NovelToon NovelToon
Dalam Pelukan Pernikahan

Dalam Pelukan Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Lari dari Pernikahan / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ana terpaksa menikah dengan seorang pria lumpuh atas desakan ibu dan kakaknya demi mahar uang yang tak seberapa. Pria itu bernama Dave, ia juga terpaksa menikahi Ana sebab ibu tiri dan adiknya tidak sanggup lagi merawat dan mengurus Dave yang tidak bisa berjalan.

Meskipun terpaksa menjalani pernikahan, tapi Ana tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan ikhlas dan sabar. Namun, apa yang didapat Ana setelah Dave sembuh? Pria itu justru mengabaikannya sebagai seorang istri hanya untuk mengejar kembali mantan kekasihnya yang sudah tega membatalkan pernikahan dengannya. Bagaimana hubungan pernikahan Ana dan Dave selanjutnya? Apakah Dave akan menyesal dan mencintai Ana? atau, Ana akan meninggalkan Dave?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dave Tersinggung

Keesokan harinya, Ana kembali menemani Dave pergi ke sesi terapi rutin untuk kedua kakinya yang masih lumpuh. Seperti biasa, Ana dengan sabar mendorong kursi roda Dave, membantunya menjalani latihan demi latihan. Meski tampak dingin, Dave diam-diam mulai terbiasa dengan kehadiran Ana dalam rutinitasnya.

Setelah terapi selesai, bukannya langsung pulang, Dave meminta Andre untuk mengantar mereka ke perusahaannya. Ana yang tidak tahu rencana itu mengernyit bingung.

“Kita mau ke mana?” tanya Ana, memandang Dave yang tetap duduk santai di kursi rodanya.

“Ke kantor,” jawab Dave singkat.

Ana tidak membantah, meski dalam hati ia bertanya-tanya kenapa Dave tiba-tiba ingin ke kantor.

___

Begitu mobil berhenti di depan gedung pencakar langit yang megah, Ana langsung terdiam dengan mulut sedikit menganga. Gedung itu menjulang tinggi, berlapis kaca yang berkilauan di bawah sinar matahari. Ana tidak menyangka bahwa Dave memiliki perusahaan sebesar ini.

Saat masuk ke dalam, Ana semakin kagum melihat interior modern yang mewah, karyawan yang berlalu lalang dengan pakaian rapi, serta atmosfer sibuk dan profesional yang begitu jauh dari dunia yang selama ini ia kenal.

Seorang wanita muda yang mengenakan setelan kerja menghampiri mereka dengan sopan.

“Selamat siang, Tuan Dave,” sapanya hormat.

“Siapkan ruang meeting untuk saya,” kata Dave datar.

Wanita itu mengangguk sebelum pergi untuk melaksanakan perintahnya. Ana, yang sejak tadi masih memandangi sekitar, akhirnya berceletuk tanpa sadar.

“Wow... aku tidak menyangka kau punya perusahaan sebesar ini. Aku kira kau hanya pria lumpuh yang menghabiskan waktu di rumah,” katanya polos, tanpa sadar ucapannya bisa menyakiti perasaan Dave.

Mendengar itu, rahang Dave mengeras.

“Apa maksudmu?” tanyanya, suaranya lebih dingin.

Ana tidak menyadari perubahan ekspresi Dave dan malah tersenyum kecil sebelum kembali berkomentar.

“Aku hanya berpikir... kalau aku harus terus-terusan merawatmu di rumah, bukankah lebih baik aku bekerja saja di sini? Sepertinya lebih menyenangkan daripada harus mengurusmu setiap hari.”

Kata-kata Ana langsung membuat suasana berubah tegang. Para karyawan yang berada di sekitar mereka mencuri pandang dengan ekspresi terkejut.

Dave mengeraskan tatapannya ke arah Ana, merasa sangat jengkel dengan ucapan gadis itu.

“Jadi, menurutmu merawatku itu menyusahkan?” tanya Dave dengan nada tajam.

Ana yang baru sadar bahwa ucapannya bisa menyinggung, mengangkat bahu dengan canggung.

“Bukannya begitu... hanya saja... aku merasa seperti perawat, bukan istri.”

Dave mengerutkan dahi, merasa emosi mulai naik. Ia merasa diremehkan, seolah Ana melihatnya sebagai beban yang tidak berguna.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Dave menggerakkan kursi rodanya ke depan, meninggalkan Ana yang masih berdiri di tempatnya. Ana hanya bisa menghela napas, menyadari bahwa ia baru saja membuat Dave marah lagi.

