Bangkitnya Wanita Yang Diremehkan

Gala tersenyum menatap Arsy, apalagi melihat ekspresinya yang seperti itu, dan ia pun ada alasan mengapa malam ini sampai datang ke Kontrakannya Arsy.

Sore itu, Gala mendapatkan panggilan telepon dari Mamahnya.

"Pokoknya Mamah tidak mau tahu Gala, malam ini Tuan Fernandez dan juga istrinya akan datang ke rumah kita dan membicarakan soal pernikahanmu dengan Soraya. " ucap Nyonya Maria lewat sambungan telepon.

"Tapi Mah, kenapa dadakan seperti ini sih? Mamah juga tidak bisa seenaknya mengatur kehidupanku, aku bukanlah anak kecil!" protes Gala, ia mengepalkan tangan dengan rahang yang menegang.

"Alah sudahlah, semenjak kau mengatakan akan menikahi si wanita pincang itu di depan Soraya, Mamah dan keluarganya Soraya berencana untuk segera melangsungkan acara pernikahan kalian satu bulan lagi, dan Mamah tidak mau tahu, kau adalah putraku dan harus menuruti kemauanku!" dada Nyonya Maria sampai di buat naik turun karena kesal terhadap putranya , sedangkan Tuan Dimitri yang saat ini berada di dekatnya hanya bisa menghela napas.

'Ya, kau atur saja rencana mu itu Maria, aku pastikan calon menantu kesayangan mu itu tidak akan lama lagi menghirup udara bebas, dasar wanita ular berkepala dua!

Tuan Dimitri mengumpat dalam hati, ia sendiri sudah sangat jengah dengan sikap istrinya yang begitu berambisi untuk menjodohkan putranya dengan Soraya.

.

.

Arsy mendekat, ia menatap aneh wajah suaminya yang terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Tuan...Tuan!" Arsy terus saja memanggil nama Tuan Gala.

Pada akhirnya Gala pun tersadar dari lamunannya.

"Maaf Arsy kok aku malah bengong!" Gala mengalihkan pandangannya ke arah Arsy.

"Sebaiknya kita mengobrol di dalam saja Tuan, tidak enak kalau sampai ada orang lain yang melihat!" Arsy meraih tangan Gala dan membawanya masuk ke dalam rumahnya, otomatis Gala pun tersenyum senang.

Kemudian pintu ruang tamu ia tutup, namum tanpa Arsy sadari, ada seseorang yang berhasil melihat kejadian tersebut.

Gala duduk di atas lantai beralaskan karpet, ia melihat Adnan yang tertidur pulas di atas kasur matras di ruang tamu.

Sedangkan Arsy, ia melepaskan mukena yang ia kenakan lalu bergegas membuat minum untuk Tuan Gala.

"Oh iya, ini aku bawakan ayam bakar, rencananya aku ingin makan malam di sini bersamamu, habisnya mau makan di rumah, aku malas!" Gala memberikan kantong kresek berwarna putih kepada Arsy, sedangkan Arsy yang baru saja menuangkan segelas air putih hangat, meraih bungkusan plastik tersebut.

"Jadi, Tuan belum sempat makan sedari tadi?" Arsy menatap tak percaya kepada Gala.

Gala hanya mengangguk dan tersenyum ke arahnya.

Semenjak kejadian di kampung Pandan, Gala bersikap jauh lebih baik terhadap Arsy, tidak seperti sebelumnya, saat pertama kalinya bertemu.

Sedangkan Arsy, sebenarnya masih merasa curiga atas kebaikan dari Tuan Gala, apakah tulus atau malah sebaliknya.

Kemudian Arsy bergegas pergi ke dapur untuk menuangkan Ayam bakar plus nasi putih di atas piring.

Saat Arsy fokus menuangkan nasi di atas piring, tiba-tiba saja Gala muncul dari arah belakang, otomatis Arsy menjadi terkejut.

"Ha-ha-ha, kau kenapa Arsy? Melihat ku sudah seperti melihat hantu?" Gala sampai memegang perutnya karena terus saja tertawa.

"Ish...lagian Tuan muncul secara tiba-tiba di belakang ku, siapa sih yang tidak terkejut!" ujarnya sembari mengusap dada.

" Sorry, yasudah aku ingin ke kamar mandi dulu sekalian cuci tangan!"

" Kamar mandinya ada di sebelah pojok, Tuan!" tunjuk Arsy ke arah kamar mandi, dan Gala bergegas pergi ke sana.

Sedangkan Arsy tiba-tiba saja ia teringat sesuatu.

