Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Sayap Ayam
Aku tak menyangka pagi ini akan penuh kejutan. Aku tak menemukan Reska di teras rumahku.
"tumben. Kok gue ngga dijemput sih."
Aku berjalan keluar sambil memperhatikan sekeliling, tapi memang tak ku temui dirinya. Aku melihat jam di lengan kiriku.
"ojek, neng." Ada seseorang yang berhenti di hadapanku.
"arfan. kok ? Kok lo ada disini ?" Tanyaku heran.
"gue tungguin lo disana. Kalo lo keluar sama reska, gue berangkat. Kalo lo sendirian, berarti kesempatan gue buat anter lo kan ?" Ucapnya dengan senyuman.
Aku suka ketenangan Arfan dalam menyampaikan.
"ayo naik."
Aku menurutinya.
"percaya ngga, setiap hari gue ngikutin lo dibelakang sampai kesekolah ?"
"ngga."
"serius."
"ngga mungkin. Karena kalo reska parkir motor lo ngga ada."
"karna gue mangkal dulu diwarung depan. Nanti ketawan kalo setiap hari parkir bareng terus." Jelasnya dengan tawa kecil.
"iya juga ya." Sahutku.
"tapi waktu gw bawain lo roti. Lo udah ada di kelas."
"baru tiga hari ini gue jemput lo buat kesekolah. Dan hari ke 4 ini baru berhasil nganter lo." Ucapnya.
"tau ngga. Lo itu cowo yang romantis, romantis alus. Pasti bahagia cewe yang nanti jadi pasangan lo." Ucapku di bahu nya.
"yaudah kalo gitu , mau ngga jadi pasangan gue ? Biar bahagia ngga nangis mulu." ledeknya.
"emmhh.. dipikir-pikir dulu yaa." sahutku.
"jangan lama - lama yaa , nanti expired." Balasnya.
"haha.."
Aku ikut bersama Arfan hingga parkiran. Berjalan bersama menuju kelas sambil berbincang dan bercanda. Aku melihat Reska yang berdiri di depan pintu kelas sambil memegang kotak makan.
"Sayap ayam khusus gue bawain buat lo." Ucap Reska sambil membuka tutup makan dan memperlihatkannya kepadaku.
Aku langsung menatap Arfan yang juga terlihat bingung namun menujukkan senyumnya yang tipis. Dan aku melihat Reska yang tersenyum lebar berharap aku pun senang dengan kejutan yang di berikannya.
"nih pegang, sekarang lo masuk." Ucapnya sambil memberikannya kepadaku dan mendorong ku masuk kelas.
Dari kejadian pagi ini, berita menyebar luas jika Reska membawakan ku makanan. Kisah yang keluar dari mulut mereka begitu romantis. Aku rasa Risky juga akan mendengarnya dan akan membuatnya lebih marah dan tidak menyukaiku daripada sebelumnya.
Aku memilih untuk lebih fokus bersama Arfan untuk makan bersama dikantin, agar berita itu teralihkan. Meskipun yang ku makan tetaplah sayap ayam yang dibawakan oleh Reska.
"emang segitu sukanya sama sayap ayam ?"
Aku menggangguk sambil menikmati sayap ayam dengan sambal buatan Mama Reska.
"terus dia beli ini semua buat lo ?."
"ngga. Nyokapnya yang buat, buat gue." Jawabku.
"waw."
"boleh gue makan ?" Tanyanya.
"makan ajah. Gue juga biasanya makan dua atau tiga. Emang dasar gila dia bawain gue sebanyak ini." Ocehku.
Sedang asik-asiknya aku menikmati sayap ayam buatan Mama Reska, Reska datang bersama dengan Risky dan mengambil sayap ayam yang di pegang Arfan.
"gue bawain khusus buat lo malah dikasih ke orang." Ketusnya sambil menatapku.
Tangannya masih tetap menggandeng tangan Risky.
"emang lo kata gue apan makan sebanyak ini. Ha ?" Ucapku sambil menatapnya dan tanganku meraup ayam untuk diberikan di piring Arfan.
Reska langsung melihat beberapa potong sayap ayam yang sampai ke piring Arfan. Tangannya melayang untuk mengambilnya. Aku memukulnya pelan.
"aaa.."
"nih .. buat lo . . Makan sampe puas." Ucapku sambil menyuapi sepotong sayap ayam dengan wajah kesal.
"ini ada apa sih sama sayap ayam ?" Tanya Risky lembut.
