NovelToon NovelToon
Kau Lupa Anak Istri

Kau Lupa Anak Istri

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Komedi / Tamat / Suami Tak Berguna
Popularitas:570.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Buna Seta

Kartika Sari, di tinggal suaminya sejak pernikahannya yang baru berjalan enam bulan. Terlebih, saat itu Kartika baru mengandung tiga bulan.

Alasan ekonomi yang membuat Kartika merelakan suaminya pergi. Namun, tidak disangka bagi Kartika bahwa suaminya tidak pernah memberi kabar.

Hari berganti bulan, bahkan tahun. Angga tak kunjung pulang.

Kartika harus membesarkan anaknya seorang diri, walaupun dalam keadaan sulit. Hingga Jenita berumur enam tahun Kartika mencari Angga suaminya di rantau orang. Namun kenyataannya suaminya telah menikah lagi.

Akan kah Kartika mempertahankan rumah tangganya? atau justeru sebaliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Jam sembilan pagi dengan semangat, Rangga turun dari lift bergegas menuju mobil. Ia membuka bagasi ambil boneka Teddy Bear, yang ia beli di Bali.

Rangga meletakkan boneka di jok depan, lalu naik menuju sekolah.

Betapa bahagianya dia, pasalnya sudah berhari-hari menyusuri jalanan, dan mengunjungi beberapa Mal, berharap kan bertemu dengan anak cantik yang kebanyakan orang bilang mirip dengannya.

Usahanya tidak sia-sia, dia tahu dimana anak itu kini berada. Tidak membuang waktu lagi Rangga akan memberikan boneka itu di sekolah.

Rangga sampai di depan pagar sekolah, menyapa satpam ingin di bukakan pintu, hanya tinggal lima menit waktu istrirahat datang.

"Tuan ingin bertemu siapa?" tanya satpam.

Rangga bingung ingin menjawab apa, karena belum tahu nama Jeni.

"Itu Pak, anak saya baru keluar," tunjuk Rangga, kebetulan Jeni baru keluar bersama dua temanya.

"Silahkan masuk Pak"

"Terimakasih"

Dengan langkah cepat, Rangga menghampiri Jeni.

"Haii cantik..." Rangga menghadang langkah Jeni dan kedua temanya. Serentak mereka mendongak.

"Waalaikumsalam" sahut Jeni dan temanya. Membuat Rangga tersentil.

"Iya Assalamualaikum" tersenyum malu memegang telapak Jeni.

Sangking kagetnya Jenita. Om ganteng yang selalu di impikan datang membuat Jeni bungkam. Bingung mau berucap apa.

"Jen, ini Papa kamu ya?" tanya salah satu temanya.

"Bu--" Jeni ingin menjawab tetapi dipotong Angga.

"Iya, saya Ayah Jeni" Angga menjadi tahu nama Jeni tanpa harus berkenalan.

"Oh, pantas, kamu mirip banget sama Papa mu Jen."

"Rangga terperangah. Dia menatap Jeni lekat. Benarkah ini anakku? ya Allah... semoga engkau mengampuni hambamu, yang sudah menyia-nyiakan anakku. Aku harus menyelidiki."

"Kalian mau jajan?"

"Mau..." kedua teman jeni menyahut. Sedangkan Jeni dari tadi masih belum mampu bicara.

"Kok kamu diam saja?" Rangga berjongkok menghadap Jeni, memegang kedua sisi pundaknya.

Jeni menggeleng lemah.

"Jen, Ibu aku datang, aku tinggal dulu ya" kedua teman Jeni pergi.

"Iya" Jeni dan Rangga menatap kedua teman Jeni, mereka cepat berlari begitu melihat Ibunya datang.

"Kita ke kantin yuk" Angga menuntun Jeni.

"Tapi..." Jeni masih bingung.

"Ayo dong! nanti keburu masuk" Tanpa bicara lagi Rangga mengangkat Jeni lalu menggendongnya.

"Om" Jenita terperangah, tapi segera menempel di punggung Rangga membuatnya tenang. Jeni memejamkan mata, merasakan damai dalam hidupnya. Ya Allah... andai ini Ayah Jeni.

