NovelToon NovelToon
Menantu Bar-bar Itu Aku

Menantu Bar-bar Itu Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Selingkuh / Mengubah Takdir / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Chicklit
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Ainun

menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16. tidak ada bukti

"Loh, itu bukannya Rani, ya? bukannya ini masih jam sekolah, tapi kenapa malah keluyuran sama cowok," gumam Karina.

Saat perjalanan menuju rumah, ditengah perjalanan Karina seperti melihat seseorang yang mirip dengan Rani sedang berboncengan dengan seorang laki-laki yang juga menggunakan seragam sekolah.

"Pak, bisa menepi sebentar?" tanya karina.

"Iya, neng," jawab tukang ojek.

Setelah tukang ojek menepikan motornya, Karina berteriak memanggil Rani yang sedang terjebak lampu merah.

"Rani... Rani... Rani.." teriak Karina tiga kali, tapi Rani tetap tidak menyahut.

"Loh, kok malah pergi sih," gumam Karina merasa heran.

Karina sangat yakin, bahwa tadi itu adalah Rani, adik iparnya. Karina juga yakin kalau Rani mendengar saat dipanggil, tapi motor yang membonceng Rani malah pergi begitu saja.

"Ah, biarkan sajalah. Nanti kalau Rani sudah pulang ke rumah, baru aku tanyakan."

Karina meminta tukang ojek untuk kembali melanjutkan perjalanan ke rumah.

Sesampainya di rumah, Karina langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Tadi Tante Lusi memberik aku 500 ribu, aku simpan sajalah untuk pegangan. Sayang sekali kalau uang itu dibelikan ikan."

Karina mencari tempat yang aman dan tersembunyi untuk menyimpan uang 500 ribu tersebut. Akhirnya, Karina memutuskan menyimpannya di lipatan lipatan baju miliknya, karena Karin yakin tidak akan ada orang yang mencari uang di sana.

"Nah, aman. baik-baik ya kamu di sini," ucap Karina sebelum menutup pintu lemari pakaiannya.

****

"Gimana sayang, istrimu sudah tahu kalau aku hamil?" tanya Lisa dengan nada yang serius.

Rudi menggelengkan kepalanya. "Belum, mungkin aku akan memberitahu Karina setelah menikah denganmu."

"Ah, iya, itu ide yang bagus. Kalau kita sudah menikah, mau tidak mau, ya Karina pasti menerima keadaan ini."

"Iya, aku akan menikahi kamu secepatnya. Tapi kita hanya akan melakukan pernikahan siri saja."

"Tidak masalah, yang penting anak ini memiliki seorang ayah yang sah."

Lisa pun langsung bergelayut manja dilengan Rudi.

"Lisa, lepaskan tanganmu! Aku takut ada yang melihat kita."

"CK... Kenapa sih, Rud. Tempat makan ini juga jauh dari tempat kita bekerja, kok," ucap Lisa yang tetap tidak mau melepaskan tangannya.

Dan benar saja di seberang meja yang Rudi tempati, ada Rima yang sedari tadi memperhatikan Rudi dan Lisa.

"Bukannya itu suaminya Karina, ya. Tapi, kenapa mesra sama wanita lain," gumam Rima yang penasaran.

"Aku yakin kok, itu suami Karina. Ah, apa aku ambil fotonya saja, ya. Siapa tau beneran suami Karina dan Karina tidak tau kalau suaminya mesra-mesraan dengan wanita lain."

Rima akhirnya memutuskan untuk mengambil foto orang yang diduga sebagai suami Karina itu dan nanti akan dikirim untuk Karina.

Rima mengambil beberapa foto dengan berbagai pose dan ekspresi, termasuk foto yang menampilkan suaminya yang diduga berselingkuh. Setelah dirasa cukup, Rima kembali memasukkan ponselnya kembali.

"Halo sayang, sudah lama menunggu, ya? Maaf ya, tadi dipanggil pak Andrew terlebih dahulu," ucap Irwan.

"Eh, mas, kamu tuh ngagetin aja deh."

