IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Syafira sedang meluruskan kakinya di teras toko. Ia baru saja selesai membuat macam-macam kue pesanan pelanggannya.
"Minum dulu mbak!" Rani menyodorkan segelas air putih kepada Syafira.
"Terima kasih, capek juga ya Ran. Istirahat dulu Ran," ucap Syafira.
"Mbak Fira itu yang kecapean, mbak udah dari subuh kan berkutat dengan adonan-adonan itu, aku kan jam delapan baru datang tadi," sahut Rani yang ikut selonjoran di lantai depan toko.
"Eh kenapa ikutan duduk di lantai? Duduklah di kursi Ran!"
"Enakan di lantai mbak, sambil ngelurusin kaki. Mumpung enggak ada pembeli juga hihi," Sahut Rani terkekeh.
"Yang ngantar kuenya bu Ratna mau aku atau mbak Fira?" tanya Rani kemudian.
"Biar aku aja Ran," jawab Syafira.
"Lah emang mbak Fira enggak ada kuliah nanti?" tanya Rani.
"Ada nanti jam tiga Ran, masih banyak waktu, masih keburu. Habis ini juga masih ada pesanan bu Winda yang harus aku buat," jelas Syafira. Ia memang sedang berusaha keras untuk mengumpulkan uang. Tidak mengenal waktu dan lelah, apapun dan berapapun yang pelanggan minta ia sanggupi.
"Apa mbak enggak capek, dari kemarin mbak kerja terus, aku perhatiin mbak kurang tidur. Mbak Fira juga harus istirahat, jaga kesehatan mbak," Rani yang tahu bagaimana usaha Syafira merasa kasihan dan khawatir.
"Enggak apa-apa kok Ran, aku strong!" kelakar Syafira yang tak pernah mau menunjukkan rasa sedih dan juga lelahnya.
"Ya udah aku antar kue pesanan bu Ratna dulu ya," Syafira berdiri sambil mengusap-usap celana jeans yang ia pakai.
"Eh mbak itu siapa? Kayak pernah lihat," Rani melihat ada dua anak kecil laki-laki dan perempuan yang masing-masing menggendong tas ransel di punggungnya turun dari taksi. Yang anak perempuan sambil memeluk boneka.
Syafira yang barusan menunduk mengusap celana jeansnya langsung melihat ke arah jalan depan toko.
"Astaga si kembar?" Syafira sedikit terkejut melihat anak-anak yang sebenarnya ia rindukan tersebut. Ia langsung berlari ke arah si kembar.
"Nathan, Nala," Syafira setengah berjongkok di depan si kembar.
"Kakak syantik," ucap Nala, matanya masih sembab sisa menangis.
"Kalian ke sini sama siapa?" Syafira melihat ke arah taksi, mungkin ada seseorang yang akan turun lagi pikirnya.
"Sendiri," jawab Nathan.
Taksi kembali akan melaju,namun Syafira mencegahnya dengan cepat.
"Tunggu pak, saya minta penjelasan Bapak dulu. Kenapa mereka bisa sampai di sini dan di antar oleh Bapak?" Syafira mendekati sopir taksi.
"Saya tidak tahu nona, tadi ada seorang perempuan yang menyuruh saya mengantar mereka ke jalan xxx, tapi mereka berdua meminta saya mengantar ke sini. Kata mereka ini toko bunda mereka. Apa nona bunda mereka?" tanya sopir taksi ragu-ragu. Ia tak yakin jika Syafira yang masih muda sudah memiliki dua anak.
🍃🍃🍃
flash back on
Di dalam taksi, Nala tiba-tiba menangis membuat Nathan kebingungan.
"Kenapa nangis, jangan nangis Nala, jangan takut ada Nathan di sini," Nathan mencoba menenangkan adik kembarnya.
"Tante Sonya jahat Athan, Nala tak suka. Nala enggak mau jadi cinderella yang punya bunda jahat hiks," ucap Nala sesenggukan.
"Sudah jangan menangis, daddy tidak akan menjadikan dia bunda, daddy sayang kita percayalah,"
"Tapi tadi tante Sonya bilang.."
"Nala percaya daddy atau tante Sonya?"
"Daddy," jawab Nala.
"Kalau begitu diamlah, jangan nangis. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat," ucap Nathan, ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian memberikannya kepada sopir taksi.
"Paman, tolong antar kami ke alamat itu!" pinta Nathan kepada sopir taksi.
"Tapi..."
"Itu alamat toko kue bunda kami paman," ucap Nathan seolah tahu keraguan dari sopir taksi.
"Baiklah kalau begitu," sahut sopir taksi.
