Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.
"Aku capek di kekang terus."
"Lebih capek gak di urus."
"Masih mending kamu punya keluarga."
"Jangan bilang kata itu aku gak suka."
"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."
"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."
"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."
"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Setelah Tyra pergi mereka pun ikut pergi. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara.
"Kalian mau lanjut SMP kemana? " tanya Candy memecahkan keheningan.
"Gak tahu," ujar Naysa.
"Aku mah ngikut kalian aja," ucap Tania. Tania ingin bisa satu sekolahan lagi dengan teman-temannya.
"Aku sekolah dimana aja gakpapa," ucap Gerald.
"Belum tahu tapi kayaknya aku masuk sekolah yang dipilihin orang tua aku," ucap Harrel. Mendengar jawaban Harrel, Candy menatap anak laki-laki itu.
"Kita senasib," Candy mengepalkan tangannya di depan lalu di balas oleh Harrel. Mereka bertos ria.
"Ayah kamu udah nentuin kamu mau sekolah dimana? " tanya Tania.
"Iya, kalau aku sih pengennya satu sekolahan lagi sama kalian, tapi ayah aku udah mempersiapkan aku akan sekolah di Sky School," ucap Candy. Mendengar itu mereka menatap Candy.
"Serius Sel kamu mau sekolah kesana? " tanya Naysa.
"Itu kan salah satu sekolah favorit yang ada di sini," ujar Harrel.
"Bagus kalau kamu masuk ke sana, " ujar Anka.
"Tapi aku takut gak ke terima, kan kalau masuk kesana harus ikutan testing dan nilainya harus bagus," ucap Candy dengan wajah lesu.
"Meski kamu gak sepintar aku, aku yakin kamu pasti ke terima," ucap Azel yang sedari tadi diam.
"Kamu niat muji atau ngehina sih," Candy mendengus kesal. Azel tidak menjawab ia memilih mengabaikan Candy.
"Kamu pasti bisa Sel," ujar Anka.
"Oke kalau gitu aku akan coba," tatapan Candy berkobar penuh semangat. Karena Anka yang berbicara, Candy jadi merasa yakin. Soalnya Anka kan paling pintar di antara kita semua. Jadi sesuatu yang di ucapkan Anka terasa menjanjikan.
"Dih giliran Anka yang bilang tanggapan beda banget ya? " kesal Azel. Ia merasa perbedaan dari cara Candy berbicara kepada dirinya dan Anka.
"Anka kan nyampainya baik dan sopan, gak kayak kamu nyebelin," ucap Candy menatap Azel.
"Pilih kasih dasar permen pait," kesal Azel.
"Tuhkan mulai lagi sifat nyebelinnya, dasar jelly busuk," wajah Candy juga terlihat kesal.
"Permen pait."
"Jelly busuk."
"Permen pait."
"Jelly busuk."
"Liat kalian kayak gini, kita pasti kangen suasana gini kalau nanti kita udah beda sekolah," ucapan Naysa membuat Azel dan Candy terdiam.
"Iya pasti kita kangen pertengkaran permen pait & jelly busuk," ucap Gerald. Mendengar ucapan Gerald membuat mereka terkekeh.
"Pasti bikin kangen sih momen-momen ini," ujar Tania.
"Jelas sih," ucap Harrel.
"Aku sih emang ngangenin, kalian pasti sedih gak ketemu aku," ucap Candy mencairkan suasana yang terasa sedih.
"Iya kamu emang ngangenin," ucap Naysa merangkul bahu Candy.
"Kalau gak ada Sesel hidup aku hampa," Tania mengusap sudut matanya terlihat seperti menghapus air mata padahal ia tidak menangis sama sekali.
"Gak ada kamu hidup aku tenang soalnya gak ada yang bawel dan berisik," ucap Azel.
"Siapa yang kamu bilang bawel? " Kesal Candy.
"Kamulah siapa lagi yang selalu ganggu hidup aku? "
"Dasar jelly busuk."
Mereka berjalan pulang dengan suara di penuhi oleh pertengkaran antara Candy dan Azel. Tidak ada yang melerai mereka, karena mereka tahu kapan lagi mereka bisa merasakan momen ini. Di cuaca yang tidak terlalu panas dan adanya angin yang berhembus, mereka menikmati suasana ini dengan pertengkaran Candy dan Azel.
******
Langit cerah berwarna biru sudah tergantikan oleh langit yang berwarna gelap dan berhamburan bintang yang menghiasinya.
