Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.
Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.
Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.
Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.
Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2: Tugas Pertama dan Pilihan Mematikan
Dimas masih berdiri terpaku di tengah aula yang luas, truk tuanya berada tepat di belakangnya. Matanya terus menatap layar transparan di depannya yang menampilkan informasi aneh tentang sebuah sistem yang baru saja terhubung dengan dirinya.
Tiba-tiba, muncul notifikasi lain. Tulisan besar berwarna merah menyala.
> Tugas Pertama Sistem Dewa Naga Terkuat
Rebut Putri Alexa Leonhart dan jadikan bagian dari haremmu!
Bunuh Pangeran Wu Xian di depan seluruh tamu undangan!
Buat kekacauan di pernikahan kerajaan Leonhart!
Hadiah:
Kekuatan Kultivasi Ranah Nascent Soul (Inti Jiwa).
Catatan: Saat ini kekuatanmu hanya 1% dari Fisik Dewa Naga sejati.
Kamu belum memiliki kultivasi apa pun.
Daftar Ranah Kultivasi di Dunia Aestherion:
Qi Gathering (Pengumpulan Qi)
Foundation Establishment (Pondasi Dasar)
Core Formation (Pembentukan Inti)
Nascent Soul (Inti Jiwa)
Spirit Severing (Pemutus Jiwa)
Void Refinement (Penyempurnaan Kekosongan)
Ascension Realm (Ranah Kenaikan)
CUMA SAMPAI SINI AJA RANAH DIDUNIA AESTHERION.
.........
Immortal Realm (Ranah Abadi)
Divine Origin (Asal Ilahi)
God King (Raja Dewa)
Peringatan:
Jika misi ini ditolak, maka sebagai hukuman:
Burungmu akan dipotong permanen!
Tidak ada jalan mundur. Pilihanmu hanya satu: TAKDIR ATAU KEMATIAN.
Dimas membacanya dengan mulut setengah terbuka. Ia bahkan membacanya dua kali, memastikan apakah dirinya gak salah lihat. “Rebut putri? Bunuh pangeran? Buat kekacauan?” gumamnya. Keningnya berkerut dalam. "Gue supir truk, bukan pembunuh bayaran!"
Ia mulai panik. Pikiran logisnya masih mencoba menolak semua ini. Tapi begitu matanya membaca ulang bagian hukuman, ia berkeringat dingin.
> Burungmu akan dipotong permanen!
"Astaga... seriusan nih sistem?" gumamnya ngeri. Ia menatap celananya sendiri, seolah sedang memastikan sesuatu yang paling berharga dalam hidup seorang pria masih ada di tempatnya.
Setelah beberapa detik hening, Dimas menelan ludah. Ia tahu dirinya tidak punya pilihan. “Gila... Gue gak mau jadi banci! Kalau ini satu-satunya cara buat tetap hidup... ya udah, gaskeun.”
Meski hatinya masih bimbang, tubuhnya mulai melangkah pelan menuju arah tenda besar pernikahan. Langkahnya santai, wajahnya bahkan tersenyum seperti orang polos yang tak tahu apa-apa. Namun, di dalam hatinya, ia sudah bersiap.
Baru lima langkah berjalan, dua orang penjaga berarmor kulit naga mendekat cepat sambil mengacungkan tombak mereka. Mata mereka tajam, menilai Dimas sebagai ancaman asing yang entah dari mana datangnya.
“Hentikan! Jangan mendekat ke altar pernikahan!” bentak salah satu penjaga.
Dimas hanya menoleh sekilas, senyumnya tetap tenang. “Santai aja, bro,” ucapnya pelan.
Namun, di saat yang sama, ia mengangkat satu tangannya, mengepalkan tinjunya. Dalam sekejap, ia menghantamkan tinju itu ke dada salah satu penjaga yang paling dekat.
BOOM!
Tubuh penjaga itu terpental seperti boneka kain, melayang sejauh puluhan meter sebelum menghancurkan rumah kayu di ujung lapangan. Rumah itu runtuh dalam sekali hantaman. Debu dan serpihan kayu bertebaran di udara.
Suasana mendadak hening. Semua mata yang tadinya fokus ke altar pernikahan kini tertuju pada Dimas. Para tamu bangsawan, para prajurit, bahkan pasangan pengantin di altar pun melongo.
Pangeran Wu Xian yang berdiri dengan penuh percaya diri tadi, kini menatap tajam ke arah Dimas. Matanya menyipit, mencium ancaman besar. “Siapa dia? Bagaimana bisa memukul penjaga keluarga Leonhart seperti itu?”
Putri Alexa Leonhart yang berdiri di samping Wu Xian, terlihat bingung. Mata indahnya mengintip dari balik kerudung putih tipis yang menutupi wajahnya. Tatapannya menelusuri tubuh Dimas yang berpakaian aneh—seperti berasal dari negeri asing.
“Jangan biarkan dia mendekat!” teriak kapten penjaga.
Tiga puluh lebih prajurit langsung bergerak, membentuk formasi mengepung Dimas dari berbagai arah. Tombak-tombak panjang dan pedang bersinar siaga. Aura kultivasi mereka menekan suasana, menunjukkan bahwa mereka minimal berada di Ranah Qi Gathering, bahkan beberapa di Foundation Establishment.
Namun Dimas tidak gentar. Ia tahu fisiknya sekarang memiliki kekuatan 1% dari tubuh Dewa Naga sejati. Walaupun cuma 1%, kekuatan itu jelas jauh melampaui manusia biasa, bahkan para kultivator tahap awal.
“Gue juga gak pengen ribut...” gumam Dimas, melangkah santai. “Tapi kalau gak ribut, burung gue dipotong. Jadi... maaf, bro.”
Beberapa penjaga menerjang serentak, meneriakkan nama keluarga Leonhart dengan semangat membara. Tombak-tombak mereka menusuk cepat seperti kilat.
Dimas menghindar satu tikaman ke kiri, memutar tubuh dan menyikut seorang prajurit lain di perut. Tubuh prajurit itu langsung melengkung seperti udang, lalu terpental beberapa meter.
Satu prajurit lainnya berhasil menyabetkan pedang ke lengan Dimas, tapi pedang itu justru berhenti seolah menabrak baja. Bahkan pedang itu retak. Dimas menoleh, tersenyum kecil. "Bro, jangan maksa."
Dengan satu dorongan telapak tangan, prajurit itu terlempar keras ke tanah, membuat tanah retak di sekitarnya.
Pangeran Wu Xian yang menyaksikan kejadian itu mulai mengeluarkan pedangnya sendiri. Pedang panjang berwarna ungu gelap, dengan ukiran naga yang berkilauan samar. Aura pembunuh terpancar dari matanya.
“Kau berani merusak hari pernikahanku?” seru Wu Xian, suaranya tajam.
Dimas hanya tertawa kecil. “Bukan gue yang mau, sistem sialan ini yang maksa.”
Meski pikirannya masih belum percaya dengan apa yang sedang ia lakukan, Dimas tahu bahwa ia tak punya pilihan lain. Jika ingin hidup utuh, ia harus menjalankan tugas ini, seaneh apa pun itu.
BERSAMBUNGG