Setelah mendengar ucapan Ana, Dave langsung pergi tanpa mengatakan apa pun. Ia menggerakkan kursi rodanya dengan cepat menuju ruang meeting, meninggalkan Ana yang masih berdiri canggung di tempatnya.

Ana menggigit bibirnya, merasa bahwa ia mungkin telah salah bicara. Ia hanya spontan mengungkapkan pikirannya, tanpa maksud untuk merendahkan atau menyakiti Dave.

"Kenapa aku selalu saja membuatnya marah?" gumamnya pelan.

Dari kejauhan, Andre yang baru saja keluar dari lift memperhatikan ekspresi Ana. Dengan santai, pria itu mendekat dan melipat tangannya di depan dada.

"Kau pasti mengatakan sesuatu yang membuat Dave kesal lagi," tebak Andre dengan nada menggoda.

Ana menghela napas dan mengangguk. "Aku hanya bilang kalau lebih baik aku bekerja di sini daripada terus mengurusnya di rumah."

Mata Andre sedikit melebar mendengar ucapan itu, lalu pria ini terkekeh.

"Ya ampun, Ana. Kau benar-benar tidak tahu cara berbicara dengan Dave?" katanya, menepuk bahu Ana dengan ringan.

Ana mengernyit. "Maksudmu?"

Andre tersenyum tipis. "Dave itu orang yang keras kepala dan punya harga diri tinggi. Kau pikir dia senang dianggap sebagai pria lumpuh yang hanya bisa menyusahkanmu? Tentu saja dia akan marah kalau kau bicara seperti itu."

Ana terdiam. Benarkah perkataannya tadi terdengar seburuk itu?

____

Sementara itu, di dalam ruang meeting, Dave duduk dengan ekspresi gelap. Beberapa direktur perusahaan duduk di sekeliling meja, menatap bos mereka yang terlihat tidak dalam suasana hati yang baik.

Seorang eksekutif memberanikan diri untuk bertanya, "Tuan Dave, apakah kita bisa memulai pembahasan mengenai proyek ekspansi?"

Dave tidak langsung menjawab. Ia memijat pelipisnya sejenak, mencoba mengalihkan pikirannya dari perkataan Ana. Sebenarnya, bukan hanya ucapan gadis itu yang mengganggunya, tapi juga perasaan aneh yang muncul di hatinya.

Kenapa ia harus peduli?

Seharusnya ia tidak perlu memikirkan kata-kata Ana. Seharusnya ia tetap pada prinsipnya bahwa pernikahan ini hanya sebatas status, bukan hubungan yang melibatkan perasaan.

Tapi kenapa ia merasa jengkel?

Kenapa ada rasa tidak nyaman saat mendengar Ana berkata bahwa ia ingin bekerja daripada mengurusnya?

"Tuan Dave?" suara direktur lain membuyarkan pikirannya.

Dave menghela napas panjang, lalu kembali ke mode profesionalnya. "Kita mulai pembahasannya sekarang," katanya dengan suara tegas.

Meski terlihat fokus pada pekerjaan, di dalam kepalanya nama Ana masih berputar-putar tanpa henti.

___

Setelah pertemuan selesai, Dave kembali ke kantornya dengan ekspresi yang masih sedikit gelap. Ia tidak langsung pulang, melainkan meminta Andre untuk membawa Ana menemuinya di ruangan pribadinya.

Ana yang masih berbincang dengan Andre di lobi langsung merasa gugup ketika diminta naik ke lantai atas.

"Aku sudah menyinggung perasaannya, ya?" tanyanya cemas saat berjalan di samping Andre.

"Jelas," jawab Andre tanpa ragu. "Tapi aku penasaran, apa yang akan dia lakukan padamu?"

Ana meneguk ludah, mulai membayangkan kemungkinan Dave akan memarahinya habis-habisan.

Begitu pintu ruang kerja terbuka, Ana masuk dengan ragu-ragu. Dave sedang duduk di belakang meja kerjanya, tatapannya dingin seperti biasa.

"Duduk," perintahnya singkat.

Ana menurut, duduk di kursi di hadapan Dave.

Hening sesaat.

Dave menatap Ana dengan tajam sebelum akhirnya berkata, "Jadi, kau ingin bekerja di perusahaanku?"

Ana menelan ludah. "A-aku hanya bercanda tadi," ucapnya gugup.

"Aku tidak melihatnya sebagai candaan," balas Dave dingin. "Aku ingin tahu alasanmu."

Ana menggigit bibirnya. "Aku hanya berpikir kalau aku bisa melakukan sesuatu yang lebih berguna… daripada hanya duduk di rumah mengurusmu."

Seketika ekspresi Dave mengeras.

Ana menyadari bahwa kata-katanya kembali terdengar salah.