Irwan mengernyitkan keningnya. "Kamu kaget? Memangnya kamu lagi ngelamunin apa, kok sampai kaget?"

Rima menggeleng kemudian menceritakan semua yang dilakukannya tadi, tentang orang yang diduga suami temannya.

"Memangnya yang mana orangnya? Siapa tau aku kenal."

Rima menoleh kearah meja Rudi, tapi ternyata Rudi dan Lisa sudah tidak ada.

"Yah, orangnya sudah pergi sepertinya, Mas. Oh ya, apa mungkin suaminya Karina itu tidak mengenal Pak Andrew, Mas? masa berani menuduh Karina selingkuh dengan Pak Andrew, padahal dia sendiri yang berselingkuh."

"Bisa jadi memang suami temanmu itu tidak mengenal siapa Pak Andrew, karena biasanya yang mengurusi kantor cabang itu hanya orang kepercayaannya Pak Andrew saja. Yasudah, lebih baik sekarang kita pesan makanan saja."

Rima mengangguk kemudian memanggil seseorang waiter.

****

Karina saat ini sedang sibuk mencuci pakaian, karena tadi pagi dirinya belum sempat mencuci pakaian. Setelah pulang dari rumah sakit, Karina tidak sengaja ketiduran. Akibatnya, baru pada jam 1 siang Karina bisa memulai mencuci baju.

Setelah selesai mencuci, Karina memutuskan untuk menjemur pakaian di teras rumah saja, karena cuaca sedang mendung. Lebih baik begitu, daripada nanti hujan turun dan pakaian basah kembali.

"Loh, Rina, kenapa pulang sendirian? Rani nya mana?" tanya karina begitu melihat Rina pulang sendirian tanpa kembarannya.

"Emt, tadi Rani bilang ada kerja kelompok, mbak."

Karina mengernyitkan keningnya. "Bukannya kalian satu kelas? Kenapa kamu tidak ikut kerja kelompok?"

"Ah, i-iya, kerja kelompok itu hanya untuk mereka yang nilainya kurang, Mbak," ucap Rina dengan suara yang terdengar seperti orang yang ketakutan.

"Alhamdulillah, nilaiku bagus," tambahnya.

Karina menganggukkan kepala, meskipun ia yakin jawaban Rina itu bohong.

"Yasudah, kalau begitu kamu ganti baju terus makan siang!"

"Iya mbak," ucap Rina kemudian berlalu pergi.

Sekitar satu jam kemudian, Rani akhirnya tiba di rumah. Karina yang saat itu sedang berada di teras pun, mencecar beberapa pertanyaan.

"Darimana saja, kamu?" tanya karina dengan nada menyeldik.

"Apa sih, mbak. Kepo banget sama urusan orang," jawab Rani dengan nada judes, setelah mengatakan itu Rani ingin pergi namun tertahan oleh suara Karina.

"Kenapa waktu jam pelajaran malah keluyuran sama cowok, naik motor? Kamu bolos sekolah kan?"

Rani berbalik badan menghadap Karina, menatap Karina dengan raut wajah yang masam. "Mbak Karin jangan asal nuduh, ya!"

"Mbak tidak asal menuduh, karena mbak melihat sendiri dengan mata kepala."

'Berarti yang di lampu merah tadi benar-benar Mbak Karina. Aduh mampus, aku harus gimana sekarang?' batin Rani.

"Mbak Karin salah orang kali."

"Aku nggak mungkin salah mengenali orang ya, Rani! Jujur sama mbak, kamu tadi kemana dan sama siapa?"

"Aku nggak kemana-mana, mbak. Jangan suka asal nuduh gitu dong!" teriak Rani.

Teriakan Rani tentu saja terdengar oleh Bu Marni dan juga Rina saudara kembarnya. Bu Marni dan juga Rani pun segera mendekat.

"Apa yang terjadi? Rani, kenapa kamu berteriak begitu?" tanya Bu Marni.

