Kinara tak menyangka jika kedatangannya di acara reuni akan membawa bencana bagi kehidupan selanjutnya. Bertemu dengan pria yang dulunya membuat hidupnya tertekan.
Hingga ia memutuskan untuk pergi dari kehidupan sang pria. Dan kali ini, pertemuan dirinya dan pria masa lalunya membawa duka lara untuk dirinya.
"Aku sudah lama menunggu kehadiranmu! Biarkan malam ini menjadi saksi rasa sakit hatiku padamu Kinara."~ Edgar Regantara
"Kau tak tau bagaimana rasanya jadi aku, Mungkin dengan cara kamu membalaskan dendam padaku! Rasa sakit hatimu lenyap bersamaan dengan luka yang akan aku bawa pergi" ~Kinara Saqeel Ardav
Sanggupkah Kinara melewati semua itu, melewati hal tak terduga dari masa lalunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mhaya Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMR 32
"Sak-ittt..." Kinara berteriak ketika tubuh mungil itu sudah berada di atas brangkar. Gadis itu menahan sakit yang semakin terasa kala brangkar yang dinaikinya sudah berjalan kearah ruangan yang hendak digunakan untuk memeriksanya.
Baik Edgar dan Regantara berada disisi kanan dan kiri brangkar sembari mendorong brangkar itu. Tangan Edgar dan Regantara digenggam erat oleh Kinara bahkan keduanya merasakan kuku lentik Kinara menusuk kulitnya.
"Bertahanlah, Sayang." Edgar berusaha menguatkan Kinara setelah genggaman tangan itu terlepas.
Para perawat menyuruh Edgar dan Regantara menunggu diluar kala pemeriksaan berlanjut. Dengan perasaan yang sangat cemas dan khawatir, kedua pria berbeda generasi itu mendudukkan dirinya dikursi tunggu dengan gelisah.
"Kemana saja kau ,Edgar," sentak Regantara ketika netranya melihat Edgar tengah menyunggar rambutnya kebelakang. Pria itu terlihat ketakutan disana kala melihat darah yang merembes di balik dress yang dikenakan Kinara ditambah lagi teriakan Kinara yang terdengar menyayat hatinya.
Edgar menoleh kala mendengar ucapan Regantara, mata pria baruh baya itu terlihat menusuk ulu hatinya yang paling dalam.
"Bukankah kamu sudah pulang sejak sore ,lalu kenapa kamu belum tiba di apartemen mu hah," bentak Regantara lagi dengan emosinya.
"Maaf, Dad." hanya itu yang diucapkan Edgar sembari menunduk. Ia tau kesalahan sangat fatal hingga membuat istrinya celaka akan kelalaiannya.
"Kemana kamu, Edgar," teriak Regantara lagi yang sudah mencengkram kerah kemeja putranya. Ia sangat menyayangkan sikap putranya yang tak bisa merasakan feeling yang melekat dihatinya.
"Orang suruhan Mommy yang membuat mobilku mogok, Dad. Jadi aku telat datang," ungkap Edgar dengan kegelisahan yang begitu kentara diwajahnya.
Dengar perlahan, pria paruh baya itu melepas cengkraman pada kerah Edgar. Matanya semakin menyala ketika sang istri-lah yang menjadi dalang semua ini.
"Regina, kenapa sifatmu tak bisa berubah bahkan membuatku semakin tak bisa mencintaimu," gumam Regantara menatap kearah lain. Pria itu sangat kecewa dengan tingkah Regina, meskipun ia tak mencintai Regina namun ia berusaha memberikan kehidupan yang layak untuk wanita itu.
Namun apa sekarang balasannya, wanita itu semakin menjadi-jadi dengan tingkahnya.
"Daddy akan pergi dan kamu Edgar berjanjilah untuk selalu berada disisinya. Dan jika ada sesuatu yang buruk menimpa Kinara, hubungi Daddy secepatnya." Regantara berucap tanpa menunggu jawaban Edgar.
Pria paruh baya itu melenggang pergi dengan langkah lebarnya. Tangannya terkepal kuat bahkan terkesan mematikan disana.
Sebenarnya Edgar merasa bingung dengan perilaku Regantara pada Kinara. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres pada Regantara hingga memberikan perhatian berlebihan pada sosok istrinya.
Edgar ingin bertanya namun ia berusaha memendamnya terlebih dulu apalagi ia sudah mengutus seseorang untuk terus mengintai Regantara tanpa sepengetahuannya.
Ia kini hanya fokus pada sosok Kinara yang berusaha menahan sakit didalam sana.
"Aku mohon bertahanlah, Ra. Demi aku dan demi anak kita," ungkap Edgar dengan penuh penyesalannya karena tak ada ketika kejadian itu berlangsung.
Jika tadi dirinya mengabaikan mobilnya yang mogok dan mencari taksi untuk mengantarkannya pulang ke apartemennya , mungkin sosok Kinara masih bercengkrama dan bercanda dengannya.
Ceklek...
"Bagiamana keadaan istri saya, Dok?" tanya Edgar ketika pintu itu terbuka. Pria itu tak membiarkan wanita paruh baya yang masih mengenakan jas putih itu melenggang pergi meninggalkannya sebelum pertanyaannya dijawab secara detail olehnya.
"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Edgar lagi dengan suara meninggi kala dokter itu masih diam tanpa ekpresi.
bersambung...