"Bukan maksudku kau itu beban, tapi—"

"Cukup," potong Dave cepat. "Kalau kau ingin bekerja, aku tidak akan melarang. Tapi tidak di perusahaanku."

Ana terkejut. "Kenapa?"

"Karena aku tidak ingin melihatmu setiap hari di kantor," jawab Dave datar. "Cukup di rumah saja aku sudah dibuat pusing oleh keberadaanmu."

Ana mengerutkan kening, merasa tersinggung. "Jadi, kalau aku ingin bekerja, aku harus mencari tempat lain?"

Dave mengangguk tanpa ekspresi.

Ana mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Aku akan mencari pekerjaan sendiri."

____

Saat pulang, Ana tidak banyak bicara. Ia duduk diam di kursi samping Dave yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

Di dalam kepalanya, Ana sudah mulai memikirkan pekerjaan seperti apa yang bisa ia dapatkan. Selama ini, ia memang tidak memiliki banyak pengalaman kerja karena hidupnya hanya berputar di antara keluarga dan pernikahan ini.

Tapi jika Dave memberinya kesempatan untuk bekerja, meskipun bukan di perusahaannya, Ana akan mengambil kesempatan itu.

Yang tidak ia sadari adalah—Dave sebenarnya hanya ingin mengujinya.

Sejauh mana Ana benar-benar ingin bekerja?

Ataukah itu hanya sekadar luapan emosi sementara?

"Aku curiga, kenapa sekarang dia mengizinkan aku bekerja? Tidak, bagaimana kalau Lusi mencelakai Dave saat dia seorang diri di rumah? Ah, sepertinya aku harus mengurungkan niatku untuk bekerja," ucap Ana dalam hati.

1
🌷💚SITI.R💚🌷
kasian ana
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuiit
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan smp kamu mau di tipu sm ibu sm kaka mu lg ua ana..
🌷💚SITI.R💚🌷
bagus ana kamu hrs lbh kuat buat kewarasan lamu
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuut ana jangan nyerah
🌷💚SITI.R💚🌷
ga tau malu bu ratna
Kymclalu Cintanya Adijeq
adu penderitaan...!!! tetap ana pemenangnya
R Ni: benar sekali😁😁
total 1 replies
Kymclalu Cintanya Adijeq
kemana aja. kau dave...!! baru. sadar??!!! cepat hukum para manusia biadab itu..
Kymclalu Cintanya Adijeq: itu yang aku harapin😌😌
R Ni: patahkan kakinya balik🤣🤣
total 4 replies
Nania
ngapain juga nurut sama ibu yg gak bener kelakuan e 🤦🏻‍♀️
Nania: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
R Ni: semacam yg viral di medsos😁😁
total 2 replies
Nania
ini keras vs keras 😂
Nania: aku juga ingat 😂
R Ni: jadi ingat sesuatu😎
total 2 replies
Jenaa
jek mampir
R Ni: halo jek
total 1 replies
Nania
semoga saja Andre tak pernah berubah pikiran 😁
Nania: kejauhan 😂😂😂😂
R Ni: kalau dia berubah, jitak kepalanya
total 2 replies
Anya
dih sok ngatur lu dave. selain donatur dilarang ngatur wek....
R Ni: Dave butuh di getok kepalanya 👯
total 1 replies
Anya
ingin ku berkata kasar. hah.... sudahlah ntar kena sensor lagi😆
R Ni: bahaya ya kan😁😁
total 1 replies
Anya
lah, ana aja gak kerja dan gak diberi nafkah gimana bisa punya uang.
eh.... ada lagi kak othor, dave kan lumpuh kenapa tiba² jalan😭
R Ni: aku typo sepertinya kadang suka lupa kalau Dave itu lumpuh😭😭
total 1 replies
Anya
dih,,, tidak bertanggungjawab sekali tidak mau nafkahin, sini dave gw tampol ma sendal swalow😏
R Ni: sandal favorit ku loh👯👯
total 1 replies
Anya
lebih ke mencari perawat halal ya😅
kalo aku jadi ana, pasti aku akan minta uang bulanan. taat boleh tapi kesejahteraan diri harus prioritas🤭🤣
R Ni: Dave sedikit licik 👯👯
total 1 replies
Anya
hidup memang se realistis itu. apalagi di jaman sekarang well....
R Ni: iya weeeelll👯👯
total 1 replies
Mom Yara
apa dave sydah bisa jalan, ya
R Ni: aku kadang lupa kalau Dave itu lumpuh 👯😭😭
total 1 replies
Nania
awas ntar jadi bucin kalian ya 😂
R Ni: mana tahu hati seseorang ya kan🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!