Bagaimana jadinya jika seseorang kembali ke masa lalu..
Michelina seorang istri yang mencintai Kaisar Jasper dengan sejuta warna. Selama di kehidupannya ia tampil glanmour, seakan dirinya akan membuat Kaisar Jasper terpesona. Namun apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penghinaan. Kaisar Jasper tidak pernah menginginkannya atau lebih tepatnya tidak mencintainya.
Suatu hari Kaisar Jasper membawa seorang gadis dari kalangan biasa,menjadikannya istrinya. Kaisar Jasper sangat mencintai gadis itu. Hingga membuatnya buta dalam kecemburuan. Dia pun mencelakai gadis itu, lalu membuat Kaisar Jasper marah dan menjatuhi hukuman mati padanya.
"Ayah, Ibu maafkan aku. Aku yang bodoh mencintainya. Seharusnya aku tidak mencintainya."
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di sentuh orang lain
"Baginda,"
Kaisar Jasper menatap lurus ke depan, melihat seorang wanita yang tengah membawa nampan.
"Ada apa dengan Baginda?" tanya Zoya khawatir. Ia melihat meja terbelah dan beberapa berkas berserakah di lantai.
"Baginda,"
"Pergilah Zoya, aku hanya butuh sendiri." Bentak Kaisar Jasper. Dalam sekali bentakan membuat tubuh Zoya gemetar. Ia tidak pernah melihat Kaisar Jasper yang semarah ini.
"Lain kali, ketuklah pintu. Aku tidak ingin siapa pun yang mengganggu sekarang, pergi !" teriak Kaisar Jasper.
Sang Kesatria menunduk, ia melebarkan langkahnya meninggalkan Kaisar Jasper yang mengamuk.
"Tapi Baginda," hatinya sangat sakit, tapi dia tidak ingin meninggalkan Kaisar Jasper sendiri. Ada rasa aneh di tubuhnya, seperti candu baginya. Setiap saat ia ingin menempel pada Kaisar Jasper. Membuatnya merasa nyaman dan aman.
"Pergi !" teriak Kaisar Jasper menggelagar di ruang kerjanya.
Zoya pun segera pergi tanpa memberikan hormat. Ia sangat takut dan takut.
Setelah kepergian Zoya, Kaisar Jasper menjatuhkan bokongnya secara kasar. Ia mengusap rambutnya, "Ada apa dengan ku? kenapa aku harus marah." Gumamnya yang tak mengerti.
"Zoya, dia pasti tertekan karena bentakan ku." Ujar Kaisar Jasper.
Kaisar Jasper mengurung diri, ia tidak pernah beranjak dari kursinya. Dia kalang kabut dengan perasaannya sendiri. Hingga sore menyapa, ia keluar, sejenak melihat matahari yang terbenam di ujung kastil, yang ia khususkan untuk dirinya sendiri saat perasaanya tak menentu.
"Sebenarnya ada apa dengan ku?" tanya Kaisar Jasper. Ia menanyakan pada dirinya sendiri.
Hahahaha
Kaisar Jasper mengkerutkan keningnya, tidak biasanya ada seseorang yang tertawa sangat keras di istananya. Ia mencari suara itu, melihat dari atas, menajamkan penglihatan dan pendengarannya. Hingga matanya melihat Michelina yang tertawa seraya memegangi perutnya di tangannya ada kuas berwarna merah. Ia lupa, jika kastil menjulang tinggi ini dekat dengan kediaman Permaisuri Michelina.
Deg
Angin berhembus, membuat rambut gerainya terbawa. senyumannya yang indah, wajahnya yang teduh dan damai membuat perasaan Kaisar Jasper tersentuh dan nyaman.
"Apa kamu memang cantik seperti ini Michelina?"
Kaisar Jasper kembali mengingat, dulu gadis yang telah resmi menjadi istrinya murah senyum. Walaupun dia melihat dengan tatapan tajam, tak mengeluarkan suara apa pun. Gadis itu tersenyum, ada rasa rindu di hatinya. Namun saat ia menikahinya, meninggalkannya di malam pertamanya dan setelah pulang, sifat dan sikapnya berubah. Tidak ada senyuman di wajahnya lagi yang menyapanya.
"Permaisuri," Lucilla ingin menegur tapi dia tidak bisa. Mana mungkin seorang pelayan menegur majikannya.
Tak ingin berhenti, Michelina kembali menggoresi pipi Lucilla dengan warna biru, pipinya pun sudah ada tiga warna karena ulahnya. Beberapa kali dia memberontak. Namun sudah kalah.
"Lucilla, kamu lucu sekali." Ujar Michelina sambil tertawa.
"Dia cantik sekali," ujar Marquess Azel. Pertama kalinya dia melihat Michelina tertawa lepas, biasanya dia hanya menampilkan senyumannya. Padahal ia ingin bertemu dengan Kaisar Jasper. Namun melihat sesuatu yang menggemaskan, ia tak bisa mengalihkan pandangannya dan berhenti di dekat bawah pohon.
Michelina melangkah ke belakang. Lucilla semakin mendekatinya dan hendak menangkapnya. Namun siapa sangka, saat dia berbalik kakinya tersandung. Lalu jatuh tersungkur ke tanah.
"Permaisuri," pekik Lucilla dan kedua pelayannya.
Sementara Marquess Azel ia langsung berteriak dan berlari ke arah Michelina.
"Aku tidak apa-apa," ujar Michelina merasa tak enak hati pada pelayannya.
"Permaisuri, apa Permaisuri baik-baik saja?"
Kedua pelayan kembali berdiri, ia membiarkan Marquess Azel menolong Permaisuri Michelina. Sedangkan Lucilla ia masih memeriksa kaki Michelina.
"Cepat, panggilkan Dokter istana." Teriak Lucilla pada kedua pelayannya.
"Aku, aku tidak apa-apa." Ujar Michelina gugup. Baru kali ini dia melihat Marquess Azel panik seperti ini. Di kehidupan lalunya, sakit pun Kaisar Jasper dan Marquess Azel tak akan peduli.
"Apa Permaisuri bisa berdiri?" tanya Marquess Azel. Ia membantu memapah tubuh Michelina berdiri.
"Aku bisa berdiri," Ujar Michelina. "Tidak perlu seperti ini."
"Maaf Permaisuri saya lancang, tapi ini merupakan kewajiban saya." Marquess Azel menyelinapkan tangan kanan Michelina ke lehernya.
Deg
Deg
Jantung keduanya pun berdetak, Michelina menatap ke arah Marquess Azel, memandangi wajahnya. Dia tampan juga jika di pandang dari dekat, ah apa maksud Michelina pikirnya.
Sementara Kaisar Jasper, ia mengepalkan tangannya. Ia tak pernah melihat Michelina tak menolak di sentuh orang lain. Jika dulu Michelina sangat menjaga sentuhan orang lain. Dia akan marah jika di sentuh orang lain kecuali dirinya