NovelToon NovelToon
Pewaris Tahta Semesta

Pewaris Tahta Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:71.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: Fatiih Romana

Bagaimana jadinya jika dua keberadaan paling agung dan paling tinggi di seluruh semesta yang ada, terlahir dan muncul kembali setelah jutaan tahun kematian keduanya di masa lalu.

Dan istimewanya, keduanya muncul dan terlahir justru bukan dengan tubuh fisik yang mereka miliki dahulu, melainkan tumbuh dan hidup di dalam tubuh bocah 16 tahun yang secara kebetulan memiliki nama yang merupakan gabungan dari nama kedua sosok itu di masa lalu.

Penasaran?

Tunggu apalagi, langsung masuk dan baca ceritanya di sini!👇

Novel: Pewaris Tahta Semesta
Author: Fatiih Romanaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatiih Romana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 32

Di halaman, di bawah pohon besar.

Angin sepoi-sepoi meniup dedaunan, menciptakan suara gemerisik yang tenang. Cahaya matahari siang menyusup di antara celah daun, memberikan kesan hangat di atas dua sosok yang sedang duduk bersila di bawah pohon besar.

Ling Hao menatap putranya yang kini terlihat jauh berbeda dari pemuda yang sempat tak sadarkan diri selama seminggu.

Wajahnya penuh ketenangan, namun matanya menyimpan kedalaman yang sulit ditebak.

“Tian,” ucap Ling Hao dengan nada serius, memecah keheningan yang tadi begitu damai. “Tentang insiden yang menimpa klan Ba dan klan Yu, Ayah sudah lama merasa ada sesuatu yang aneh. Dan sekarang aku rasa, semuanya berhubungan denganmu, bukan?”

Ling Tian yang tengah menatap lurus ke depan, hanya tersenyum tipis. Dia tidak berniat berbohong. Tidak kepada ayahnya.

“Benar,” jawabnya jujur. “Aku yang menghancurkan mereka.”

Ekspresi Ling Hao berubah sekilas, namun bukan karena kaget, melainkan karena semua dugaannya akhirnya terkonfirmasi. Dia menatap Ling Tian dalam-dalam, namun tidak berkata apa-apa. Menunggu.

Ling Tian pun melanjutkan, “Mereka memang pantas menerima itu. Tapi setelah aku menjatuhkan keduanya, aku tak bisa membiarkan keluarga yang tersisa di sana terbunuh begitu saja oleh orang-orang rakus yang mengincar kekuasaan mereka.”

Ling Tian menghela napas sebentar, lalu menatap ayahnya,

“Karena itu, aku menempatkan beberapa anggota dari Organisasi Lembah Bayangan di kedua klan tersebut. Mereka akan berjaga diam-diam, melindungi mereka dari kekuatan luar yang mencoba mengambil alih.”

Ling Hao terdiam sejenak, namun tak lama kemudian, ia justru menghela napas lega lalu mengangguk puas.

“Langkah yang bagus, Tian. Sangat bijak. Mereka yang tersisa, tidak bersalah. Mereka bukan bagian dari kebobrokan yang membuatmu marah saat itu.”

Dia lalu menepuk bahu putranya dengan bangga. “Ayah senang kau masih bisa mengambil keputusan jernih bahkan setelah murka.”

Ling Tian hanya mengangguk ringan, senyumnya tenang namun penuh keyakinan.

Setelah itu, suasana kembali mencair. Ling Hao tiba-tiba tertawa kecil sambil melirik putranya dengan mata penuh harap.

“Omong-omong, apakah kamu masih memiliki arak sebelumnya itu?” tanyanya dengan suara dibuat-buat serius, seolah-olah sedang menanyakan sesuatu yang sangat penting.

Ling Tian langsung tertawa ringan. “Masih, tentu saja.” Ia pun tanpa basa-basi mengeluarkan sepuluh guci arak dari dalam cincin penyimpanannya.

“Ambil saja semuanya, Ayah. Aku tahu Ayah sangat menyukainya.”

