karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
surogeni vs tuan muda rangga
"Maaf, Tuan Muda, sepertinya ban mobilnya kena paku," ucap sopir.
"Apa kau bawa ban cadangan?" tanya Rangga.
"Tidak, Tuan," ucap sopir dengan kepala menunduk.
"Bodoh!" teriak Rangga.
Tiba-tiba Rangga merasakan bahaya, dua paku melesat ke arahnya. Rangga mengibaskan tangannya, seketika paku-paku itu langsung berterbangan ke mana-mana.
Galang keluar dengan pakaian serba hitam dan topeng hitam. "Siapa kamu? Kenapa menyerangku?" tanya Rangga.
"Aku Surogeni," ucap Galang.
"Surogeni? Siapa orang ini? Kurasa aku tidak pernah punya urusan dengannya."
Melihat ada musuh, sopir itu mencoba menelpon meminta bantuan. Dengan perintah dari Galang, Singokolo menunjukkan kepalanya yang sebesar rumah dan langsung membuat sopir gemetaran hingga menjatuhkan handphonenya. Galang langsung melesatkan paku dan menghancurkan ponsel milik sopir.
"Hmm, kuat juga khodam kau," ucap Rangga.
"Aku tidak tahu siapa kau, tetapi karena kau sudah membuat masalah denganku, jangan harap bisa kembali hidup," tambah Rangga.
"Haha, orang lemah sepertimu tidak akan bisa membunuhku!"
Rangga langsung melesat hendak menyerang Galang, tetapi Galang langsung kabur dan masuk ke perkebunan warga.
"Pengecut!" teriak Rangga sambil mengejar Galang.
Setelah 5 menit kejar-kejaran, Rangga sampai di tanah lapang dengan rumput kecil.
"Di mana orang itu? Larinya cepat sekali!" gumam Rangga.
"Haha, mengejarku saja tidak bisa, apalagi mau membunuhku!" tawa Surogeni atau Galang.
"Haha, apa kau takut melawanku sampai kau berlari?"
"Tidak, aku hanya ingin tidak ada yang mengganggu pertarungan kita."
Tiba-tiba tangan Rangga memerah. "Jurus apa itu, Singo?" tanya Galang.
"Itu ajian Brajamusti, Tuan. Ajian itu cukup kuat."
"Hmm, tidak ada waktu untuk bertanya pada khodamu," ucap Rangga dan melesat sambil memajukan tinju Brajamustinya.
Galang langsung membuat tameng mistik kecil di tangan kirinya dan menangkis pukulan tangan kanan Rangga.
Bang! Debu bertebaran di mana-mana. Rangga langsung membuat jarak dengan Galang.
"Sial, apa itu tadi?" ucap Rangga dalam hati.
"Apa hanya segitu, Tuan Muda Rangga?" tanya Galang.
"Sepertinya orang ini orang yang sangat sakti, lebih baik aku tidak meremehkannya," ucap Rangga.
Tiba-tiba tangan kanan Rangga mengeluarkan cahaya hijau kehitaman dan nampak keris dengan bilah nyala hijau.
"Itu dia, Tuan, Keris Kertana."
"Hmm, nampaknya keris itu kuat." Tiba-tiba Rangga kembali melesat. Galang menghindar.
"Haha, apa kau takut dengan pusakaku?" tanya Rangga sambil tertawa.
"Haha, aku takut akan kulawan pusakamu!" Galang mengeluarkan pisau yang diambil dari rumah.
"Apa kau bercanda melawan pusakaku dengan pisau dapur?"
"Justru pisau dapur ini lebih kuat dari pada keris tua milikmu!" Galang menyelimuti pisau itu dengan energi supranatural dengan sangat banyak. Nampak pisau tersebut sangat tajam dengan warna merah yang menyala.
Tanpa berlama-lama, Galang melesat. Rangga tidak mau kalah, dia juga menyalurkan tenaga dalamnya dan kerisnya langsung mengeluarkan cahaya hijau yang sangat terang.
Dentang-dentang suara pisau dan keris yang beradu. Nampak hanya percikan api saja, tidak terlihat orangnya.
