosnya, Kini layar ponsel bosnya sudah berhiaskan foto kedua putra kembar sang bos.
Dimas menatap wajah Alex yang masih terlelap, 'Bos, sampai kapanpun aku akan setia membantu dan menjaga anda, seperti janji saya pada nyonya, saya mohon bersabarlah, mungkin Tuhan ingin anda merasakan benar benar mencintai dan memperjuangkan wanita yang anda cintai'.
...✨✨✨...
"Bos ... anda sudah sadar?" tanya Dimas khawatir.
Hal pertama yang didengar Alex ketika membuka mata adalah suara Dimas, "jam berapa sekarang?" tanya Alex lirih.
"Jam 6 pagi bos," Jawab Dimas singkat.
"Aku ingin duduk, bantu aku," pinta Alex.
Dengan sigap, Dimas pun menaikkan kepala tempat tidur yang di tempati Alex, hingga Alex bisa duduk tanpa harus menggerakkan badannya.
"Ponsel." pinta Alex berikut nya.
"Sebaiknya anda sarapan dulu bos." Dimas meletakkan nampan sarapan bersebelahan dengan ponsel Alex.
"Sejak kapan kamu berani memerintahku?" tanya Alex ketus.
"Sejak dulu bos, saya kan memang asisten, sekertaris, teman, istri, sekaligus baby sitter putra anda."
Alex melempar pandangan sinis, "jangan ucapkan itu di depan umum, jika orang lain mendengarnya, mereka bisa mengira aku penyuka sesama jenis."
Dimas sendiri jadi bergidik ngeri mendengar ucapan Alex. "Baik bos."
Setelah mengunyah beberapa potong apel, Alex pun membuka ponselnya, pandangannya berhenti sesaat, ada perasaan berbeda ketika menatap wallpaper ponselnya, tiba tiba perasaannya berdesir tanpa sebab, hanya karena menatap wajah putranya.
"Sejak kapan kamu mengganti wallpaper ku?" tanya Alex, namun pandangannya tak bisa lepas dari layar ponselnya.
"Semalam iseng saja bos, sambil menunggu anda keluar dari ruang operasi," sebenarnya Dimas gugup, dia takut ulahnya kali ini, akan membuat rahasia pertemuannya dengan Stella semalam akan terbongkar. "Lagi pula anda kan memang memiliki dua putra, anggap saja itu adalah foto mereka berdua." Dimas beralasan.
"Ini foto Kevin kan? kenapa aku tak mengenali baju yang ia pakai?" Tanya Alex lagi.
Dimas tertawa kikuk, "Itu karena baju tuan muda sangat banyak bos,"
"Tidak, aku mengenal semua baju Kevin, tapi yang ini aku tak pernah lihat,"
"Ah ... hahahaha itu karena baju tersebut tertinggal, ketika kita menginap di puncak waktu itu." Dimas mulai kehabisan jawaban, "Sudah lah bos, ini ada laporan dari orang kita yang semalam mengawasi kontainer yang akan mengirim barang ke Malaysia." Dimas berusaha mengalihkan pembicaraan, dan Syukurlah itu berhasil, karena beberapa saat kemudian Alex tak lagi menanyakan tentang baju asing yang di pakai Puteranya.
Huuuuffttt ... Dimas menghembuskan nafas lega, 'Syukurlah, tuan Alex tak bertanya lagi' Dimas membatin.
Alex kemudian tenggelam dalam urusan pekerjaan, tak peduli dengan operasi penutupan luka yang semalam ia jalani, tak tahu juga bahwa semalam ia begitu dekat dengan wanita yang ia cari selama ini, begitulah takdir, bila Tuhan belum berkehendak, tak akan pernah bertemu.
Suara ketukan pintu, membuat pembicaraan Dimas dan Alex terputus sesaat, seorang Dokter senior, beberapa dokter residen, dan perawat mendatangi ruangan Alex.
"Bagaimana perasaan anda pagi ini tuan Alex," Tanya dokter Han ramah.
""Baik dok, terimakasih," Jawab Alex tak kalah ramah. "Terimakasih karena sudah menyelamatkan saya di meja operasi semalam."
"Oh ... saya hanya dokter pengganti, yang mengoperasi anda semalam adalah dokter Marisa Nathaniel, dia menggantikan saya, karena saya sedang di tengah tengah operasi yang tak bisa di tinggalkan." Jawab dokter Han. "Tapi tenang saja, dokter Risa adalah salah satu murid terbaik saya, dia pasti menutup luka anda dengan sangat baik."
"Baiklah dok, saya percaya pada semua petugas medis di William Medical Center, kalau tidak, mana mungkin saya menjadi VVIP di rumah sakit ini."
"Terima Kasih banyak Tuan, sebagai gantinya, kami pun akan memberikan pelayanan terbaik," Dokter Han menjawab Ramah, kemudian mulai memeriksa sekaligus mengganti perban di punggung Alex.
Setelah selesai dokter Han dan rombongannya pun pamit.
"Permisi dok, boleh saya bertanya," Dimas yang masih penasaran dengan keberadaan Stella pun kembali mengajukan pertanyaan.
"Silahkan tuan," Jawab dokter Han.
"Boleh saya tahu di mana dokter Marisa saat ini?" Tanya Dimas ragu ragu.
Dokter Han tersenyum ramah, "Dokter Risa, sudah menyelesaikan masa tugas nya disini, dan pagi ini beliau kembali ke London,"
Setelah menjawab pertanyaan Dimas, dokter Han pun pamit.
'Ah ... jadi nama anda Marisa Nathaniel, dan anda tinggal di London sekarang, pantas saja aku tak pernah berhasil menemukan anda, ternyata anda mengganti nama anda dengan nama asing'. Dimas bergumam.
Dimas kembali ke ruangan Alex, dilihatnya pria itu sudah kembali memeriksa laporan yang beberapa saat lalu ia terima dari Dimas.
"Bos, teleponlah tuan Kevin, pasti ia risau karena anda belum juga kembali, padahal pagi ini anda janji akan mengantarkan tuan Kevin ke sekolah."
"Ah iya, kamu benar, aku hampir melupakannya," Alex pun menyingkirkan pekerjaannya sesaat, kemudian memulai panggilan video dengan puteranya.
"Papi ... " Suara kevin menyambut panggilan Alex.
"Hai boy ... papi miss you so much." Sapa Alex.
"I miss you to papi," Jawab Kevin.
Bocah kecil berusia 8 tahun itu, sudah rapi dengan pakaian sekolah nya. "Papi kenapa belum pulang?"
"Maaf boy, papi harus menginap di rumah sakit, jadi papi tidak bisa pulang, mungkin lusa, okay?"
"Papi sakit apa?" Tanya Kevin khawatir.
"Tidak sayang, papi tidak sakit, hanya terlalu lelah saja."
"Its okay papi, istirahat lah, semoga cepat hilang lelah nya, I miss you so much much much much."
Panggilan pun berakhir ...
.
.
.
.
.
.
.
.
Next episode, kita lompat ke tujuh tahun lagi 😁, ketika si kembar berusia 15 tahun.