Menurutku dia adalah wanita hebat, di lihat dari segi sudut yang tepat. Tapi tidak semua orang memandang dari segi yang sama. Karena keberadaannya yang di takdirkan lahir dari seorang ibu yang merupakan germo di sebuah club malam.
Membuat semua orang memandang remeh, dan rendah. Namun, atas kemampuannya dalam bermain billiard cue, ia aman dari keinginan laki-laki untuk meraup tubuhnya yang sexy. Bahkan mereka hanya mampu mengelap ludah melihat kecantikan Aneska.
Begitu pun dengan lelaki yang akan menjadi calon suaminya yang selalu memandang buruk tentangnya.
Lelaki yang kaya dan juga dingin, banyak wanita yang tergila-gila dengan ketampanannya. Tuan muda Arya Brasetyo, yang terlahir dari keluarga Kaya se- Asia harus bertemu dengan wanita serendah Aneska, menurutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Riskiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama menikah.
Langit telah berubah menjadi terang dengan kedatangan sang matahari yang menyinari seluruh bumi. Dengan diiringi sapaan burung yang berkicau berterbangan memenuhi langit biru. Sinar matahari berhasil membangunkan semua kehidupan di bumi.
Lain cerita jika seseorang yang menghabiskan sebagian malam hingga sampai saat ini belum terbangun, lelah yang berhasil menjadi selimut saat tidur. Aneska terbangun dengan keadaan menggunakan gaun pernikahannya yang masih belum terlepas juga.
Sebelumnya Arya telah membangunkan Aneska dengan kasar yaitu menyiramnya menggunakan segelas air.Arya ingin menyadarkan Aneska dari mimpi indahnya, wanita yang sangat ia benci karena telah berani mengusik kehidupannya.
Lalu Aneska menjadi terperanjat di buatnya, membuat ia terduduk memandang Arya yang bertubuh tinggi dan tegap. Bahkan kharismatik dari wajahnya yang mempesona menyilaukan mata mengalahkan sinar matahari yang menerpa kamar mewah tersebut. Aneska hanya mengusap wajahnya dengan begitu kesal.
" Mengapa kamu selalu membangunkanku seperti ini?" Ucap Aneska dengan mata membulat, mendongakkan kepalanya menatap Arya dengan tajam. Apakah ia harus memulai pagi dengan seburuk ini? fikirnya.
" Apakah dia begitu sangat membenciku? " Batin Aneska.
" Lalu dengan cara seperti apa? Apa aku harus menggendongmu, lalu memandikanmu? Walaupun sudah kusadarkan kamu dengan air, kamu masih tetap saja bermimpi! Sadarlah!! jika di rumahmu sendiri kamu menjadi pelayan pria, berarti disini kamu pantas menjadi pelayan pembantu rumah tangga! Yah, bahkan pekerjaan tersebut lebih mulia dari pada kamu menjual kehormatanmu kepada semua pria!" Ucap Arya tersenyum miring dan tatapan begitu membenci. Setiap kata yang ia ucapkan begitu kejam.
Bukankah jika kalian berada di posisi Arya akan beranggapan sama dengannya? Dimana jika kalian menemukan wanita cantik berada bahkan tinggal di sebuah bar.
Hari masih begitu pagi, dimana Aneska disambut oleh suaminya dengan puluhan hinaan. Mata coklat tersebut hanya membulat memandang Arya tidak percaya. Bisa-bisanya Aneska mendapatkan suami sekasar itu?
" Bagaimana kamu bisa yakin dengan pendapatmu, tentangku?" Tanya Aneska.
Aneska merasa baru mengenalnya, bagaimana bisa Arya yakin tentang pendapat buruknya terhadap Aneska. Yang Aneska ingat, dia baru saja mengenalnya. Bukankah, itu menambah kenyataan, bahwa keberadaannya di club malam, membuat nama baiknya tercemar, di tambah ibunya adalah pemilik bar tersebut.
" Tentu aku sangat yakin! Bukankah dengan penampilan barumu kamu berusaha menyembunyikan jati dirimu! Tapi, sayang kamu tidak dapat menipuku! " Ucap Arya melihat Aneska bagaikan sampah.
" Huh, memangnya kamu bisa menipuku seperti kamu menipu kakekku! Tidak akan bisa, wajah lugumu itu tidak akan mampu membohongiku. Aku tau topeng aslimu, jadi sadarlah! " Lanjut Arya lagi.
Bahkan walaupun dengan penampilan yang natural dan tidak mencolok seperti sebelumnya, Arya tetap menjamin jika wanita di depannya adalah wanita kotor. Walaupun wajahnya begitu lugu Arya tetap membencinya.
Sama seperti orang lain yang juga memandangnya sangat buruk, bahkan jika Aneska berjalan di muka umum dengan pakaian terbuka dan juga polesan wajah yang tebal membuat ia sering di goda oleh pria hidung belang.
