Andara adalah gadis yang cantik pemilik kios bunga .Suatu hari dia harus menelan pil pahit sebuah penghianatan dari sahabat dan kekasihnya yang dipacarinya selama hampir 6 tahun. Tapi takdir berkata lain dan membawanya pada seorang pemuda dingin yang lumpuh putra seorang konglomerat.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu di atas menara setinggi 50 kaki. Dan dari sanalah cinta mereka bersemi .
Nah untuk mengetahui cerita lebih lanjut, yuk simak di novel terbaruku.
Novel kali ini bergenre remaja labil yang mudah mudahan bisa menginspirasi para kaula muda untuk tidak putus asa dan tidak pernah menyerah.
Tetap semangat dan selamat membaca 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAM: 16
Andara dan Devan saling menatap.
Dan wanita tua itu berjalan menghampiri mereka berdua.
"Devan, kamu di sini nak? ".
" Oma, ngapain oma di sini, kok tahu kalau Devan ada di sini? Pasti si Aldo yang memberitahu, dasar pengkhianat ".
Oma tersenyum kemudian ikut duduk di depan Andara yang masih nampak bingung.
" Gadis cantik ini siapa Dev, pacar kamu? duh cantik banget".
Andara menggeleng perlahan " Bu bu bukan oma aku Andara temannya Devan"
"Aihh jangan malu malu sama oma, oma setuju kok kalau kamu sama cucuku, kamu cantik dan pintar ".
Devan mengacak kasar rambutnya " Oma sok tahu".
"Eits, oma kan punya Aldo, dia sudah cerita semuanya sama oma, dari A sampai Z, kamu tidak boleh protes lagi" Jawab Oma dengan tatapan yang masih terus tertuju pada Andara yang semakin malu dan menundukkan wajahnya.
"Oke oma, terserah oma. Hari ini Devan mau ajak Andara ke kota A dan tinggal di apartemen yang sama dengan ku".
Oma menatap tajam " Hahh kok gitu kenapa gak tinggal di rumah saja Dev, oma khawatir lo sama kamu, apalagi sama si cantik ini".
"Maksud oma apa ya? Oma pikir Devan bakal ngapa ngapain Andara, ih oma narsis tau gak, kalau Devan mau sudah dari kemarin Devan lakuin".
Andara melotot tajam dan mencubit lengan Devan " Lakuin apa maksudmu Dev! ".
"Eh em am nanti aku kasih tahu kalau sudah tiba di apartemen" bisik Devan mulai nakal dan menggoda Andara.
Andara melotot tajam membuat Devan bingung mau menjawabnya, kemudian mengarahkan kursi rodanya masuk ke dalam untuk mengalihkan perhatian Andara.
Andara menghela nafasnya dalam dalam kemudian menatap oma dan mempersilahkan oma untuk masuk ke dalam rumah kontrakannya.
Saat itu Andara duduk bersama oma di ruang tamu sedangkan Devan sibuk membantu Andara berkemas di kamarnya.
"Andara"
"Iya oma"
Oma meraih tangan Andara dan menggenggamnya " tolong jaga Devan ".
Tentu saja Andara bingung orang sebesar itu masih minta dijagain " Maksud oma apa ya? ".
"Nak, Devan adalah satu satunya cucu oma, dia kehilangan ibunya dua tahun yang lalu, dan kehilangan kemampuan berjalan lalu ditinggalkan istrinya di malam pertama pernikahannya, aku sungguh tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya saat itu". ( Yang oma dan yang lainnya tahu Devan terluka karena perselingkuhan Siska di malam pertamanya, padahal yang telah melukai hati Devan hingga berdarah adalah pernikahan Dimas dengan Nara, sedangkan Siska hanyalah figuran yang menjadi kambing hitam untuk Nara dan Dimas agar media tidak mengetahui cerita yang sebenarnya).
Andara mengusap pipi oma yang mulai basah " Sebenarnya aku pun sama oma, aku kehilangan ayah dan ibuku sejak kecil lebih tepatnya aku tidak tahu siapa mereka, aku hidup di panti asuhan kemudian hidup di jalanan. Lalu aku memiliki seseorang yang dibilang kekasih hati, 6 tahun kami pacaran. Tapi dia selingkuh dengan sahabatku sendiri. Saat itu aku sedang menangis dan putus asa hingga naik ke atas menara dan kebetulan Dev juga berada di sana. Kami sama sama patah hati, sama sama tersakiti.
Dan sejak saat itu kami berteman dan saling membagi rasa serta saling membantu menyembuhkan luka, Dev membuatku menjadi lebih berani oma".