"Sudah sampai cantik... mau makan apa?" Rangga menurunkan Jeni di kursi panjang bersama anak-anak yang lain.

Jeni tidak menyahut. "Mau makan apa? Om pesan ya," Rangga mengulangi.

"Tapi, Jeni takut kalau anak Om marah sama Jeni, nanti Jeni dikira merebut Papa nya" Mata Jeni yang bulat menatap Angga. Membuat Angga gemas lalu kedua tanganya menekan pipi anaknya. Terkekeh.

"Kok Om tertawa, kata bunda begitu"

"Sekarang pesan apa dulu, nanti Om baru mau cerita," pinta Rangga.

"Jeni Mau susu kotak yang kecil saja, kalau yang besar nggak habis,"

"Terus apa lagi?"

Jeni menggeleng.

Angga langsung menuju kulkas kantin, mengambil susu kotak dan makanan ringan tidak lama kembali lagi setelah membayar.

"Ini diminum... habiskan biar badanya sehat"

"Terimakasih Om, Om baik" Jeni tersenyum tipis.

"Anak Om ganteng namanya siapa?" tanya Jeni kemudian.

Rangga menoel hidung Jeni tak hentinya, tersenyum. Anak ini jika ingin tahu sesuatu segitu penasaran.

"Siapa Om?" Jeni menyedot susu, hingga tinggal setengah.

Rangga menarik nafas panjang. "Anak Om, mungkin sudah sebesar kamu, soalnya Om berpisah sejak kecil." Rangga menekan dadanya yang terasa sesak.

"Kok bisa?" Jeni membulatkan mata.

"Ceritanya Panjang, soalnya Om mau mencari uang, yang banyak nanti kalau sudah banyak baru akan pulang," jawab Angga tersenyum getir.

"Kok sama seperti Ayah Jeni Om,"

Deg. "Maksudnya?" Angga semakin ingin tahu, apakah benar Jeni anaknya.

"Ayah Jeni nggak sayang sama Jeni" Jeni menatap Rangga berkaca-kaca. "Kata bunda, Ayah mencari uang yang banyak, jika sudah banyak baru akan pulang," Jeni menangis.

"Padahal, Jeni nggak mau uang Om, hiks hiks," Rangga mengusap tetesan air mata Jeni, hatinya tercubit.

"Jeni hanya ingin punya Ayah seperti orang-orang. Mencari uang berangkat pagi pulang sore, hiks hiks."

"Sudah sayang, Om mengerti," Rangga memeluk pundak Jeni. Jeni pun menelusup di ketiak Angga terasa ada kehangatan. Rangga mengambil sehelai rambut Jeni, memasukan ke dalam saku kemeja.

Angga melepas pelukanya. "Maafkan Om, sudah membuat kamu sedih, mulai sekarang Om sama kamu berteman, bagaimana?"

"Mau" Jeni mengangguk. Mereka menautkan kedua jari.

"Terimakasih Om"

"Kok terimakasih?" dahi Rangga berkerut.

"Kan Om sudah mau menjadi teman Jeni." Keduanya tertawa.

Rangga menggulung lengan kemejanya melihat jam. "Lima menit lagi, kamu masuk. Om pulang dulu ya, tapi sebelumnya kamu ikut Om ke dekat pagar. Om punya sesuatu untuk kamu."

Jeni mengangguk Ayah dan anak itupun berjalan bergandengan menuju mobil, sesekali menoleh obyek tersenyum senang. Merasa ada pendar kedua hati mereka yang selama ini terasa gelap.

"Yeee... boneka lagi..." Jeni berjingkrak bahagia sambil memeluk boneka Teddy Bear. "Terimakasih Om"

"Sama-sama sayang, sekarang kamu masuk kedalam, belajar yang rajin, semoga sukses."

"Iya Om" Jeni berlari kembali masuk kedalam pagar sesekali menoleh, rasanya belum ingin berpisah dengan Om ganteng. Begitu juga dengan Rangga. Rangga masuk kedalam mobil dan kembali kekantor.

