NovelToon NovelToon
Mandala Yin Yang

Mandala Yin Yang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Romansa / Penyelamat
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Tian Xuan

Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Kedatangan di Pulau Misterius

Suara kapten kapal menggema di seluruh dek, menandakan bahwa mereka hampir sampai di pulau tujuan. Para penumpang yang dipenuhi ambisi segera bergegas ke tepi kapal, ingin melihat pulau yang dikabarkan menyimpan berbagai harta karun. Beberapa dari mereka tidak sabar untuk berburu harta, sementara yang lain berharap mendapatkan keberuntungan di tempat berbahaya ini.

Che Tian, yang sebelumnya duduk santai di kursinya, akhirnya berdiri dan dengan santai menyimpannya kembali sebelum berjalan menuju pinggir kapal. Matanya tetap tenang, tetapi ada sedikit ketertarikan dalam tatapannya.

Di sisi lain, Ye Qingxian, yang masih kesal karena gurunya mengejeknya pemalas, menatapnya dengan wajah jengkel. Sementara itu, Feng Lian, pengawal perempuan yang sebelumnya berseteru dengan Che Tian, masih berdiri di dekat mereka dengan tangan terlipat, menatapnya dengan penuh kewaspadaan.

Tak jauh dari mereka, Pangeran Xuan Huo masih merasakan perih di pipinya akibat tamparan bibinya. Dengan ekspresi sedikit canggung, ia mencoba menenangkan wanita tersebut.

"Bibi, kau tidak perlu bersikap seperti ini," ucap Xuan Huo dengan nada sedikit memohon.

Feng Lian mendengus. "Kau terlalu ceroboh, Pangeran. Jika aku tidak ada di sini, kau mungkin sudah menyerahkan kepalamu pada orang yang salah!"

Xuan Huo tersenyum kecut. "Aku hanya ingin berteman dengan Che Tian."

Feng Lian menatapnya dengan tajam. "Aku tidak peduli dengan alasanmu. Kau harus lebih berhati-hati!"

Xuan Huo hanya menghela napas pasrah, sementara Che Tian yang mendengar percakapan mereka hanya menyeringai kecil tanpa ikut campur.

Namun, di tengah keramaian itu, perhatian Che Tian tiba-tiba tertuju pada kapal lain yang berada tidak jauh dari mereka. Kapal itu tampak aneh—seluruh badan kapal berwarna hitam pekat, dan ada aura gelap samar-samar menyelimuti sekelilingnya.

Matanya menyipit. Kapal ini… ada yang tidak beres.

Che Tian memperhatikan kapal itu lebih lama sebelum akhirnya pelabuhan mulai terlihat jelas. Kapal mereka pun merapat, menandakan bahwa mereka telah sampai di pulau tujuan.

Pulau Sunyi yang Misterius

Begitu turun dari kapal, mereka langsung disambut oleh pemandangan yang sangat kontras dengan kehebohan para penumpang tadi. Pulau ini benar-benar sunyi. Tidak ada satu pun tanda kehidupan manusia di sini.

Meski begitu, para petualang tetap bersemangat. Bagi mereka, pulau ini adalah tempat berburu keberuntungan—entah berupa harta karun, senjata langka, atau peluang langka lainnya.

Che Tian turun bersama Ye Qingxian, sementara Feng Lian, Xuan Huo, dan para pengikut mereka juga mulai melangkah ke daratan. Di hadapan mereka, terbentang hutan lebat yang menjulang tinggi, seolah menyembunyikan rahasia yang tak terhitung jumlahnya.

Namun, Che Tian tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar. Yang menarik perhatiannya justru ekspresi kesal Ye Qingxian yang masih belum hilang.

Ia berjalan mendekat dan bertanya, "Kenapa kau masih merajuk?"

Ye Qingxian hanya berbalik, enggan menatap gurunya.

Che Tian menghela napas dalam hati. Aku tidak suka hal yang bertele-tele. Bagaimana caranya agar ini bisa selesai dengan cepat?

Setelah berpikir sejenak, ia akhirnya memutuskan cara paling sederhana.

Dengan langkah santai, Che Tian kembali mendekati muridnya, lalu menyentuh dagu Ye Qingxian dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya merangkul pinggangnya dan menariknya mendekat.

Ye Qingxian langsung membeku. Posisi mereka terlalu dekat—bahkan terlalu intim untuk seorang guru dan murid.

Wajahnya yang putih bersih segera merona merah. Ia ingin berbicara, tetapi lidahnya terasa kelu.

Che Tian menatapnya dengan serius. "Sudahi dulu merajuknya. Kita sudah sampai di tempat yang bagus untuk membuatmu lebih kuat."

Ye Qingxian masih tidak menjawab, tetapi matanya sedikit bergetar.

Che Tian melanjutkan, "Aku juga hanya bercanda soal kau pemalas. Kau rajin, buktinya kau rela membuatkan teh untukku."

Mata Ye Qingxian membesar. Pipinya semakin memerah, seperti kepiting yang direbus.

Dengan cepat, ia berusaha menyingkirkan tangan gurunya dari dagunya, tetapi Che Tian menahannya.

"Janji ya? Jangan merajuk lagi?" ucap Che Tian, wajahnya semakin mendekat.

Jarak mereka kini hanya tinggal sedikit. Jika Ye Qingxian bergerak maju, mungkin saja bibir mereka akan bersentuhan.