Mata Ling Hao langsung berbinar seketika seperti anak kecil mendapatkan mainan baru. “Bagus! Ini baru anak ayah!” serunya sambil segera menyambar guci-guci itu dan memasukkannya dengan cepat ke dalam cincin penyimpanannya.

Namun, sebelum memasukkan guci terakhir, ia sempat celingukan kanan kiri seperti seorang pencuri.

“Jangan sampai ibumu tahu,” bisiknya waspada. “Aku masih trauma dengan hukuman waktu itu.”

Meskipun tidak tahu seperti apa hukuman yang di maksud, Ling Tian tak bisa menahan tawanya. Sebab saat ini dia bisa melihat betapa takutnya ayahnya pada ibunya.

“Kalau ketahuan lagi, mungkin bukan cuma araknya yang diambil, tapi Ayah juga akan tidur di luar ,” canda Tian.

Ling Hao menoleh cepat, “Ssst! Jangan bercanda soal itu!”

Mereka berdua pun tertawa bersama di bawah pohon, membuat suasana hangat terasa begitu akrab dan damai.

Siang harinya.

Setelah makan siang bersama Ling Hao dan Ling Hua di ruang utama, Ling Tian pun menyampaikan niatnya.

“Ayah, Ibu. Aku ingin melakukan perjalanan ke beberapa kota besar di dalam wilayah Kerajaan Bintang, ini...” ucap Ling Tian sambil meletakkan sumpitnya dan menatap kedua orang tuanya dengan serius.

“Khususnya ke sekte atau tempat-tempat yang kabarnya memiliki kandidat kuat untuk mengikuti turnamen kerajaan mendatang.”

Ling Hao dan Ling Hua saling berpandangan sejenak.

“Apa kamu berencana ikut?” tanya Ling Hua lembut.

“Tidak juga,” jawab Ling Tian. “Aku hanya ingin melihat. Jika para kandidat itu cukup kuat, maka aku mungkin akan meluangkan waktu untuk menonton turnamen nanti.”

“Dan kalau mereka lemah?” Ling Hao menyisip tehnya dan bertanya sambil tersenyum tipis, sudah bisa menebak arah pembicaraan putranya.

“Kalau mereka lemah, untuk apa aku buang-buang waktu untuk menonton sesuatu yang sudah bisa ditebak hasilnya?” jawab Ling Tian datar. “Ketiga sepupuku pasti akan menang tanpa perlu bersusah payah. Itu akan membosankan.”

Ling Hao hanya tersenyum mendengar keyakinan itu. Dia sudah pernah melihat seberapa dalam kekuatan putranya, dan ia percaya bahwa Tian bukan sedang menyombongkan diri, ia hanya mengatakan fakta.

“Ayah mengerti. Pergilah,” ucap Ling Hao mantap. “Tak banyak yang bisa mengganggumu di wilayah ini.”

Ling Hua hanya mengangguk kecil. “Berhati-hatilah dalam perjalananmu, Putraku.”

Beberapa waktu kemudian.

Ling Tian telah mempersiapkan semua kebutuhannya. Senjata dan perlengkapan dasar lainnya ia peroleh langsung dari penyimpanan milik ayahnya. Namun untuk uang, dia sama sekali tidak meminta.

“Aku bisa menjual daging hewan spiritual nanti. Atau benda-benda dari hutan yang berharga bagi para kultivator,” gumamnya pada diri sendiri sambil memeriksa isi cincin penyimpanan yang kini sudah terisi perlengkapan dasar.

Di depan gerbang Klan Ling, dia sempat berhenti sejenak. Menoleh ke belakang, ke arah dua sosok yang kini mulai melangkah kembali ke dalam klan, Ling Hao dan Ling Hua.

Wajah mereka tenang, tapi penuh harap.

Ling Tian pun tersenyum kecil, lalu kembali menatap ke depan dan melangkah ringan, meninggalkan gerbang klan untuk memasuki jalanan utama kota Cang’an.