**********

"Kamu masih mau bekerja dipabrik ini?!" Diana menatap Kartika mengintimidasi. Ia bersedekap berdiri di depan Kartika yang sedang menunduk.

"Maaf bu, jangan pecat saya, saya butuh pekerjaan ini." Kartika menatap Diana sebentar lalu menunduk kembali.

Ya, saat ini Kartika sedang berada diruangan bu Diana. Diana minta penjelasan, mengapa Kartika kerja seenaknya sendiri menurut Diana.

"Kamu jangan merasa dibutuhkan disini, yah... saya akui pekerjaan kamu memang mempunyai kwalitas, tetapi bukan berarti bisa seenaknya!"

Prok prok Prok. Rangga masuk kedalam, membuat Kartika dan Diana menoleh. Suasana menjadi hening. Rangga kemudian duduk di sofa menaikkan satu kaki di atas lutut.

"Sekarang kamu boleh pergi! jika kamu masih mau berkerja disini jangan di ulangi."

"Baik Bu, saya mengerti." Kartika keluar, tanpa melirik laki-laki yang seperti bantal sofa tidak bergerak.

Rangga menatap langkah Kartika sesak. Jika situasinya tidak seperti ini ingin sekali membela

Rangga bergantian menatap Diana, dalam hati mengumpat. Tidak rela, Wanita yang dia cintai diperlakukan seperti itu, oleh istri keduanya. Namun Rangga tidak bisa berbuat banyak.

"Apa?!" Diana seolah tahu arti tatapan Rangga.

"Sudah sering aku bilang kan Na! jangan terlalu keras dengan karyawan!" mlengos kesal.

"Bela saja terus! setiap aku menyinggung Kartika kamu selalu membela, apa maksudnya?!" Sinis Diana menatap curiga pada Rangga.

"Hah! sudahlah Na, percuma bicara sama kamu! yang ada bikin emosi!" Rangga tidak kalah sinis. Dia pun beranjak keluar.

"Mau kemana? setiap berdebat langsung kabur!" Diana berdiri cepat menahan lengan Rangga.

"Pergi! malas ribut sama kamu!" melepas tangan Diana dan benar-benar pergi.

Diana menghentak-hentakan kaki, jengkel. Betapa tidak? setiap kali ribut Rangga pasti kabur.

1
pecahan_misteri
apa sih Angga itu egois
Hajjah Hartini Effendi
Alhamdulillah ikut bahagia tour
Hajjah Hartini Effendi
Alhamdulillah semoga segera bersatu lagi mereka tour kasian jgn menderita trus Kartika dan Angga
Hajjah Hartini Effendi
Alhamdulillah
Hajjah Hartini Effendi
Alhamdulillah aman Linda adalah teman bunda nya jeni
Hajjah Hartini Effendi
persatukan mreka lagi tour Tika dan Angga,, kasian
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
bagus
Elok Pratiwi
tidak menarik .... tidak suka cerita dg karakter pemeran utama wanita nya lemah tidak punya pendirian
Hajjah Hartini Effendi
ternyata memang Angga suami Tika, tapi seperti nya Angga pura² tidak mengenal Tika

sedih banget, sabar y Tika
Misaza Sumiati
Diana yang nyulik
Misaza Sumiati
tinggalin aja Diana , tidak tegas rangga
Shaa Erahh
Luar biasa
Samaniah
kena pnyakit saraf kyknya🤣🤣🤣
Mama Gezkara
ayah kak othor
Mama Gezkara
kq bude kak... Tante dong
Martha Amelia Susanti
Bagus ceritanya, tapi ingin tahu cerita adiknya Jeni. sukses selalu ya Buna🙏🏼💐
Rajwaa Hafizhah
percuma lu nangis orang kek jin begitu udah jahat banget nyet
Tining Revi
ceritanya bagus dan ber urutan.
Dewi Kasinji
kalo itu bukan bukti cinta ngga ...tapi nafsu
Dewi Kasinji
enak banget ya si Angga ... ternyata si Kartika gampang banget luluhnya . si Angga kyk gak ada perjuangannya 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!