Menantu Bar-bar Itu Aku

Menantu Bar-bar Itu Aku

menjadi pembantu gratisan

"Mas aku lelah ,mending kita ngontrak ajalah. Biar sepetak nggak masalah asal cuma berdua." Rengek Karina.

"Kamu itu kenapa sih, tiap hari yang dibicarakan cuma ngontrak Mulu. Ngontrak itu mahal,kan sayang duitnya." Jawab Rudi.

Selalu saja Rudi menolak ketika Karina meminta untuk hidup ngontrak agar bisa pisah dari keluarga Farhan dan bisa hidup mandiri berdua saja.

Karina sudah merasa sangat lelah harus hidup satu atap dengan keluarga Farhan yang sangat toxic.

Tok.. Tok.. Tok..

pintu kamar digedor dengan keras. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Bu Marni ,mertua Karina yang suka semena-mena.

"karin ,piring kok belum di cuci sih." Teriak Bu Marni dari luar pintu.

"Mas ". Rengek Karina mencoba mencari pembelaan dari sang suami.

"Sudah kamu kerjakan saja apa yang ibu perintahkan, inget kita ini cuma numpang disini."

Rasanya percuma juga Karina merengek, toh Punya suami tak pernah mau membela istrinya yang dijadikan pembantu oleh keluarga nya.

Karina pun dengan enggan keluar kamarnya, "apa sih Bu berisik tau malam-malam gedor-gedor pintu kamar kenceng banget."

"Kamu tuli ya ,cucian piring numpuk itu. Enak saja habis makan nggak mau nyuci. Kamu harus inget ya ,kamu tuh cuma orang lain yang numpang disini karena kebetulan dinikahi Rudi." Cerocos Bu Marni tanpa jeda.

"Aku juga terpaksa kok Bu numpang disini, karena anak ibu itu gak mau diajak pindah. Padahal kan enak ngontrak sendiri gak apa-apa biarpun hanya sepetak asalkan nyaman dan tidak ada pengganggu."

Mendengar ucapan sang menantu, membuat Bu Marni semakin murka, "berani ya kamu melawan mertua mu sendiri, Rudi lihat nih istri macam apa begini. Kamu tuh jadi suami nasehatin istri yang bener Rud, jangan sampai istrimu itu berani sama kamu apalagi sama orangtuamu juga."

"Eh Bu, aku juga lama-lama capek dijadikan pembantu gratisan dirumah ini. Nih ya dirumah ini bukan cuma ada aku, ada ibu, ada Rina Rani juga. Aku tuh udah masak , nyapu ,nyuci ,ngepel semua aku yang kerjain. Timbang nyuci piring itu juga bekas makan semua orang yang ada disini masa harus aku lagi."

"Karina cukup, lebih baik kamu cuci piring saja dulu biar cepat kelar. Kalau debat terus yang ada gak bakal beres tuh cucian. Benar kata ibu kita disini hanya numpang jadi harus sadar diri." ucap Rudi yang malah membela ibunya.

"Tuh dengerin kata suami."

Dengan malas akhirnya Karina pun mengalah lalu berjalan menuju dapur untuk mencuci piring kotor.

"Dasar suami gak punya perasaan, istrinya ditindas dijadiin pembantu keluarga nya kok diem aja malah seakan mendukung. Keluarga laknat ya gini. YaAllah,dosa apa sebenarnya yang hamba lakukan sehingga memiliki mertua seperti itu." gumam Karina disaat mencuci piring.

Rudi adalah anak pertama, Mempunyai ibu bernama Marni yang merupakan seorang janda. Farhan juga memiliki adik kembar yang masih sekolah kelas 3 SMA bernama Rina dan Rani.

Bu Marni memiliki warung didepan rumah,ya walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup untuk menghidupi anak-anaknya. Dari warung itu lah Bu Marni membesarkan dan menyekolahkan Rudi dan adik kembarnya.

Tapi setelah Rudi bekerja semua tanggung jawab dilimpahkan kepada Rudi. Seperti kebutuhan sehari-hari rumah makan listrik ,bahkan biaya Sekolah Rina dan Rani yang membiayai sekarang Rudi.

Sebagai istri,karina mencoba memahami posisi suaminya yang bekerja sebagai manager di sebuah pabrik dibidang produk pangan, yang gajinya harus dibagi-bagi untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga nya. Gajinya sih lumayan, mungkin sekitar 7 jutaan belum termasuk bonus akhir bulan.

Harusnya dengan gaji segitu cukup kalau dibantu dengan keuntungan dari warung Bu Marni. Tapi sayangnya Bu Marni enggan mengeluarkan uang sepeserpun untuk kebutuhan rumah sehari-hari dan juga biaya sekolah si kembar.

Uang keuntungan dari warung Bu Marni sekarang disimpan sendiri yang katanya untuk hari tua nanti.

***

"Mas bangun" , Karina menggoyang-goyangkan tubuh Rudi, " Ini udah jam setengah 7 loh, kamu gak kerja?."

"Iya iya ih brisik banget sih karin." Rudi pun akhirnya bangun juga meskipun bibirnya masih menggerutu.

"Kamu tuh aneh ,namanya bangunin orang ya harus brisik lah biar cepat bangun. Kalau pelan-pelan bukan bangunin namanya ,tapi bisikin." Karina terkekeh.

Tak mau berdebat akhirnya Rudi pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap ke kantor.

