Aira harus menelan pil pahit, ketika Andra kekasih yang selama ini dicintai dengan tulus memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, karena terhalang restu oleh orang tua karena perbedaan keyakinan.
padahal Aira sedang mengandung anak dari kekasihnya.
apakah Aira akan mampu bertahan dengan segala ujian yang dihadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arij Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Hari beranjak semakin sore. Bukannya istirahat, Aira malah melamun.
POV Aira
Namaku Aira Larasati, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hamdan dan Ibu Sarinah. Sejak kecil dibesarkan di sebuah Desa. Setelah lulus SMA, Aira melanjutkan pendidikannya di sebuah Universitas Swasta di Kota semarang. Aira tidak hanya kuliah saja, sambil mengisi waktu Aira melakukan kuliah sambil bekerja. Karena pada dasarnya Aira orangnya tidak bisa berdiam diri. Pasti akan merasa jenuh dan kurang puas, makanya dia sambil bekerja. Aira mendapatkan pekerjaan disebuah Showroom mobil di Kota itu. Dari situ Aira berkenalan dengan Andra kekasihnya. Karena seringnya bertemu dan berinteraksi mereka menjalin hubungan.
Semua orang yang tahu Aira menjalin hubungan dengan Andra sangat menyayangkan keputusan Aira. Karena Andra dan Aira berbeda keyakinan. Ya mau bagaiman lagi, teman teman Aira tidak bisa mencegah Aira.
Bagaimna Aira tidak bisa luluh dan jatuh cinta dengan Andra. Andra selalu memberi perhatian melebihi teman pada umumnya. Tiba tiba datang membawakan jajanan pada Aira.
Saat Aira kuliah malam pun Andra tanpa rasa pamrih datang untuk mengajak Aira sekedar makan atau menjemput Aira pulang kuliah.
Disiai lain Andra semenjak menjalin hubungan dengan Aira, menjadi lebih terarah.
Yang tadinya kerja berangkat sesuka hatinya. Hanya sebagai staf rendah, perlahan bisa mengubah kebiasaannya yang selalu telat menjadi sangat rajin. Datang selalu tepat waktu karena menjemput Aira agar bisa berangkat bersama. Perlahan-lahan diangkat menjadi Kepala Bagian.
Aira sangat senang karena Andra selalu bisa menuruti apa kata Aira. memberikan kasih sayang kepada Aira. Orang tua Andra sendiri menerima Aira dengan senang hati.
Tapi yang tidak Aira sangka, Andra bisa melepaskan Aira dengan begitu saja. Meninggalkan benih kepada Aira. Tanpa mau berjuang sekali lagi untuk bersama. Aira tak menyangka janji-janji Andra yang pernah diucapkan hanya sekedar janji. Bahkan dengan teganya melepaskan begitu saja.
Aira fikir Andra akan mau mengikuti Aira. Hingga Aira percaya begitu saja kepada Andra tanpa memikirkan resikonya. Memberikan hal yang paling berharga yang Aira jaga selama ini dengan mudah kepadanya.
Menyesal pun juga percuma sudah tidak ada artinya lagi, yang bisa Aira lakukan sekarang bagaimna merubah kesalahan ini menjadi keberhasilan.
Kehadiran janin yang dikandungan pun Aira acuhkan. Tidak begitu menginginkan janin ini. Andra dan Aira sudah berusaha untuk menyingkirkan janin itu. Tapi janinnya begitu kuat, mungkin Dia tahu kalau nanti hanya Dia yang bisa menemani mamanya. Hanya Dia satu-satunya yang bisa menjadi semangat dan acuan Aira menjadi sukses.
...****************...
Sedang asyik-asyiknya melamun, ponsel Aira berbunyi. Ternyata ada pesan masuk.
"Ting,,,, Aira mengalihkan pandanganya pada ponsel yang ada di dalam tas, dengan malas Aira terpaksa mengambil ponselnya.
Aira terlonjak kaget, matanya mendelik melihat nama yang terlihat dilayar ponsel. Dia melihat pesan masuk itu. Aira tidak menyangka bahwa orang yang ada dalam lamunannya tiba tiba memberi pesan setelah sekian lama tidak ada kabarnya.
"heh....Andra...." dengan perasaan sedikit senang tapi, agak malas. Aira membaca pesannya.
"Ni orang kenapa?"
"Hai sayang apa kabar?, sudah makan belom kamu?, Aku kangen sama kamu!" itu yang tertulis dalam pesan teks tersebut.
Aira merasa gamang dengan perasaannya. antara ingin membalas atau mengacuhkan saja, tapi dihati kecilnya Dia senang sekali Andra masih mau menghubungi Dirinya.
Aira mencoba mengacuhkannya, walau hati kecilnya Aira ingin membalasnya.
Belum juga Dia sempat membalas, masih menimbang-nimbang, tiba tiba,
Ting...
"Sayang......"
Ting....
"Sayang....rindu,"
Ting....
"Sayang kok gak dibales,"
Ting....
"Tolong sayang balas pesanku,"
Ponsel Aira terus berbunyi, menandakan notif pesan masuk berkali-kali.
"Kenapa sih ni orang?"
"Gak jelas amat ya!"
"Kemaren ditinggalin, gak peduli, giliran sekarang tiba tiba kirim pesan."
"Sayang lah, rindu lah,"
"Bodo ah,"
"Biarin ajalah, nanti juga berhenti sendiri kalau udah capek."