Kadang dicaci maki oleh ibu- ibu yang pengalaman suaminya di rebut oleh pel*cur. Kadang juga ada yang melempar kerikil ke kepalanya sampai pernah melukai kepalanya. Padahal Aneska berjalan layaknya seperti orang lain pada umumnya.
" Ganti pakaianmu! Aku tidak ingin kakekku sampai tau jika kamu masih menggunakan gaun pengantin! Kakekku tidak bisa memaksaku untuk menyentuh wanita sekotor dirimu! Bisa- bisa aku penyakitan." Ucap Arya memerintah sekaligus melempar pakaian kepada Aneska dengan kasar hingga wajah Aneska berpaling dari tempatnya.
Bahkan mata coklat tersebut telah berkaca-kaca, meratapi nasib yang tak kunjung membaik. Entah apa kesalahannya sampai diperlakukan seburuk itu? Aneska tidak dapat mempersalahkan sang ibu yang melahirkan dirinya di tempat sekotor itu. Jika takdir dapat di tentukan sendiri, Aneska juga tidak ingin berada di lingkungan tempat ia di besarkan.
Bahkan ribuan orang yang berada di bumi hanya satu atau dua orang yang bisa melihatnya dengan sudut pandang berbeda. Aneska mengambil pakaian tersebut dan mengganti pakaiannya segera mungkin. Sedangkan Arya sudah tak terlihat lagi di hadapannya.
Sesekali Aneska beruntung menemukan orang yang tidak buta dan juga memandang dirinya tidak buruk. Namun jarang sekali ia temukan, dan terakhir orang lain itu adalah Brasetyo yang memandangnya dari sudut berbeda.
...****************...
Dilain sisi Arya sudah rapi dengan setelan kemeja dan juga jas berwarna hitam. Ia begitu tampan dan berwibawa dengan tampang humanisnya. Ia duduk di sebelah Brasetyo di ruang makan.
Seperti biasanya setiap pagi Arya berencana pergi ke kantornya hari ini. Bahkan semenjak Aneska berubah status menjadi istrinya, keinginan Arya untuk tidak berada di rumah semakin besar.
" Aku harap kamu tidak datang bekerja hari ini!" Ucap Brasetyo sambil menunggu anggota keluarganya cukup. Hanya tinggal Aneska yang belum sampai di ruang makan.
" Tidak bisa kek! Arya harus menghadiri beberapa pertemuan penting dengan klien negara asing!" Jelas Arya menolak permintaan Brasetyo dan beralasan.
" Biar Han saja yang menghandle semuanya!" Jelas Brasetyo.
" Aku lihat sikap Arya, berarti dia masih belum membuka segelnya. Ah.. Begitu sulit membujuknya. Benar, Arya bukanlah anak kecil lagi, dia sudah dewasa dan juga punya pendirian kuat! " Batin Brasetyo.
Brasetyo bukan hanya ingin menikahkan sang cucu dengan Aneska, melainkan ia berharap sang cucu bisa melihat jati diri Aneska sama sepertinya. Lalu berujung ke arah mencintainya dan ia akan segera menggendong cicit.
" Tapi kekk?" Arya berusaha menolak.
Tapi percuma baginya menolak sekeras apapun. Permintaan Brasetyo tidak dapat di tolak. Adanya penolakan tersebut bisa membuat kondisi Brasetyo memburuk. Arya menghela nafasnya. Menerima permintaan Brasetyo yang melampui batas menurutnya.
" Kakek juga ingin kamu memberikan seorang cicit kepadaku, usia kakek sudah tidak panjang lagi Ar!" Jelas Brasetyo.
" Apa yang sedang kakek bicarakan?" Ucap Arya ketika Brasetyo mengungkit masalah umur.
" Selamat pagi nak?" Ucap Brasetyo memberi salam kepada Aneska yang baru datang dan tersenyum mengembang.
" Pagi kek!" Ucap Aneska berusaha tersenyum dan menyembunyikan kesedihannya atas sikap Arya.
" Aku sudah merasa kenyang!" Ucap Arya merasa risih dengan kedatangan Aneska di tambah dengan keinginan sang kakek yang melampaui batas.
" Ar, Arya!" Teriak Brasetyo. Arya terus menjauh tidak menghiraukan panggilan Brasetyo.
" Apakah kedatangannku mengganggu kalian kek, maafkan Anes!" Ucap Aneska.
" Oh tentu tidak! Semenjak tadi kita menunggumu. Maafkan sikap Arya,nak!" Jelas Brasetyo.
"Tak masalah kek!" Ucap Aneska berusaha tegar.
" Jika kamu mengenal lebih dekat lagi, kamu pasti mengetahui sifat aslinya. Dia tidak seburuk itu! Kakek berharap kamu bersabar nak! Aku hanya ingin melihat cucu- cucu kakek memiliki pasangan yang tepat!" Jelas Brasetyo.
" Semoga Arya segera menyadarinya! " Batin Brasetyo.
" Ba..iklah kek!" Ucap Aneska.