"jadi bener kamu bawain dia makanan, sayang ?" Tanya Risky.
"iya , sayang. Jadi tuh ada yang terharu banget aku kasih sayap ayam sepotong, sampe nangis. Makanya aku bawain yang banyak biar dia seneng."
"plak.." Aku memukul punggungnya.
"a.. Kasar banget sih lo jadi cewe."
"Res, mumpung lagi kumpul disini. Boleh aku tanya sesuatu ?" Tanya Risky dengan lembut.
Reska masik asik dengan santai menyantap sayap ayam.
"kamu pernah ngga sih sekali ajah mikirin perasaan aku ?" Tanyanya.
Aku dan Arfan pelan-pelan menikmati makanan.
"kok kamu ngomongnya gitu ?"
"pernah ngga sih sedikit ajah kamu anggep aku nih ada? Aku , perempuan yang seharusnya kamu jaga perasaannya."
"ky, aku udah ngerelain waktu - waktu yang biasa aku habiskan sama laury, untuk bisa nemenin kamu." Balas Reska.
"ya emang udah sewajarnya kan, emang udah seharusnya begitu. Terus kamu merasa kamu berkorban untuk itu ?" Lanjut Risky.
"itu sesuatu yang emang udah harus kamu lakuin saat kamu memutuskan untuk punya pasangan, res." Tegas Risky.
"kamu cemburu sama dia ?" Tanya Reska sambil menunjukku , tanpa menatapku.
"kamu tanya begitu ke aku ? Bodoh kalau kamu berfikir aku biasa-biasa ajah, res." Tegasnya.
"put, dia ini sahabat aku. Sebelum aku kenal kamu, aku udah berteman dengan dia. Dia juga yang bantuin aku buat nyatain perasaan aku ke kamu." Jelas Reska.
"Res, cewe mana sih yang rela pacarnya perhatian ke cewe lain ?"
"kamu ajah bisa marah- marah ngeliat dia dideketin cowo. Terus kamu ngga berfikir hal yang sama ke aku ?" Ucap Risky yang mulai meninggikan suaranya.
"jadi kamu juga marah-marah ke aku ? Atau jangan- jangan kamu udah marah-marah ke laury ?" Tanya Reska.
"YA ! Aku marah - marah ke dia ? Kenapa ? Kamu ngga suka ?"
"ges ? Bener ?" Tanyanya yang langsung menghadapku.
"jangan bohong sama gue." Tegasnya saat aku tak memberikan jawaban.
"ngga, res. Dia.. Dia cuma nemuin gue ajah, dia ngga marah- marah atau pun ngebentak gue." Jelasku yang tak ingin Reska marah karena membelaku.
"gue udah bilang kan sama lo, dia ngga ada urusan sama lo. Dia jadi urusan gue. Gue udah nyampein ini baik- baik ke lo, put. Jangan pernah nemuin dia untuk ngebahas tentang kita." Ucap Reska.
"disaat kaya gini ajah kamu masih bisa belain dia, res."
Risky meninggalkan Reska dengan wajah yang pasrah dan hati yang lelah menjelaskan setiap detilnya kepada Reska yang tak juga memahami perasaannya.
Reska menatapku yang saat ini sedang menggerogoti sayap ayam.
"gue udah bilang berkali- kali ke lo ya, res. Tapi lo nya yang batu ngga mau dengerin." Ucapku sambil menyuapi nasi kemulut Reska.
Dia mengunyahnya dengan wajah yang kesal.
"gue cuci tangan dulu ya." Ucapku kepada Arfan.
Arfan menghampiriku di wastafel.
"jangan lagi ya lakuin hal kaya tadi didepan gue. Sakit." Ucap Arfan yang mencuci tangan sambil menatap cermin.
Aku terkejut dan hanya bisa menoleh, menatapnya tanpa membalas perkataanya. Dia pergi tak menungguku. Bukan kembali ke meja yang masih dihuni Reska, tapi benar- benar pergi entah kemana.
"mana si cowo tengil itu ?" Tanya Reska saat aku kembali ke meja untuk merapihkan tempat makan milik Reska.
"dia punya nama." Sahutku kesal.
"yaudah ayo balik ke kelas kalo udahan."
"masih ngga ngerti juga ? Setelah kasus sayap ayam. Terus bertengkar di tempat umum. Lo mau kita jalan bareng ke kelas ? Gila kali ya lo." Ucap ku langsung meninggalkan Reska.
"ges.. Ges.. Tunggu laaa.." Ucapnya sambil mengejarku.
.
.
.