Claudia wanita yang cantik, baik, dan selalu di ratukan di keluarga nya. setelah ibu kandung nya meninggal dan ayahnya menikah lagi dengan ibu tirinya dan mempunyai kakak tiri yang sama jahatnya dengan sang ibu tiri. Setelah itu hidup Claudia menjadi hancur dan menderita. tidak hanya itu saja gara-gara niatan jahat kakak tirinya yang ingin menjebak Claudia tidur dengan pria hidung belang malah berakhir tidur dengan seorang CEO yang kaya raya hingga hamil diluar nikah. setelah kejadian itu Claudia meninggalkan negaranya dan pergi keluar negeri untuk mengadu nasib dinegara orang lain dan setelah beberapa tahun kemudian Claudia kembali ke negaranya untuk membalaskan dendam dan mengambil semua miliknya yang dikuasai oleh ibu tirinya.
ikutin terus cerita nya sampai selesai, jangan lupa like dan komen dibawah ini ok. terima kasih.
( by Aty Farah ) salam cinta untuk kalian semua❤️❤️😊😊.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aty Farah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
( Ketahuan Berpacaran )
Masih di rumah sakit Ronald Reagan UCLA Medical Center, Los Anggeles California. Rumah sakit yang sangat terkenal di kota Amerika serikat.
"Ara tidak boleh bicara seperti itu, siapa tau om itu sudah ada istrinya," ujar Claudia dengan lembut seraya mengelus rambut pirang Ara.
"Apa itu isci mommy?" tanya Ara dengan kening mengkerut dengan lucu.
"Hey bocil... istri... bukan isci... dasar cadel," sahut Alice.
"Ihhh, pucing pala Ala..."
"Mulai... mulai deh drama Queennya," batin Alice dengan malas.
"Sebenal na mommy nemu dimana aunty Lilis sih? Tenapa mommy ndak pulangkan saja aunty Lilis ke lumah na cendili," ujar Ara sama Claudia.
"Maksud Ara apa sayang? Rumah kita kan rumah aunty Alice juga," ujar Claudia Dengan heran.
"Ihhh, pucing...
"Stop bilang pusing kepala mulu. Bisa tidak Ara jelaskan saja tanpa bilang, ihhh pucing pala Ala," potong Alice yang dari tadi pengen banget mencubit keponakan nya itu karena geram.
"Mommy ndak takut tinggal cama aunty Lilis yang ndak walas?" tanya Ara.
"Lihat saja dali tadi aunty Lilis selalu malah-malah ndak jelas. Itu sudah membuktikan kalau lumah aunty Lilis sehalus na di lumah sakit jiwa bukan na di lumah Ala," sambungnya lagi.
Maxim yang dari tadi mendengarkan perkataan Ara. Tertawa terbahak-bahak, seraya memegang perutnya saking dia tak kuat lagi untuk menahannya.
Berbeda dengan Alice yang sudah menatap horor kepada Ara. Sementara Ara hanya memutar bola matanya malas.
Sebenarnya Ara bicara seperti itu karena kesel sama aunty nya yang sudah melaporkan kelakuan dia yang suka makan coklat dan es krim. Hingga dia di marahi oleh mommy nya.
"Enak saja kamu bilang aunty gila. Kamu tuh yang gila, dasar cadel," ujar Alice yang sangat kesel karena di samakan dengan orang gila.
"Kalau aunty ndak gila. Tenapa dali tadi aunty selalu malah-malah ndak jelas?" tanya Ara dengan wajah tanpa dosa.
"Aku marah karena kamu bocil," jawab Alice yang sangat geram dengan keponakan nya itu.
Sementara Ara hanya memutar bola matanya malas saat mendengar perkataan Alice yang malah menyalahkan dia.
"Jadi gimana om? Apa om anteng mau cama mommy Ala yang antik ini. Walaupun Ala jauh lebih antik dali ciapapun?" tanya Ara dengan sombong.
"Kenapa Ara mau menjodohkan om sama Mommy nya Ara?" tanya Maxim heran.
"Apa itu masukna om. Ala ndak ngelti?" tanya Ara dengan kening mengkerut.
"Maksudnya om. Kenapa Ara pengen menjadikan om sebagai Daddy nya Ara? Bukannya Ara sudah memiliki daddynya sendiri?" tanya Maxim dengan lembut.
Mendengar kata Daddy Ara langsung menjadi murung dan sedih.
"Apa om anteng tahu? Sebenal na Ala ini cuman anak punut mommy. Ala sendili ndak tahu dimana Daddy Ala belada. Itu sebabna Ala penen om anteng menjadi Daddynya Ala. Atit hati Ala om. Padahal Ala anak yang pintal, antik, tapi malah ndak puna daddy... Hiks... Hiks...," ujar Ara seraya terisak.
"Om mau kan jadi Daddynya Ala? Bial Ala ndak di ejek lagi kalena ndak puna daddy... Hiks... Hiks...?" tanya Ara seraya terisak.
Claudia yang tadinya ingin memarahi anaknya karena mengaku anak pungut nya, jadi tak tega saat melihat anaknya menangis seperti ini.
Karena dia tidak pernah tahu kalau selama ini anaknya di ejek karena tidak punya ayah. Sementara Maxim merasa iba sama Ara.
Sekarang Maxim tahu kenapa Ara ingin menjadikan dia ayahnya. Karena Ara tidak pernah merasakan kasih sayang ayahnya sejak kecil. Maxim sangat senang setelah mendengar kalau wanita pujaannya ternyata tidak memiliki suami.