"Ya ampun, aaarrrkkkhhhh....kenapa kau bodoh sekali Arsy, aku kan baru saja selesai mencuci pakaian dalam ku, dan masih menggantung di dalam kamar mandi!" Arsy memukul kepalanya sendiri atas kecerobohannya, ingin mengejar Tuan Gala, tapi dirinya sudah terlanjur masuk ke dalam.

Sedangkan Gala, wajahnya memerah ketika melihat sesuatu di atas sana yang menjuntai di dekat bak kamar mandi, benda tersebut telah mengganggu pikirannya.

'Ternyata sebesar itu ukurannya, aih...apa yang yang telah kau pikirkan Gala? '

Gala menghela napas, dan berusaha mengalihkan pandangannya agar tak terfokuskan ke arah pakaian dalam milik arsy yang masih menggantung bebas di dekat bak mandi, dimana pakaian dalam tersebut seperti baru saja habis di cuci.

Sedangkan Arsy, ia mondar-mandir di depan kamar mandi, dirinya merasa gelisah saat ini.

'Duhhh...kenapa Tuan Gala lama sekali di dalam? Ngapain saja sih dia?'

Arsy menggerutu dalam hati, sampai akhirnya ia memutuskan untuk bergegas pergi ke ruang tamu dan membawa ayam bakar plus nasi putih ke sana.

Arsy menempatkan makanan tersebut di atas meja kayu berukuran kecil, semenjak ia memenangkan lomba, Arsy membeli beberapa perabot, karena saat dirinya tinggal di kontrakan ini, ia tak memiliki apapun, hanya tas yang berisi pakaian yang telah ia bawa.

Beruntungnya ada Bu Sanusi dan suaminya yang meminjamkan kasur matras sebagai alas untuk tidur, serta lemari kecil untuk menaruh pakaiannya dan juga Adnan, tapi saat ini kondisi kontrakan Arsy sudah tidak seperti dulu lagi.

Tak lama Gala datang, kecanggungan mulai terasa diantara keduanya, dan Arsy tak berani menatapnya dan terus menundukkan kepalanya.

"Wah, bau ayam bakarnya benar-benar membuat aku lapar, yasudah ayo temani aku makan!" ucapnya seolah tidak terjadi apa-apa, Gala pun berusaha membuang rasa kecanggungan antara dirinya terhadap Arsy.

Sedangkan Arsy kali ini tak banyak komentar, ia duduk berhadapan dengan gala, dan dalam keheningan malam, akhirnya keduanya menyantap Ayam bakar sampai ludes tak tersisa, Gala sengaja membeli dua ekor Ayam bakar, dan satu ekor lagi Gala pisahkan untuk Adnan, sedangkan satu ekor Ayam, ia nikmati berdua bersama Arsy.

Gala sendiri merasakan sesuatu yang aneh, yang sebelumnya belum pernah ia rasakan selama ini, makan ala rakyat biasa ternyata semenyenangkan ini.

Setelah keduanya selesai makan malam, Arsy tak berani berbicara apapun, sedangkan Gala ia terus saja melirik ke arahnya dengan ekor matanya.

'Kenapa suasananya mendadak menjadi canggung seperti ini?'

Gala bertanya dalam hati, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Sedangkan Arsy, ia melihat jam di dinding yang menunjukkan dimana waktu sudah jam sepuluh malam.

"Tuan, apakah Tuan tidak sebaiknya kembali ke Rumahnya Tuan? takutnya nanti orang rumah mencari keberadaannya Tuan!" dalam kecanggungan, Arsy seolah mengusir Gala secara halus.

Gala yang mendengar Arsy berkata seperti itu, ia menghela napasnya secara kasar.

"Untuk apa aku pulang, lagian aku dan kamu sudah menikah, jadi tidak ada masalah kan?"

Arsy menepuk jidat, ia cukup geram atas jawaban dari Gala.

"Iya Tuan, saya tahu kalau kita sudah menikah tapi pernikahan kita tidak ada yang mengetahuinya!" Arsy mendongak dan menatap lekat Tuan Gala.

"Ck, kalau aku ingin menginap di sini, memangnya menjadi masalah untukmu?" Gala menatap dingin Arsy.

Arsy mengepalkan tangan, rasa kesalnya kini mulai meradang atas perkataan dari Tuan Gala yang seenaknya.

'Kenapa anda ini senang sekali mencari masalah, apakah Tuan Gala sengaja ingin mempermalukan aku, agar aku menjadi bahan gunjingan warga satu kampung, ish...!'

Arsy kembali menggerutu di dalam hatinya, giginya bergemelutuk dan rahangnya sudah menegang.

Bersambung...