"Athan dapat dari mana alamat itu?" bisik Nala.
"Kemarin waktu kakak cantik bawa macaroon kan di boxnya ada alamatnya, aku gunting deh. Berguna kan. Jangan nangis lagi. Ntar syantiknya luntur," ucap Nathan.
"Yee! terima kasih Athan. Athan the best!" seru Nala.
"Hem..." sahut Nathan sambil membenarkan posisi duduknya, tangannya ia silangkan di dada.
Flash back off
🍃🍃🍃
Syafira melihat ke arah si kembar, tak tega juga jika dia menyuruh mereka kembali naik taksi dan pulang ke rumah.
"Em iya pak, saya bunda mereka. Bapak boleh pergi sekarang. Tapi lain kali tolong kalau ada anak sekecil ini naik taksi sendirian Bapak jangan mau, iya kalau benar orang tua mereka tahu, kalau tidak bagaimana? Bapak bisa di tuduh penculik. Bapak harus pastikan dulu jangan iya iya saja. Bagaimana kalau orang yang menyuruh Bapak tadi orang jahat. Ini saya berbaik hati tidak melaporkan Bapak ke tempat Bapak bekerja, tapi lain kali tolong lebih perhatikan penumpangnya Pak. O ya, taksinya sudah di bayar?"
"Iya nona, maafkan saya nona. Lain kali saya akan lebih hati-hati lagi. Sudah nona, perempuan tadi sudah membayarnya bahkan lebih," sahut sopir taksi. Ia menghela napas lega, karena Syafira tidak memarahinya, ia juga membenarkan ucapan Syafira, kenapa dia tadi asal mengiyakan saja.
"Ya sudah itu rejeki Bapak, Bapak boleh kembali bekerja. Terima kasih sudah mengantar anak-anak," ucap Syafira.
Taksi pun kembali meninggalkan Syafira dan si kembar. Syafira mengajak Nathan dan Nala ke toko.
"Ran, sepertinya kamu yang harus antar kue ke rumah bu Ratna, biar aku yang stay di sini, sambil buat pesanan bu Winda," Syafira berbicara kepada Rani ketika mereka sampai di teras toko.
"Oke mbak siap!" sahut Rani.
Syafira mengajak si kembar ke dapur.
"Daddy tahu tidak kalian ke sini?" tanya Syafira, di jawab gelengan kepala oleh keduanya.
Kemudian Syafira menyuruh si kembar duduk dan menceritakan apa yang terjadi hingga mereka sampai di sana. Nala pun bercerita kepada Syafira. Syafira menghela napasnya dalam setelah Nala selesai bercerita.
"Benarkah om duda mau menjadikan artis yang enggak punya attitude itu pengganti mommy anak-anak. Kasihan sekali mereka," batin Syafira, ia menatap iba kepada si kembar.
"Adakah makanan? Aku lapar," ucap Nathan dingin seraya memegangi perutnya.
"Mau makan apa? Nanti kakak buatkan," tanya Syafira.
"Apa saja, yang penting bisa di makan," jawab Nathan.
"Nala tidak lapar, Nala mau macaroon saja, kakak syantik punya?"
"Yups punya dong. Kakak ambilin macaroon buat Nala dulu lalu buatin Nathan makanan ya?" Syafira melihat ke arah Nathan.
"Hem," jawab Nathan singkat.
Setelah membuatkan Nathan makanan, Syafira mulai membuat kue pesanan lagi.
"Bolehkah Nala membantu? Nala ingin sekali bisa bikin kue sama mommy, kata daddy kue buatan mommy lezat. Tapi kan mommy tidak mungkin mengajar Nala," sorot mata Nala begitu membuat hati Syafira selalu luluh.
"Baiklah, Nala duduk di sini dulu ya, habiskan dulu macaroonnya, lihat kakak buat yang ini dulu. Nanti baru ikut bantu oke?" Syafira mengangkat Nala dan mendudukkannya di sampingnya. Sementara Nathan sedang asyik menikmati makanan yang di buatkan Syafira.
Meskipun Syafira sedang repot karena ada pesanan kue yang cukup banyak, namun ia tidak merasa terganggu dengan kedatangan si kembar. Justru itu membuat dia semangat. Hanya saja dia kepikiran bagaimana kalau Bara mencari mereka. Ya, pasti duda tampan itu sedang kebingungan mencari anak-anaknya. Mau mengantar mereka dia sedang di buru waktu untuk membuat pesanan. Dia akan menyelesaikan kuenya dulu baru mengantar mereka sambil berangkat kuliah nanti pikirnya.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca, jangan lupa like komen dan votenya...Terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.