Kesal sekali rasanya Aira, mendapati ponselnya berbunyi terus, banyak pesan masuk darinya.
Aira mencebikkan bibirnya "isssssshhhhh.....ganggu banget sih."
"Gak bisa tidur kalau begini jadinya."
Ponselnya dilempar kesamping badannya.
Aira masa bodoh sama pesan pesan yang masuk itu.
Tidak hanya sampai disitu saja. Bukan hanya pesan, bahkan sekarang ponselnya kembali berbunyi. Berdering menandakan panggilan. Aira masih tetap cuek melihat ponselnya.
"Drrtt... Drrtt... Ddrrttt... Andra memanggil," tertera panggilan dari Andra.
Dengan malas Aira mengambil kembali ponselnya, melihat siapa yang memanggil. Waktu Dia tahu itu dari Andra, ponselnya langsung diletakkan kembali tanpa ada niatan untuk menjawab.
Mendengar ponselnya berhenti berdering. Dia mengambil kembali ponselnya, menjadikan ponselnya dalam mode pesawat, karena tidak mau mendapat gangguan kembali. Dia merasa cukup terganggu.
"Nah selesai."
"Coba saja kalau bisa."
"Gak akan bunyi lagi."
"Awas saja nanti kalau masih bunyi."
Dengan sangat kesal Aira menunjuk-nunjuk ponselnya, ditekan-tekan, meluapkan amarahnya kepada benda mati yang tidak tahu apa-apa.
Seketika Aira tersadar dengan tindakan, menghentikan kekonyolannya. Dia merasa konyol dengan kelakuannya.
"Eehh... Kok... Aduuh," Aira menepuk keningnya dengan pelan.
"Kenapa ponsel yang aku marahin,"
"Kan ponselku tidak bisa apa-apa,"
"Udah kayak orang tidak waras aja Aku ini."
"cckkkk...ckkkk...cckkkk," Dia mencebikkan bibirnya.
"Gara-gara si Andra sih,"
"Kurang kerjaan banget kan jadinya Aku."
"Ponsel tidak tahu apa&apa aku marahin segala."
Setelah puas mengeluarkan rasa keaalnya. Aira meletakkan kembali ponselnya kemeja samping tempat tidur. Kemudian memiringkan badannya kesamping, mencari posisi yang enak dan pas untuk melanjutkan istirahatnya yang sudah tertunda itu.
"Lanjut bobo lagi ah..." ucapnya dengan senang sambil memejamkan matanya.
Aira mulai terpejam, menikmati tidurnya, menuju mengarungi lautan mimpi.
...****************...
Memasuki malam hari , semburat senja mulai terlihat di ufuk barat. Matahari mulai terbenam, menghilang perlahan-lahan menandakan akan datangnya malam yang indah.
Disebuah rumah sederhana milik keluarga kecil Aulia, Aira masih asyik memejamkan mata, bergulung dengan selimut dan bantal. Menyelami mimpi yang indah.
"tok....tok..tok...."
"Aira, bangun dek, udah malam, yuk makan dulu," sambil mengetuk pintu, suara Aulia terdengar memanggil Aira dari luar.
"tok...tok...tok....
Masih berusaha mengetuk dan membangunkan Aira.
"ceklek..." dibukanya pintu kamar, karena tak ada sautan dari dalam.
"huft...." Aulia menghela nafas didepan pintu yang terbuka , melihat Adiknya masih asyik bergulung selimut.
Aulia berjalan menuju kasur, menghampiri Aira. Dilihatnya wajah Aira yang damai saat tertidur, berbeda jika sudah bangun pasti akan menjadi pendiam lagi. Aulia menggoyang-goyangkan pelan badan Aira, berusaha untuk membangunkan Aira yang masih terlelap.
"Dek, Aira yuk bangun udah mau magrib."
"Dek, Dek," kembali digoyang-goyang badan Aira.
"Ayo bangun."
"Emmmm..." hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Aira.
"Bangun, bangun, bangun," agak keras Aulia melakukanya.
Aira merasakan badannya bergerak ke kanan kekiri, akhirnya terpaksa membuka matanya. Padahal Aira sedang bermimpi indah.
"Eeemmmmm..." dengan malas Aira membuka matanya, mengusap-usap dengan pelan agar terbuka Dangan sempurna.
"Apa sih mbak!"
"Ganggu aja kamu itu..."
"Gak liat apa Aku masih mau bermimpi."
Aira menjawab dengan malasnya.
Ditariknya tangan Aira, Hingga Aira terduduk "Bangun Dek, sudah mau magrib."
"Pamali tidur magrib-magrib."
"Sana bersih-bersih, terus sembahyang," lanjut Aulia
Aira kaget karena ditarik dengan tiba tiba, tanpa ada persiapan.
"Iya mbak," jawab Aira setelah terduduk.
"Cepetan, gak pake lama, awas nanti kalau tidur lagi!" lanjut Aulia dengan meninggikan sedikit intonasi suaranya.
"Iya, bawel banget!" dengan suara tinggi juga Aira menjawabnya.
Mendengar jawaban sepupunya, Aulia berjalan keluar. Memberi ruang untuknya agar lebih cepat.
"ceklek,,, ditutup kembali pintunya agar Aira leluasa untuk membersihkan diri tanpa ada gangguan.
.
.
.
Bersambung.........
Nantikan bab berikutnya ya kak!!
terimakasih atas dukungan kakak kakak semua.