Setelah beberapa menit Galang dan Rangga beradu senjata, Rangga tiba-tiba menjaga jarak dan langsung membelah angin. Nampak siluet tebasan warna hijau terang.
Galang membuat kembali tameng mistiknya. Seketika siluet itu menghilang.
Tidak mau menyerah, Rangga kembali melesatkan tebasan-tebasan kerisnya. Puluhan tebasan terlihat. Galang tetap santai dan tidak mengubah ukuran tamengnya. Galang sangat yakin tebasan itu tak mampu menembus tamengnya.
Benar saja, puluhan tebasan itu langsung menghilang begitu beradu dengan tameng mistik milik Galang.
Berikut teks dengan tanda baca yang tepat:
Tiba-tiba Galang tersenyum smirk dari balik topengnya. Dentang, bunyi pisau dan keris yang beradu.
"Bagaimana kau bisa melihatku?" tanya Rangga, karena dia menggunakan puluhan tebasan hanya untuk mengecoh Galang dan akan menebasnya dari belakang, tetapi Galang malah langsung berbalik dan menangkis menggunakan pisau dapur miliknya.
Galang tidak menghiraukan pertanyaan dari Rangga. Galang langsung mencengkram tangan kanan Rangga yang digunakan untuk memegang keris. Galang menggunakan banyak energi supranatural sehingga membuat Rangga kesakitan dan melepas kerisnya. Galang langsung menendang perut Rangga. Setelah melihat kerisnya lepas dari tangan Rangga, seketika Rangga langsung terpental menabrak pohon, bahkan pohon itu langsung tumbang karena Galang menggunakan energi supranatural juga dalam tendangannya.
"Huek!" Rangga memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Galang mengambil keris milik Rangga dan menghampiri Rangga. "Kamu masih terlalu dini untuk menang dari ku, Tuan Muda Rangga!" ucap Galang dengan nada sengaja menekan ucapan "Tuan Muda".
Setelah mengucapkan hal itu, Galang langsung pergi.
"Brengsek! Akan ku ingat namamu, Surogeni! Dan aku pasti akan balas dendam!" teriak Rangga.
Di sisi lain, "Lang, kamu ga ke kantin?" tanya Tanty.
"Aku ga punya uang," jawab Galang dengan tatapan kosong mengarah ke depan.
"Ga papa, aku traktir," kata Tanty.
Galang hanya diam, tepatnya bukan Galang melainkan siluman salah satu pasukan milik Singokolo. Tanty bingung melihat Galang tidak menjawab. "Bodo amatlah, ayo Tanty menarik tangan Galang, dan Galang hanya mengikuti. Mereka berdua sampai di kantin.
"Kamu mau apa, Lang? Biar aku traktir," tanya Tanty.
"Terserah," jawab Galang singkat tanpa menatap Tanty dan hanya menatap ke arah depan dengan pandangan kosong.
"Aneh banget, Galang hari ini," gumam Tanty. Tanty pun memilih untuk memesankan mie ayam untuk Galang.
Belum ada lima menit, Galang sudah menghabiskan mie ayamnya dan langsung berbalik masuk ke kelasnya tanpa menghiraukan panggilan Tanty.
"Galang, tungguin aku makan!" teriak Tanty, tetapi Galang tidak bergeming dan terus berjalan.
"Kenapa sih, Galang? Ko aneh banget hari ini. Apa aku punya salah sama dia?" tanya Tanty dalam hati.
Tanty tidak menghabiskan makanannya dan berjalan menyusul Galang.
"Lang, Galang!" panggil Tanty.
Tetapi Galang tetap berjalan sampai di kelas. Galang langsung duduk di bangkunya.
"Lang, kamu kenapa sih hari ini? Aneh banget. Apa aku punya salah sama kamu? Kalau aku punya salah, aku minta maaf," ucap Tanty.
Galang tidak melirik Tanty sama sekali. Semua siswa hanya memandangi mereka berdua, termasuk Aditya, Ucup, dan Aldi.
"Liat, tuh Siculun ngambek sama pacarnya," ucap Aldi.
"Ada kesempatan buat lu, Cup. Sikat aja!" ucap Aditya.
Sedangkan Ucup tersenyum senang melihat Galang diam saja. Ucup menghampiri Tanty.
