"Kenapa kamu menikahi ku?" Wanita itu menatap nanar.
"Karena kamu adalah wanita yang tidak di inginkan!" tegasnya tanpa perasaan.
Bercerita sebuah kisah Alexsa Bethrix, seorang wanita yang pernah menjadi seorang ibu.
Anak kedua dari seorang seorang Marquess, istri kedua yang tidak di cintai oleh Marquess. Ibunya pun telah meninggalkannya dan dia menjalani hidup penuh luka. Hingga di jodohkan dengan seorang Duke demi kepentingan politik.
Suatu hari dia menerima kenyataan pahit dalam hidupnya, setelah satu hari pernikahannya, dia di kejutkan oleh Duke Vixtor Alendrix yang membawa seorang wanita dan seorang anak.
Alexsa pun menerima kenyataan itu, ia rela mempertahankan pernikahannya. Hingga suatu hari, perasaannya tidak bisa lagi bertahan dan membuatnya kehilangan kesadaran, saat membuka matanya Alexsa berubah menjadi sosok yang tidak di kenal oleh siapa pun. Dia berubah menjadi wanita yang kuat setelah sebuah misteri terungkap dan berkata "Aku tidak akan mengemis sebuah cinta"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Mau
Duke Vixtor dan Marquess Ramon terjun langsung ke lokasi, keduanya sangat mengamati monster yang tergeletak tak bernyawa itu. Sedangkan para penelitian masih menguji tanaman itu.
"Aku memang pernah mendengarkan keluarga Duke Aiken, tapi keluarga itu sudah menghilang dan untuk tanaman ini," Marquess Ramon diam, kalau memang keluarga Duke Aiken bangkit, tapi di mana keberadaannya?
"Bagaimana?" tanya Duke Vixtor pada salah satu berjas putih. Dia menggunakan sebuah obat sebagai pengujian dari tanaman Duke Aiken dulu.
"Benar, ini tanaman yang sama. Berarti keluarga Duke Aiken masih ada, sangat sulit menemukannya beberapa tahun ini," ujarnya.
Duke Vixtor mengangguk, dia ingin melayangkan pertanyaannya pada Putra Mahkota.
"Aku tidak tahu, aku ke sini bersama dua orang Kesatria ku, dan tidak melihat seseorang." Ketus Putra Mahkota Delix. Sejak dulu ia menaruh benci pada Duke Vixtor, di mana kejadian tentang rumor. Ia sangat tidak suka dengan laki-laki yang tidak menghormati perempuan. Walaupun sejatinya, ia tidak terlalu tahu wajah istri pertama dari Duke Vixtor.
Duke Vixtor yang mendapatkan perkataan ketus juga tahu. Entah apa yang membuat Putra Mahkota Delix yang tidak menyukainya. Namun ia terbiasa saja, karena ia tahu Putra Mahkota Delix akan membutuhkan bantuan dan saat itu, dia akan melihat wajah angkuh yang penuh permohonan itu.
"Putra Mahkota apa...."
Sebelum melanjutkan perkataannya, Marquess Ramon langsung di sambar oleh perkataan Putra Mahkota Delix yang juga tidak menyukainya.
"Duke Vixtor telah tahu dan aku sudah menjelaskan sangat jelas," ujarnya berlalu pergi. Lama-lama dia tidak tahan dengan kedua laki-laki yang memiliki kehebatan itu. Namun, tidak memiliki rasa menghargai terhadap perempuan. Ibu Permaisuri selalu menjelaskan, bahwa dia harus menghargai seorang perempuan. Karena dirinya dilahirkan dari rahim perempuan.
"Untung bukan aku istrinya, kalau aku jadi istrinya sudah kuhabiskan burungnya." Gumam Putra Mahkota Delix.
Laki-laki berumur 30 tahun itu tampak bercahaya, meskipun umur yang di katakan sudah perlahan menua. Namun, wajah itu masih terlihat muda.
"Sir Anton, ayo kita pergi. Biarkan mereka yang mengurus monster jelek itu,"
Para istana pun riah, kabar itu menjulang kesegala penjuru kota. Dimana pihak istana telah menjalankan Patroli yang begitu ketat dan menyuruh para bangsawan, rakyat menengah dan rakyat biasa tidak perlu khawatir. Namun, ketakutan itu tetap ada. Mengingat Monster Iblis dan Iblis masih merajalela.
Rapat istana pun di gelar, para bangsawan saling mendukung dan bersatu agar kekaisaran tidak mengalami hal yang buruk kembali.
Setelah acara rapat selesai, para bangsawan bubar dan saling bercerita tentang monster itu, tapi perhatian mereka bukan ke Monster Iblis, melainkan ke tanaman. Sosok yang menghilang bertahun-tahun dan mereka penasaran apakah itu Duke Aiken atau salah satu putrinya.
*
*
*
"Putra ku," pria berambut putih dengan jakun tipis itu mendekat ke arah sang putra.
"Ayah," Putra Mahkota Delix tersenyum. "Apa ada sesuatu yang mengusik pikiran Ayah?" tanya Putra Mahkota Delix. Ia menduga, sang ayah memikirkan tanaman itu. Sudah lama dia mencari sosok Duke Aiken.
"Aku merindukannya," terlihat Kaisar menghapus air mata yang siap keluar itu. Dia dan Duke Aiken sangat dekat, bisa di bilang saudara dan sahabat. "Bertahun-tahun aku mencarinya, jujur saja aku tidak percaya kalau Duke Aiken telah tiada."
Putra Mahkota Delix memeluk Kaisar, dia menenangkan entah itu bahagia atau kesedihannya. Karena tanaman itu membuktikan, bahwa keluarga Duke Aiken masih hidup.
"O iya," Kaisar mengurai pelukannya. "Bagaimana dengan nona Ayne, aku rasa..."
"Ayah, aku tidak ingin di jodohkan dengannya. Aku tahu, ayah membutuhkan dukungan dari keluarganya, tapi...."
"Putra Mahkota Delix, inilah yang dinamakan pernikahan politik. Kita yang sebagai penguasa harus apa? tidak suka atau suka kita harus menerima dan menjalaninya."
"Maaf, Ayah aku tidak mau bertunangan dengan nona Ayne, pasti suatu saat ada solusinya."