Kota itu sedang dalam kondisi normal. Ramai, namun tak berlebihan. Hiruk pikuk aktivitas para warga, para pedagang yang menjajakan barang-barangnya, dan suara para penjaga kota yang memberi arahan membuat suasana begitu hidup.

Namun semua itu tak begitu menggangu langkah Ling Tian. Tak seorang pun mengenalnya. Belum.

“Karena belum mengikuti upacara kedewasaan di klan, identitasku masih belum menyebar luas,” pikirnya sambil terus berjalan.

Beberapa waktu kemudian, dia telah berdiri tak jauh dari gerbang klan Ba. Dari tempatnya berdiri, dia bisa merasakan aura empat orang dari Organisasi Lembah Bayangan yang ditempatkannya di dalam klan tersebut.

Mereka berada di tempat.

Tanpa perlu memasuki gerbang, Ling Tian pun langsung berbalik dan menuju klan Yu. Sama seperti sebelumnya, dia merasakan kehadiran empat anggota Lembah Bayangan di dalam area klan Yu. Tugas mereka masih berjalan.

“Bagus. Semua sesuai rencana.”

Dia pun tak berlama-lama. Kakinya kembali melangkah menuju gerbang luar kota. Tak ada lagi urusan yang perlu ia selesaikan di kota ini.

Di sepanjang langkah perjalanannya...

Ling Tian mulai menggali ingatannya. Ia memikirkan kota mana yang berada cukup dekat dengan hutan besar, tempat dia bisa berburu hewan spiritual dan mendapatkan sumber daya tambahan.

“Ayah sudah memberitahuku semua tempat penting di kerajaan ini. Ayo berpikir, ...Yang paling cocok...”

Matanya perlahan menyipit ketika sebuah nama kota muncul di pikirannya. “Itu dia... Kota itu berada cukup jauh di wilayah tengah, dekat sekali dengan ibu kota Kerajaan Bintang. Dan memiliki hutan yang luas di sekitarnya.”

Namun dia sadar, kota itu jauh dari posisinya sekarang yang masih berada di wilayah timur kerajaan.

“Kalau aku bergerak dengan kecepatan biasa, mungkin dua sampai tiga jam. Tapi kalau kugunakan kekuatan penuhku....”

Senyumnya muncul perlahan. “...mungkin hanya setengah jam.”

Tanpa menunggu lagi, tubuhnya langsung bergetar, dan dalam sekejap, ia pun menghilang dari tempatnya berdiri.

.

.

.

Langkah barunya di Kerajaan Bintang... baru saja dimulai.

1
udenk
gaskeuun
bedjo
ok thor
bedjo
gasss
Rizky Fadillah
keluarga naif,ga sampai akar akarnya,itu akan jadi batu mc untuk menuju puncak atau untuk generasi selanjutnya
maz tama
ditunggu update nya thor... semangat dan selalu jaga kesehatan /Smirk/
maz tama
Gaaaaassss lah Thor semangat
maz tama
lanjut lanjut lanjut thor /Joyful/makin penasaran nih
maz tama
ayooo Thor pamer dulu/Joyful/
JJ opa
lanjut Thor selalu mendukung karya2 elegan
bedjo
mantap
bedjo
sedikit pamer dl /Good/
Rizky Fadillah
naif masih ga sampai akar akarnya
Nanik S
Ceritanya menarik... 🙏👍👍👍
Rizky Fadillah
pasti membuat novel nya di chet gpt,ketaun kali ni bukan buatan tangan sendiri, seperti Ai yg buat,liat contoh nya aja bahasa nya kaku,babak pertama terus pakai tanda : kaku bgt
bedjo
lanjutkan
bedjo
kirain jd lebih imut
kute
seru mantab thor
Bilall
up lgi thor
maz tama
lanjut terus Thor jangan hiatus ya seru cerita nya... semangat selalu
maz tama
hahahaha perubahan wujud
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!