Oma terdiam mendengar semua cerita Andara, begitu juga Dev yang ternyata juga mendengarkan semuanya dari balik tirai.
Devan tertunduk dan mulai berpikir " Apa aku tembak saja Andara saat ini juga ya, ah terlalu terburu buru, jujur aku masih belum yakin dengan perasaanku, apa aku benar benar mencintai dia ataukah hanya pelarian saja " Batin Devan yang mulai bergejolak.
Oma mengusap kepala Andara yang menunduk menahan sesak di dadanya
" Sayang, ikut bersama oma ya, oma janji akan memberikan yang terbaik untukmu".
Andara terdiam dan tidak tahu harus menjawabnya apa.
" O iya Andara, tiga hari lagi perusahaan Mehendra akan mengadakan pesta besar peluncuran produk baru dan Devan juga akan hadir di sana, oma berharap kamu bisa mendampinginya ".
" Tapi oma"
"Tidak ada tapi tapi lagi, atau " Tiba tiba Devan muncul dari belakang dan menyahutnya.
"Atau apa" Desak Andara.
"Atau kamu tidak lagi menganggapku sebagai teman" Jawab Devan yang di balas dengan senyuman oleh Andara dan oma.
"Baiklah, aku bersedia, tapi kamu yakin tidak malu berdampingan dengan aku yang seperti ini ( nyaris tidak pernah dandan, bagaimana mau dandan bikin alis saja tidak bisa) "
Devan menggeleng dan meraih tangan Andara untuk digenggam " Kalau malu berjalan sama kamu, untuk apa jauh jauh aku menemui di sini? ".
Andara menghela nafas dan menyunggingkan senyumnya seraya mengusap wajah tampan Devan.
" Aihh mesra gitu masih gak mau dibilang pacaran " Gumam oma sambil senyum senyum sendiri melihat Devan dan Andara yang super romantis melebihi pasangan kekasih.
🌴🌴🌴
Vania meneguk minuman terakhirnya dan berjalan menyusuri trotoar malam di jalanan yang sepi.
Tubuhnya sempoyongan dan sesekali jatuh duduk di jalan dan berdiri lagi begitu seterusnya hingga beberapa kali.
"Hai cantik, kok malam malam jalan sendirian" Ucap beberapa laki laki yang tidak jauh beda dengan kondisi Vania ( Sempoyongan karena mabuk minuman keras).
Vania tersenyum dan melihat laki laki itu seperti Bayu " Bay, kamu sudah tahu kan siapa Siska, sekarang ayo kembali kepadaku, aku akan memberikan semuanya kepadamu?".
Laki laki itupun tersenyum menyeringai, dan meraih pinggang Vania, sedangkan laki laki yang satunya lagi mulai menjamah tubuh Vania termasuk meremas melon besarnya, dan yang satunya lagi menyentuh di bagian bawah Vania membuat Vania menggelinjang.
Vania benar benar tidak sadar sudah dijamah oleh 3 laki laki yang tidak dikenalnya.
Ketiga pemuda itu pun membawa Vania ke dalam mobilnya yang di parkir di tempat sepi dan agak masuk ke dalam jadi tidak terlihat dari pinggir jalan. Mereka merebahkan tubuh Vania di jok belakang dan melucuti semua pakaiannya.
" Tunggu tunggu, tubuhnya bagus sekali sangat disayangkan kalau hanya dinikmati sebentar doang, kamu ambil ponsel terus kita rekam nanti kita jual bisa jadi duit banyak, ayo buruan" Ucap salah satu pemuda itu.
"Iya benar benar, ayo bro kamu yang merekam aku yang mulai duluan nanti gantian"
"Tidak tidak enak saja kamu yang duluan,kita akan melakukan bersamaan kita taruh saja ponselnya di sana! "
" Ehm baiklah ".
Dan mulailah ketiga pemuda itu menggilir Vania. Satu persatu mereka memuaskan hasratnya, dan terus menggempur tubuh Vania yang ikut mengimbangi permainan mereka dalam kondisi tidak sadar.
Vania mendesah dan menjerit sesekali merancau tidak jelas.
Mereka turus menggempur tubuh Vania tanpa ampun.
"Achhhh! " Teriak Vania menjerit kesakitan.
Dan tetesan darah mulai keluar yang membuat ketiga pemuda itu ketakutan sehingga mereka pergi dan meninggalkan Vania sendirian yang terkulai lemas.
Vania yang mulai sadar pun hanya memegangi perutnya sambil meringis kesakitan.
Perlahan dia pun bangkit dan memunguti semua pakaiannya, kemudian mencoba berjalan untuk mencari bantuan, karena darah yang keluar semakin banyak.
"Au, tolong!