Itu artinya dia punya kesempatan untuk memikat gadis pujaannya untuk dijadikan istrinya. Apalagi dia mendapatkan dukungan dari calon anaknya.
"Jika om anteng mau jadi Daddynya Ala ada syalatna," ujar Ara lagi.
"Apa? teriak Maxim yang terkejut saat mendengar perkataan Ara.
"Apa syaratnya?" tanya Maxim dengan penasaran.
"Syalatna... om anteng ndak boleh puna anak lagi kalena Ala ndak mau kalau kalian lebih sayang adik Ala dari pada Ala cendili," ujar Ara dengan cepat.
"Kalau tidak boleh punya anak untuk apa juga menikah bukan nya orang menikah ingin memiliki keturunan.
"Tapi tidak apa-apa. Karena aku juga sudah punya Ara yang akan menjadi anak aku nanti. Siapa tahu, setelah di bujuk Ara mau punya adik lagi. Yang penting aku bisa menikah dulu dengan gadis pujaan aku," batin Maxim terkekeh geli dengan idenya itu.
"Siapa yang bilang sama Ara kalau Ara punya adik lagi. Mommy tidak akan sayang sama Ara?" tanya Claudia dengan penasaran.
"Dali pacalna Ala dong mom... uuup," jawab Ara yang kecoplosan bicara.
"Apa?" teriak Claudia saat mendengar perkataan anaknya yang ketahuan kalau selama ini dia berpacaran. Padahal umur dia masih empat tahun. Tapi dia sudah berani berpacaran.
"Sejak kapan Ara berpacaran? Mommy tidak pernah mengajarkan Ara untuk berpacaran. Ara ini masih sangat kecil, tahu apa soal pacaran. Sekarang jawab pertanyaan mommy Ara pacaran dengan siapa ayo ngaku?" tanya Claudia dengan amarah yang tertahan karena dia tidak sanggup kalau memarahi anaknya sendiri.
"Ihhhh, pucing pala Ala..."
"Mommy ndak boleh malah-malah nanti antik na hilang. Mommy tenang saja, Ala ndak pacalan benelan kok mom.
"Mommy inat ndak anakna tetangga kita yang ada di London. Dia bilang suka cama Ala, tapi Ala ndak suka cama dia. Ala cuman nuluh dia beliin makanan yang di lalang mommy untuk Ala makan.
"Dan Ala pacalan cuman mau makan coklat cama es klim saja. Kalena mommy ndak bolehin Ala makan makanan itu. Ya, udah Ala suluh aja pacal Ala belina. Kan lumayan Ala bisa makan dlatis," ujar Ara dengan sombong.
"Ara hebat juga bisa manfaatkan orang untuk keuntungan nya sendiri," sahut Maxim terkekeh geli.
"Diam kamu," bentak Claudia pada Maxim yang malah mendukung perbuatan Ara.
"Dan kamu anak cantik. Sejak kapan kamu berani melanggar peraturan mommy hemm? Kamu tahu sayang. Kenapa mommy melarang kamu untuk tidak boleh makan makanan itu, agar gigi kamu yang cantik ini tidak hilang.
"Emang Ara mau kalau gigi Ara jadi ompong dan menjadi jelek? Bukannya Ara mau menjadi model terkenal? Setau mommy untuk menjadi seorang model giginya harus utuh," ujar Claudia dengan lembut.
"Benelan mommy... kalau makan makanan itu gigi Ala akan copot?" tanya Ara dengan wajah takut.
"Tentu saja sayang," jawab Claudia dengan cepat.
"Kalau begitu Ala ndak mau makanan itu lagi mommy. Ala ndak mau gagal jadi model telkenal," ujar Ara.
"Yessss..... akhirnya aku punya senjata untuk mengancam anak nakal ini untuk tidak makan makanan itu lagi," batin Claudia dengan senyum merekah.
Maxim yang dari tadi mendengar nya masih terkekeh geli. Dia tidak menyangka bisa melihat pemandangan yang membuat dia selalu tertawa.
Karena hidupnya selama ini hanya bekerja dan bekerja, hingga dia lupa untuk mencari pendamping hidup.
Dia pikir menikah itu sangat membosankan tetapi setelah melihat mereka berdua ingin rasanya dia cepat-cepat bisa menikah.
"Om anteng belum jawab peltanyaan Ala.
Om mau kan jadi Daddynya Ala?" tanya Ara lagi.
"Om mau kok jadi Daddynya Ara. Tapi Ara tanya dulu sama mommy nya. Mau apa nggak menikah dengan om?" tanya Maxim.
Claudia yang mendengar nya malah salah tingkah. Dia tidak menyangka kalau Maxim mau menjadi Daddynya Ara. Entah beneran apa tidak dia sendiri tidak tau.
"Mommy boleh ndak. Om anteng jadi Daddynya Ala?" tanya Ara dengan mata bulat nya yang lucu.
"Sebaiknya Ara makan saja biar kita bisa secepatnya pulang ke rumah," ujar Claudia seraya mengalihkan pembicaraan.
Maxim yang melihat Claudia mengalihkan pembicaraan menjadi kecewa. Karena dia sudah berharap kalau Claudia mau menerima dia menjadi suami dia dan ayah untuk Ara.
"Tidak apa-apa Maxim. Perjalanan kamu masih panjang, aku yakin cepat atau lambat Claudia pasti akan mau menerima kamu menjadi suaminya. Semangat mengejar wanita pujaan hati kamu max," batin Maxim.
•
•
•
Bersambung.....
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