Saat ini mereka seperti biasa sedang mengaji di mesjid As-Salam. Hari ini sepertinya hari yang tidak mereka sukai karena hanya Rangga yang hadir.
Sepertinya Rangga merasakan suasana mereka yang sedang tidak akrab. Tyra terlihat menyendiri, padahal sejak tadi Candy sudah berusaha mendekati Tyra tapi Tyra malah menjauh.
Saat mereka akan pulang, mereka tidak di perbolehkan pulang.
"Semuanya boleh pulang kecuali Tyra, Candy, Tania, dan Naysa," ucap Rangga.
"Ada apa kak kenapa mereka gak boleh pulang? " tanya Anka. Sepertinya ada sesuatu yang ingin di ucapkan oleh Rangga kepada Candy dkk.
"Saya cuman mau berbicara dengan mereka," ujar Rangga.
Anka menatap Candy dkk, merasakan tatapan Anka mereka pun menyuruh Anka untuk pulang saja.
"Kamu pulang aja," ucap Candy.
Karena Candy sudah mengucapkan itu. Anka pun tidak bisa tetap di sini. Setelah Anka keluar, ada seorang anak laki-laki muncul di dekat pintu.
"Kalau ada apa-apa teriak kamu kan jago kalau soal itu," ucap Azel menatap Candy. Setelah itu anak laki-laki itu pergi.
"Silahkan kalian duduk di depan saya," ujar Rangga.
Mereka pun duduk dengan Tyra di sebelah kiri lalu Candy disampingnya, di sebelah kanan ada Naysa dan Tania.
"Saya lihat-lihat kalian menjauhi Tyra ya? " tanya Rangga.
"Kita emang lagi ada masalah tapi kenapa kak Rangga ikut campur? " ucap Naysa dengan nada yang tidak suka.
"Benar ini bukan urusan kak Rangga kan? " ucap Tania menyetujui ucapan Naysa.
"Jelas ini urusan saya karena saya guru kalian, saya tidak suka ada murid yang mengucilkan temannya," ujar Rangga.
Naysa dan Tania terlihat akan marah, namun segera di tahan oleh Candy.
"Kita cuman lagi ada masalah tapi kita akan segera baikan, iyakan Ra? " ucap Candy menatap Tyra yang duduk di sampingnya. Namun bukan jawaban yang ia dengar Tyra malah memalingkan wajahnya.
Candy tidak percaya Tyra bersikap seperti itu. Bahkan ia terlihat enggan menatap mereka, ia juga mengabaikan ucapan Candy. Naysa dan Tania merasakan emosinya semakin meluap melihat tingkah Tyra.
"Lihat bahkan Tyra enggan menatap kalian, kalian pasti menjauhinya ya sampai Tyra terlihat sedih dan murung," tuduh Rangga. Ucapan Rangga terdengar memojokkan mereka. Seolah-olah mereka adalah orang yang suka menjauhi atau membully temannya.
"Kak Rangga kan gak tahu permasalahan, jadi jangan sok tahu," ujar Naysa marah.
"Ini masalah kita kenapa kak Rangga harus ikut campur sih," ucap Tania tidak suka.
"Kalian ini sangat tidak sopan, saya di sini menegur kalian agar menyadari perbuatan kalian yang buruk ini, anak nakal seperti kalian ini harus di beri nasihat agar tidak semakin menyakiti orang lain," tekan Rangga. Raut wajahnya terlihat marah.
"Ra kamu bilang sama kak Rangga kalau kita gak ngejauhin kamu, kak Rangga salah paham kalau kamu yang bilang kak Rangga pasti percaya," Candy masih berusaha membujuk Tyra. Ia tidak mau permasalahan mereka semakin besar karena ada yang ikut campur.
Namun lagi-lagi, Tyra sama sekali tidak mau membuka mulut. Ia tetap diam, dengan diamnya Tyra suasana semakin tidak nyaman dan Rangga semakin yakin dengan asumsinya bahwa mereka menjauhi Tyra.
"Candy jangan terus mendesak Tyra, sikap kamu sangat buruk dengan memaksa Tyra," ucap Rangga dengan nada marah.
Tania dan Naysa tidak suka Candy di bilang seperti itu oleh kak Rangga. Mereka menatap marah Tyra yang sedari tadi diam.
"Kamu punya mulut kan? "
"Kamu bisu? " ucapan itu terlontar dari Tania yang sudah marah.
"TANIA"