Kedua mata Rani mulai berkaca-kaca. "Mbak Karin, Bu. Dia nuduh aku bolos sekolah," jawab Rani sambil menunjuk ke arah Karina.

"Karina, kenapa kamu menuduh Rani?"

"Aku tidak asal menuduh, Bu. Aku lihat sendiri Rani boncengan motor dengan seorang laki-laki di saat masih jam sekolah."

"Bohong! Aku tidak bolos sekolah. Kalau tidak percaya, tanya saja sama Rina. Iya kan Rin, aku tidak bolos sekolah," sahut Rani dengan cepat.

Rina yang ditatap semua orang pun menjadi gelagapan. "I-iya, Rani tidak bolos sekolah."

"tuh, Mbak Karin dengar sendiri kan, apa kata Rina."

"Kalian pasti sudah bersekongkol."

Bu Marni yang mendengar perdebatan ini pun di buat pusing. "Sudah-sudah, mana buktinya kalau kamu melihat Rani boncengan motor dengan seorang laki-laki?"

Karina menghela napas berat. "Aku memang tidak punya bukti, Bu. Tapi, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. tadi aku tidak berpikiran untuk mengambil foto Rani."

"Kamu kekeh menuduh anakku, tapi tidak punya bukti apapun? Sama saja dengan maling teriak maling. Jangan pernah menuduh Rani lagi! Rani, sekarang kamu ganti baju setelah itu makan."

"Iya, Bu," Rani pun langsung pergi diikuti Rina dibelakangnya.

"Lain kali kalau mau menuduh itu harus punya bukti!" setelah mengatakan itu, Bu Marni juga ikut pergi.

Karina mengendikkan bahunya. "Terserah lah, kalau sampai kenapa kenapa juga bodoamat, lah."

****

"Papa, mama mana, Pa? Huhuhuhu... Padahal mama sudah berjanji, tidak akan tinggalin aku lagi," ucap Aldo dengan suara yang terisak-isak dan air mata yang bercucuran.

Andrew tidak tahu lagi, harus menenangkan Aldo dengan cara apa. Sudah hampir dua jam, Aldo terus merengek.

"Andrew, Aldo ingin bertemu Karina," kata Lusi, sambil menenangkan cucunya.

"Biarkan saja lah, Ma. Nanti kalau sudah capek pasti akan diam dengan sendirinya."

Tok... Tok... Tok... Suara ketukan pintu membuat semua orang menoleh ke arah pintu dengan rasa penasaran.

"Oma, itu pasti mama Karina. Cepat Oma bukakan pintunya!"

Bersambung...

1
Sulfia Nuriawati
cm istri bodoh yg d selikuhi msh trma, apa pun alasannya kalo berbahi hati jg body g bakalan nyaman, so mending ngalah demi kewarasan mental
mama Ainun: nanti ada waktunya kak🙏🏻
total 1 replies
aries
ceritanya menarik
mama Ainun: terimakasih banyak kak
total 1 replies
aries
🤣🤣🤣 makan tuh ikan cue
mama Ainun: 🤣🤣🤣 ikan cue juga enak kak
total 1 replies
aries
ati2 Karina, pelakor jaman sekarang ngeriw
mama Ainun: betul kak
total 1 replies
aries
aduh, mertua begini enaknya diapain ya.
aries
jadi Karina selalu salah 😌
mama Ainun: tidak pernah benar kak
total 1 replies
wong jowo
Terima saja Karina. kan lumayan 10 JT, aku juga mau.
mama Ainun: 10 juta, kapan lagi ya, kak.
total 1 replies
wong jowo
harusnya Andrew bisa lebih dewasa. kasihan Aldo.
wong jowo
ceritanya bagus.. menantu tidak bisa ditindas begitu saja 👍👍👍
mama Ainun: terimakasih banyak sudah mampir kak🙏🏻
total 1 replies
wong jowo
Double up thor
mama Ainun: ditunggu ya kak
total 1 replies
Sena Kobayakawa
Semangat terus penulisnya!
mama Ainun: terimakasih banyak kk semangatnya 🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!