NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 16: Pengakuan dan Penyesalan Adit

​"May, tunggu! Aku mohon, dengerin aku sebentar saja!"

​Maya yang baru saja hendak melangkah turun dari panggung utama Festival Bumi Lestari tersentak. Sebuah tangan mencengkeram lengannya dengan kuat. Bau parfum yang dulu sangat ia hapal, namun kini terasa memuakkan, menusuk hidungnya. Adit berdiri di sana, di balik tirai panggung yang remang, dengan wajah yang berantakan. Dasinya miring, rambutnya acak-acakan, dan matanya terlihat merah.

​"Lepas, Dit. Kamu nggak lihat banyak wartawan di luar?" Maya menepis tangan Adit dengan gerakan kasar. Dia menatap mantannya itu dengan pandangan jijik. "Urusan kita sudah selesai sejak kamu kasih surat pemecatan dari direktur itu di Jakarta."

​"Belum, May. Tolong... aku sesak napas setiap hari hidup sama Siska," suara Adit merendah, hampir seperti bisikan putus asa. Dia tidak peduli lagi pada keramaian di luar sana. "Siska itu monster. Dia nggak cuma ngatur pekerjaanku, tapi dia ngatur napasku. Semua uangku dia yang pegang. Aku bahkan nggak punya hak buat beli kopi sendiri tanpa izin dia."

​Maya tertawa getir. Dia menyilangkan tangan di dada, menatap trofi emas yang masih ia pegang erat. "Terus? Apa hubungannya sama aku? Itu kan pilihan kamu, Dit. Kamu bilang dia lebih segar, lebih bisa manjain kamu, nggak kayak aku yang cuma tahu soal kerjaan. Sekarang kamu dapet apa yang kamu mau, kan?"

​"Aku khilaf, May. Aku baru sadar kalau yang aku butuh itu kamu. Kamu yang tangguh, kamu yang selalu ada buat aku," Adit mencoba meraih tangan Maya lagi, namun Maya segera menghindar.

 "Inget nggak dulu kita sering makan mi instan berdua di kosan pas tanggal tua? Kita bahagia banget, May. Kamu ingat masa lalu kita, kan? Kita sama-sama bangun semuanya dari nol."

​"Masa lalu itu sudah kamu bakar sendiri, Dit. Kamu yang pilih buat selingkuh sama Siska tepat di depan mukaku!" Maya mendesis, matanya berkilat marah. "Sekarang, pas kamu lihat aku berdiri di sini sebagai pemenang, pas kamu lihat aku fokus meraih kehidupan kembali, kamu baru mau bahas masa lalu? Kamu beneran nggak punya malu, ya?"

​"Siska cuma manfaatin aku, May! Dia seolah cuma butuh supir sekaligus asisten yang bisa dia injak-injak buat statusnya di depan keluarga besar Pratama Food.  Hidupku hancur, May!" Adit mulai terisak, sebuah pemandangan yang dulu mungkin akan membuat hati Maya luluh, tapi sekarang hanya membuatnya ingin muntah.

​"Kalau hidupmu hancur, itu karena kamu sendiri yang bawa palunya, Dit. Jangan bawa-bawa aku ke dalam reruntuhanmu. Aku sudah punya hidup baru yang jauh lebih bersih tanpa kamu."

​"Kamu bohong! Aku tahu kamu masih sayang. Mata kamu nggak bisa bohong pas kita ketemu di warung kemarin. May, ayo kita mulai lagi. Aku bakal tinggalin Siska, aku nggak peduli soal nikahan itu. Kita lari dari sini, buka warung kecil di kota lain. Kayak dulu lagi, ya?" Adit melangkah maju, mencoba memojokkan Maya di dinding panggung.

​"Lari? Kamu beneran laki-laki pengecut ya, Dit. Dulu lari dari tanggung jawab pertunangan, sekarang mau lari dari masalah yang kamu buat sendiri?" Maya mendorong dada Adit dengan telapak tangannya. "Jangan pernah sebut nama aku lagi. Mulai detik ini, kamu itu cuma orang asing yang kebetulan pernah jadi noda di hidupku."

​"Tapi Pak Arlan itu... dia cuma manfaatin kamu buat bisnisnya, May! Kamu jangan percaya sama CEO kayak dia. Dia orang kaya, dia punya segalanya, dia cuma mau main-main sama kamu!" Adit berteriak pelan, suaranya penuh iri hati yang sangat kentara.

​"Setidaknya dia nggak pernah memfitnahku jadi pencuri uang kantor cuma demi selingkuhan," balas Maya telak.

​Adit terdiam, wajahnya pucat pasi. Dia hendak membuka mulut untuk membela diri lagi, tapi tiba-tiba sebuah langkah kaki yang mantap terdengar di atas papan panggung yang berderit. 

​"Masih belum puas mempermalukan diri sendiri di depan publik?"

​Suara berat dan dingin itu membuat Adit tersentak dan menoleh dengan cepat. Arlan berdiri di sana. 

Dia masih mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung, tapi sorot matanya sanggup membuat nyali siapapun menciut. Arlan berjalan tenang menuju mereka, lalu tanpa ragu, dia menarik Maya ke sampingnya dan merangkul bahu perempuan itu dengan gerakan yang sangat protektif.

​"Pak... Pak Arlan, ini urusan pribadi kami," Adit mencoba mengumpulkan sisa keberaniannya, meski suaranya bergetar.

​"Urusan pribadi?" Arlan menaikkan alisnya, menatap Adit dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pandangan merendahkan yang sangat menyakitkan. "Saya tidak melihat ada urusan pribadi di sini. Yang saya lihat hanyalah seorang pecundang yang sedang mengganggu koki terbaik saya di hari kemenangannya."

​"Bapak nggak tahu apa-apa soal kami! Maya itu tunangan saya!"

​Arlan tertawa tipis, tawa yang terdengar sangat sinis di telinga Adit. Dia mengeratkan rangkulannya di bahu Maya, membuat Maya bisa merasakan detak jantung Arlan yang tenang namun kuat. Maya hanya diam, merasa terlindungi di bawah bayang-bayang pria ini.

​"Dulu, memang iya. Tapi kamu sendiri yang melepaskannya demi sesuatu yang... saya bahkan ragu bisa menyebutnya sebagai manusia," kata Arlan sambil melirik ke arah Siska di kejauhan yang masih sibuk diwawancarai wartawan.

​"May, jangan dengerin dia! Dia cuma orang asing!" teriak Adit putus asa.

​Arlan menatap Adit dengan mata yang tajam, seolah sedang menghakimi setiap inci dari keberadaan pria itu. "Dengar baik-baik, karena saya tidak akan mengulanginya lagi. Dia bukan lagi masa lalumu, Adit. Dia adalah masa depan perusahaanku, dan mungkin... masa depan yang jauh lebih dari itu untukku."

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!