Menikahi Pria Misterius

Bijaklah dalam memilih bacaan. Bab ini mengandung adegan 25+ Ikut tenggelam dalam cerita tanggung sendiri ya.

Yang belum nikah, jangan baca! Bahaya, apalagi jomblo bisa-bisa meriang (Merindukan Kasih Sayang) :v Haha

*****

“Tenanglah, aku akan menyelamatkanmu,” ucap Akash.

Tapi, saat mereka hendak keluar, tiba-tiba, empat anak buah Hellboy sudah berdiri menghadang di pintu.

“Mau ke mana kalian hah?!”

Baru saja mereka berkata sombong seperti itu, empat orang lelaki berjas hitam lainnya sudah berdiri dan tanpa segan langsung menyerang ke empat anak buah Hellboy dari belakang.

"Hiah!!!" teriakan itu, menjadi awal dari pergulatan mereka. Masing-masing melawan secara berpasangan dengan musuh. Saling memukul dan menendang berkali-kali.

Brak, brak, brak. Semua anak buah dari pria tua itu, terjembab ke lantai. Bahkan ada dua dari mereka yang hampir saja jatuh ke lantai satu, karena hampir melewati batas pagar di depan pintu.

Keempat lelaki yang sudah berhasil melumpuhkan anak buah Hellboy, mereka adalah anak buah Akash, Akash sengaja memanggil mereka, karena ia tidak mungkin menghabiskan waktu hanya untuk melawan para bedebah sialan itu.

Semua anak buah Akash berjumlah sepuluh, tetapi sebagian lagi mungkin sedang sibuk melumpuhkan lawan di area rumah lainnya.

Shira dan Akash pun segera berlari meninggalkan tempat tersebut, dan kini sudah ada Edwin yang mempersiapkan mobil. Mereka masuk dan Edwin langsung menancapkan pedal gas, membawa Akash dan Shira pergi dari vila tersebut.

Shira masih bergetar ketakutan, ia masih memegangi lengan Akash dengan erat. Akan tetapi, Shira merasakan sesuatu yang begitu bergejolak di dalam tubuhnya. Ia merasakan gerah yang amat sangat gerah. Membuatnya ingin untuk melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu juga.

“Akash, aku tidak tahan. Apa yang terjadi dengan diriku, Akash,” lirihnya menggigit bibir bawahnya dengan kuat.

Akash mengerti, terlihat dari tingkah laku Shira saat ini. “Edwin, cari hotel terdekat di sini,” titah Akash, Edwin mengangguk.

Setelah membelah jalanan yang cukup padat. Edwin membelokan mobil yang dikendarainya ke sebuah hotel bintang lima, yang tak jauh dari jarak villa tadi. Di sana, Akash langsung memesan satu kamar presiden suite. Dan dengan cepat ia membawa Shira ke kamar hotel tersebut.

Shira terus menggenggam erat dress yang digunakannya, meremasnya seraya menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa yang semakin lama dibiarkan semakin bergejolak dan membuatnya kepanasan.

Akash menyodorkan segelas air untuk Shira, Shira yang duduk di tepi ranjang, ia sudah sangat gelisah. Ia meminum air itu, lalu berkata. “Akash, a-aku tidak tahan, Akash.”

Akash tahu, apa yang terjadi pada Shira saat ini, dirinya pasti ada dalam pengaruh obat. Akash ingin membantunya, tapi ia enggan menawarkan bantuan, jika bukan Shira yang memintanya.

Buliran peluh tampak di kening Shira. “Akash, aku harus bagaimana? Apa yang terjadi dengan tubuhku ini, kenapa semuanya terasa begini, aku tidak tahan, Akash. Tolong bantu aku,” lirihnya memegang lengan Akash dengan tatapan penuh damba.

Akash sedikit membungkukan tubuhnya, mendekati wajah Shira. “Baiklah, aku akan membantumu, tapi ... jangan menyesalinya,” ucap Akash pelan, dengan tatapannya sayu yang penuh *****.

Shira harus membuang rasa malunya, demi menyelamatkan diri dari efek obat yang ia minum dari campuran orange juice yang diberikan tuan Hellboy tadi.

Shira mengangguk, ia menundukkan pandangannya, lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Akash. Meski malu, ia pun akhirnya menempelkan bibirnya dengan bibir Akash secara perlahan, sambil memejamkan mata, merasakan kelembutan dan kehangatan saat bibir mereka saling bertautan. Dan seketika itu pula, Akash langsung membalas ciuman Shira.

Perlahan, dan sangat pelan. Akash melakukannya dengan begitu lembut. Shira yang ada dalam pengaruh obat, ia semakin tidak sabar untuk membuka bajunya. Dan dengan pelan, Akash pun membuka satu persatu kancing yang ada di baju Shira. Menarik pinggul Shira, hingga kini keduanya berdiri saling berpelukan.