Semua orang kini sudah berkumpul di meja makan.

Hari ini Karina memasak sayur kangkung ,tempe goreng ,telur dadar yang sudah dipotong potong menjadi 5 bagian.

"Yah Mbak ,kok kangkung lagi ,tempe lagi. mbok ya sesekali masak ayam. kalau begini kapan kita jadi pinter, nutrisi saja gak terpenuhi." ucap Rina begitu melihat menu yang ada di meja makan.

"Iya bener." Sahut Rani.

"Heh anak prawan, taunya cuma makan tidur sekolah main udah itu aja. Nggak pernah mau tau gimana pusing nya ngatur uang belanja yang dikasih dengan nominal pas-pasan. Asal kalian tau ya ,mbak masak ya sesuai dengan jatah bulanan yang masmu kasih. Kalau ngasih nya dikit ya mana bisa masak ayam."

"karin ,aku tuh ngasih 1 juta ya hanya untuk makan. Kamu bilang itu kecil nominalnya?." protes Rudi yang tak terima istrinya menganggap 1 juta itu kecil.

Karina nyengir sehingga kelihatan deretan giginya yang putih, "Suamiku sayang ,1 juta itu gede kok kalau untuk makan jatah satu Minggu saja. Tapi kalau untuk 1 bulan itupun untuk makan orang satu rumah yang isinya 5 orang dewasa kamu pikir itu banyak? Hello ,udah bisa masak begini saja Alhamdulillah."

"Aku langsung berangkat saja. sarapan  dipabrik saja nanti, sudah tidak selera makan rasanya."

"Mas minta uang saku ." Ucap Rani sebelum Rudi pergi.

Rudi pun mengeluarkan uang 20an ribu 1 lembar dari kantongnya.

"Terimakasih mas." Ucap si kembar secara bersamaan.

***

"Tumben rud kamu sarapan dikantin." Sapa firman teman Rudi di satu devisi.

"Lagi sebel sama istri." Jawab Rudi singkat sambil memasukkan nasi kedalam mulutnya.

firman duduk dikursi yang berada didepan Rudi ,ikut nimbrung sarapan bersama.

"Kenapa lagi, pasti istri lu minta ngontrak lagi ya." Tebak firman.

"Dia bilang kalau uang jatah untuk belanja sehari-hari itu kecil jadinya masak cuma itu-itu Mulu. Satu juta kok dibilang kecil , jatuh nya istri tidak tau diuntung kan."

"Satu juta untuk seminggu?". Tanya firman dengan santainya.

Rudi melotot mendengar pertanyaan sahabat nya itu, "Sejuta buat sebulan lah ,gila kamu masa iya sejuta buat seminggu itu buat makan apa buat foya-foya."

Firman tertawa mendengar jawaban Rudi, "hahahaha.. satu juta buat makan sebulan terus yang makan 5 orang dewasa? Gila kebangetan deh kamu rud. Aku nih ya yang belum nikah aja tau loh sejuta buat makan sebulan itu kurang. masak iya kamu yang seorang direktur tidak tau, apa tidak mau tau. wajar saja istrimu itu protes."

"Kok kamu jadi belain Karina sih. Suami itu sudah bekerja keras mencari uang untuk keluarga. Nah istri itu harus nya pinter-pinter lah mengelola uang biar cukup sampai gajian selanjutnya. hargai seberapa pun suami memberi."

"Terserah deh bro yang jelas kalau aku yang jadi istrimu, sudah minta Pisah aja mending."

"Mana mungkin dia minta pisah dari aku, hidup dia aja cuma numpang dan bergantung sama aku. sudah lah aku balik ke ruangan dulu ya." Rudi pun pergi meninggalkan firman yang belum selesai menghabiskan sarapannya.

"Yaampun Rudi Rudi, harusnya kamu itu bersyukur punya istri kaya Karina .Lihat saja nanti kalau Karina udah sadar dan benar-benar merasa capek dengan keluargamu, kelar kalian semua."

Karina dan Rudi dulunya bekerja ditempat yang sama ,yaitu dikantor tempat Rudi sekarang bekerja. Karena peraturan tidak membolehkan karyawan yang menikah ,tidak boleh bekerja di satu pabrik. akhirnya Karina mengalah dan memilih resign saja.

Untuk keluarga Karina sendiri, tak merestui pernikahan antara karina dan Rudi. entah karena apa, mungkin karena feeling orang tua Karina tidak ingin anaknya menikah dengan Rudi.

Namun sayang ,karena cinta buta akhirnya Karina tetap memilih menikah dengan Rudi dibandingkan mendengar ucapan kedua orangtuanya saat itu.

Sebulan pertama pernikahan Rudi dan Karina pun berjalan mulus layaknya pengantin baru pada umumnya.

Namun di bulan-bulan berikutnya, semua tak lagi sama. meskipun perlakuan Rudi masih sangat baik tapi keluarga Rudi yang toxic itu mulai berulah menjadikan Karina seperti pembantu gratisan dirumah mereka.

Karina merupakan anak tunggal dari keluarga yang lumayan cukup berada. Hanya saja setelah memilih menikah dengan Rudi, Karina sudah tidak dianggap anak oleh orangtuanya.

Dan setelah pernikahan yang sudah selama hampir 2 tahun ini, Karina tak pernah menghubungi maupun pulang ke rumah orangtuanya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!