"Udahlah, Nty. Kamu ga usah peduliin dia lagi. Dia mungkin lagi marah sama kamu. Mending kamu duduk bareng aku aja," ucap Ucup.
"PERGI SANA! INI BUKAN URUSAN KAMU!" bentak Tanty.
Ucup kaget, baru kali ini dia melihat Tanty marah. UBerikut teks dengan tanda baca yang tepat:
Ucup kaget, baru kali ini dia melihat Tanty marah. Ucup pun pergi. Sedangkan Galang tidak perduli apa yang terjadi.
Tanty melirik ke arah Galang, dia melihat Galang masih sama saja, tidak memperdulikannya. Tanty menundukan mukanya di meja dan menangis.
"Sebenernya, aku salah apa?" ucap Tanty dalam hati sambil menangis.
"Liat, Cup, calon bini lu nangis. Samperin lagi, tuh!" ucap Aldi.
"Hahahahaha!" tawa Aditya.
"Ga lah, bro, takut ditabok gw ama tuh cewe!" ucap Ucup.
Singkat cerita, bel pulang berbunyi. Galang langsung pulang tanpa menunggu Tanty dan Fatur.
Tanty sampai ke parkiran, dia melihat Fatur. Fatur juga heran melihat tingkah Galang hari ini.
"Nty, Galang kenapa?" tanya Fatur.
"Justru aku yang harusnya tanya sama kamu, Galang itu kenapa?" jawab Tanty.
"Lah, kamu punya salah kali sama Galang?"
"Ga, aku ga pernah. Kamu kali yang punya salah sama Galang?"
"Gw juga ga punya salah apa-apa sama Galang. Eh, gw baru inget, kayanya gw punya salah deh sama Galang."
"Hah, kamu punya salah apa?"
"Kemarin gw ninggalin Galang waktu kita berdua di kejar sama gengnya Aditya."
"APA?! Kaget, Tanty!"
"Pantes aja dia marah, tapi ko Galang diemin aku juga, padahalkan aku ga punya salah. Gw juga ga tau. Udahlah, gw mau minta maaf sama Galang. Pasti gara-gara gw ninggalin dia waktu itu, makanya dia baper sama gw," ucap Fatur sambil berjalan pergi.
Sedangkan Galang sudah mengendarai motornya pulang. Fatur mencoba mengejar Galang, tetapi Galang mengendarai motornya dengan sangat cepat.
"Weh, gila nih bocah! Jatoh pindah alam, baru tau rasa lu!" ucap Fatur.
Singkat cerita, malam pun tiba. Galang dan Bu Sari sedang makan malam.
"Lang, Ibu tau Fatur salah, tapi dengan cara kamu diem aja ga bakal nyelesain masalah, malah nambah besar masalah," ucap Bu Sari.
"Hah? Ibu ngomong apa sih? Tadi Fatur kesini, katanya kamu ngambek gara-gara di tinggal waktu di kejar sama gengnya anak yang namanya Aditya. Kacau emang siluman ga bisa diandelin. Hehe, maaf, Tuan, kami bangsa siluman tidak bisa membaur dengan manusia biasa, kecuali itu tuannya sendiri," ucap Singokolo.
"Ya sudah, Bu, Galang mau ke rumah Fatur buat minta maaf."
"Iya."
Galang ke rumahnya Fatur. "Tok, tok, tur!" panggil Galang.
Pintu terbuka, menampakan Bu Murni, ibu Fatur. "Maaf, yah, Lang, Faturnya udah tidur, katanya kecapean," ucap Bu Murni.
"Ya udah, Bu. Kalau Fatur udah bangun, sampein kalo Galang udah maafin Fatur."
"Emangnya Fatur punya salah apa sama kamu, Lang?"
"Bukan masalah besar, ko, Bu. Ga papa, Ibu pengin tau Fatur punya salah apa sama kamu?"
"Kemarin Fatur ninggalin Galang waktu di kejar sama anggota geng motor."
"Hah? Kurang ajar nih anak!" ucap Pak Saiful, bapak Fatur, yang tiba-tiba datang.
"Tenang aja, kamu Lang. Bapak bakal ngasih pelajaran buat anak itu," ucap Pak Saiful.