Ye Qingxian akhirnya menyerah dan berkata dengan suara lemah, "Baik… aku berjanji."

Baru setelah itu Che Tian melepasnya. Ia tersenyum puas, sementara Ye Qingxian menunduk dengan wajah masih memerah.

Namun, momen itu tidak bertahan lama.

Saat Che Tian menatap kapal hitam yang baru saja merapat, matanya menyipit. Dari kapal itu, beberapa orang turun dengan langkah percaya diri. Salah satunya adalah Yin Zhiping, pria yang pernah dikalahkannya di turnamen Keluarga Ye.

Namun, perhatian Che Tian lebih tertuju pada pria lain yang berjalan di samping Yin Zhiping. Pria itu memiliki aura yang jauh lebih kuat dan wibawa yang jelas berbeda. Dia adalah Yin Chaofeng, kakak Yin Zhiping sekaligus pewaris utama Keluarga Yin.

Dengan senyum tipis, Yin Zhiping melangkah maju lebih dulu. "Che Tian… Aku tak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini."

Che Tian tetap tenang, tangannya bersedekap. "Aku juga tidak menyangka Keluarga Yin tertarik dengan tempat seperti ini."

Yin Chaofeng, yang mendengar percakapan mereka, menatap Che Tian dengan penuh minat sebelum akhirnya bertanya kepada adiknya, "Zhiping, apakah dia yang mengalahkanmu saat turnamen Keluarga Ye?"

Yin Zhiping mengernyit sejenak sebelum menjawab, "Hmph, dia hanya beruntung saat itu."

Che Tian terkekeh kecil, tatapannya sedikit mengejek. "Keberuntungan? Aku tidak ingat pernah mengandalkan keberuntungan."

Yin Zhiping mendengus. "Kalau bukan karena trik licikmu, aku tidak akan kalah."

Yin Chaofeng melirik adiknya sekilas, lalu beralih kembali ke Che Tian. "Aku sudah mendengar sedikit tentangmu. Mengalahkan adikku bukanlah hal yang mudah. Sepertinya kau memang cukup berbakat."

Che Tian tersenyum tipis. "Aku tidak butuh pengakuan darimu."

Yin Chaofeng menyipitkan matanya. "Oh? Begitu percaya diri? Kalau begitu, bagaimana kalau kita menguji seberapa hebat dirimu sekarang?"

Che Tian tertawa kecil. "Di tempat seperti ini? Aku tidak punya waktu untuk membuang tenaga melawan seseorang yang tidak berkepentingan denganku."

Yin Zhiping mengepalkan tangannya, merasa dipermalukan. "Che Tian, kau—!"

Namun, Yin Chaofeng mengangkat tangan, menghentikan adiknya.

"Tenang, Zhiping. Tidak perlu emosi. Kita di sini bukan untuk bertarung… setidaknya, belum saat ini."

Che Tian tetap tidak menunjukkan ketertarikan. "Kalau kalian tidak ada urusan denganku, sebaiknya jangan menghalangi jalanku."

Yin Chaofeng tersenyum dingin. "Aku hanya ingin mengingatkanmu, Che Tian. Dunia ini luas. Jangan berpikir hanya karena kau menang sekali, kau bisa selalu di atas."

Che Tian menyeringai. "Dan aku juga ingin mengingatkanmu… jika kau berpikir bisa menginjakku seperti orang lain, maka kau akan kecewa."

Ketegangan di antara mereka terasa semakin meningkat, tetapi sebelum situasi semakin panas, Che Tian melirik sekilas ke arah Ye Qingxian dan berkata, "Kita pergi."

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan mulai melangkah menuju hutan.

Yin Chaofeng hanya tersenyum samar, sementara Yin Zhiping menatap punggung Che Tian dengan penuh rasa tidak terima.

"Kakak, aku ingin menghabisinya sekarang!" geram Yin Zhiping.

Yin Chaofeng menggeleng pelan. "Tidak perlu buru-buru. Jika dia memang sekuat itu, cepat atau lambat kita akan bertemu lagi… Dan saat itu tiba, kita akan lihat siapa yang benar-benar lebih kuat."

Che Tian tidak peduli, dia tidak ingin berlama-lama. Ia segera mengaktifkan Mata Dewa-nya, mencari lokasi yang ia inginkan di pulau ini.

Dalam beberapa detik, ia menemukannya.

"Ayo, kita berangkat," ucapnya kepada Ye Qingxian.

Namun, sebelum mereka bergerak, Pangeran Xuan Huo tiba-tiba menghampiri mereka.

"Tuan, bagaimana kalau kita pergi bersama? Akan lebih aman jika kita dalam kelompok besar."

Che Tian menatapnya sejenak, lalu melirik ke arah Feng Lian yang berdiri di belakang pangeran dengan ekspresi tidak senang.

Ia tersenyum tipis. "Maaf, tapi tujuan kita berbeda."

Sikap tak ramah Feng Lian membuat Che Tian semakin enggan bergabung.

Tanpa banyak bicara, ia dan Ye Qingxian akhirnya memasuki hutan yang lebat itu, meninggalkan kelompok lainnya.

Di dalam hati, Che Tian tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai—dan berbagai misteri di pulau ini menanti mereka di depan.

—Bab 15 Tamat—

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!