Ciuman mereka sejenak terhenti, saat Akash mulai melucuti semua pakaian Shira, pun juga pakaiannya. Lalu, Akash kembali mendekapnya, dan menjatuhkan tubuh Shira ke atas tempat tidur dengan penuh kelembutan, tanpa melepaskan bibirnya yang masih saling bertautan.

Tangan Shira mulai menjambah wajah Akash, lalu naik ke atas rambut Akash, mengacaknya dan beralih menyentuh bagian tubuh Akash yang lainnya.

Shira seolah tidak asing dengan tubuh yang ada di atasnya kini. Ia ingat kalau dirinya pernah bercinta dengan seorang gigolo saat ia mabuk, tapi ia merasa semua itu terasa tidak beda jauh dengan tubuh Akash yang saat ini tengah ia raba-raba.

Akash menjauhkan wajahnya dari wajah Shira. Ia memandang wajah cantik Shira yang kini sudah bersemu kemerahan karena menahan malu.

Lalu Akash kembali meluncurkan bibrinya di leher putih Shira, memberinya beberapa tanda kiss mark, dan tangannya kini sudah bergeriliya bermain di puncak gunung milik Shira, yang semakin lama, ciuman itu menurun dari leher, ke gunung lalu ke perut dan sampai pada lembah basah milik Shira.

Shira bisa merasakan, bagaimana dahsyatnya sentuhan-sentuhan yang diberikan Akash padanya. Ia tidak menyangka, Akash bisa melakukannya sebagus ini.

Satu jam lebih, mereka memadu kasih di atas ranjang. Shira sudah bisa melepaskan rasa yang menyiksanya sedari tadi. Akash, pun membalutkan selimut tebal di tubuh Shira.

Wanita itu sudah terkapar lemah, dan kini sudah terlelap dalam mimpinya. Akash sebenarnya masih menginginkannya, akan tetapi tidak mungkin ia kembali melakukannya.

Ia memandang wajah Shira yang memar akibat dipukul oleh pria yang menculiknya. Ada gejolak amarah yang kembali Akash rasakan demi membayangkan bagaimana Shira diperlakukan kasar oleh penjahat tak bertanggung jawab itu.

Lalu, ia pun kembali menilik di setiap inchi leher Shira, kini sudah bertebaran, tanda merah yang dibuat olehnya. Akash tersenyum melihatnya, ia sendiri pun merasa sedikit malu, karena entah kenapa, ia merasakan kalau tubuh Shira benar-benar membuatnya candu.

Ia tahu, apa yang dilakukannya saat ini salah, sudah dipastikan Shira juga rugi olehnya. Tetapi, ia juga tidak tega jika harus membiarkan Shira tersiksa atas pengaruh obat yang diminumnya.

***

Jam sudah menunjukan pukul tiga tiga sore. Shira terbangun dari tidur singkatnya. Ia menggeliatkan tubuhnya yang terasa lebih fresh dan ringan.

Tiba-tiba ia menutup wajahnya yang memerah, merasa malu saat mengingat bagaimana kelincahan Akash saat menyenangkan dirinya. Ia senyum-senyum sendiri, merasa ada gejolak yang membuatnya bahagia, tapi ia malu mengakuinya.

Jika bisa jujur, Shira benar-benar terlena dengan sentuhan Akash, ia tersadar kalau Akash yang dingin, ternyata sangat pandai dalam memanjakan wanita di ranjang.

“Kenapa permainanya lincah sekali? Apa dia ahlinya ya?” gumamnya pelan, sambil senyum-senyum sendiri lalu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Tiba-tiba saat bayangan itu terputar di memori otaknya, ia merasa insecure, karena pikirannya sendiri. Ia membayangkan betapa buruknya dirinya di hadapan Akash. Ia merasa kalau dirinya sudah tidak mempunyai harga diri, meminta bantuan Akash untuk melepaskan ***** birahinya.

Terlebih Shira semakin merasaka insecure, karena pikirannya yang membayangkan, kalau ia bukanlah satu-satunya wanita yang sudah tidur dengan Akash.

“Pasti, wanita-wanita yang pernah tidur dengannya, jauh lebih cantik dan sexy dari aku,” pikirnya, merasa tidak percaya diri.

Ia juga merasa geli, mengingat bagaimana suara desah*annya ke luar dari mulutnya. Ia langsung mencomot bibirnya dengan tangannya, merasa kesal.

“Ya ampun, Shira ... kenapa kau tidak punya harga diri sama sekali sih!” batinnya, merasa dirinya begitu teramat bodoh.

Tiba-tiba ....

Bersambung....

Up satu lagi, buat nememin malam kalian mwehehe... yang punya voucher vote, bantu vote novel authro dong, biar author makin semangat nulisnya.

Makasih juga buat teman-teman yang sudah dukung author pakai Poin dan Koin, semoga readers semuanya selalu sehat dan dilancarkan rezekinya. Bahagia selalu ya pembacaku.