Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Setelah mendengar perkataan putrinya tentang Aditya, Rani menjadi gelisah, Rani yang merasa dirinya berlebihan segera menyadarkan dirinya dengan menggelengkan kepalanya.
"Aku apa-apan sih?." Kata Rani.
"Nggak mungkin mas Aditya bohong." Kata Rania sambil menatap serius ke depan.
Tanpa disadari sedari tadi Vania sudah tertidur pulas di atas sofa.
Rania segera memindahkan Vania dari sofa untuk pindah ke kamar Rani.
Rani berkeliling rumah untuk mengecek kondisi ibunya dan sekalian mengecek pintu apakah sudah aman atau belum.
Rani masuk ke kamar ibunya, Rani berjalan pelan karena tak ingin membangunkan ibunya yang tampak tertidur sangat pulas.
Rani memandang wajah ibunya, ibunya tampak habis menangis.
Kasih segera melepas bingkai foto yangs Edang dipeluk oleh ibunya.
"Ayah kayaknya Bunda takut sama ayah." Kata Rani sambil mengelus wajah ayahnya di foto.
Rani lalu menaruh bingkai foto kembali ke tempatnya dan segera menyelimuti tubuh ibunya itu.
Rani segera mematikan lampu kamar ibunya dan keluar dari kamar dengan langkah pelan.
"Oke." Kata Rani sambil berjalan menuju ke lantai atas.
...----------------...
Flashback on
(Sejam setelah Vania diantar ke rumah Kasih)
Aditya tampak Edang berbicara dengan Bibi dan Pak Toto.
"Bibi pulang saja hari ini." Kata Aditya pada Bibi.
"Loh nanti makan malam Aden gimana?." Kata Bibi.
"Aman bi, bibi istirahat saja di rumah, sama sekalian suami Bibi ya." Kata Aditya lalu pergi meninggalkan Bibi.
"Aden kenapa ya? Kok kayaknya ngusir kita." Kata pak Toto pada istrinya.
"Mungkin Den Aditya lagi pengin istirahat aja pak."
"Gapapa lah pak, sekali-kali kita bisa pulang lebih awal." Kata Bibi.
Flashback off
...----------------...
Aditya mengundang Siska untuk menginap malam ini.
"Kamu yakin dit, gapapa? Nanti kalau Rani ampai tahu gimana?." Kata Siska.
"Yakin gapapa sayang, Rani lagi di rumah ibunya itu." Kata Aditya dengan jahatnya.
Siska dan Aditya masuk ke dalam rumah Rani dan Aditya, seolah tak ada rasa bersalah Siska berkeliling dengan wajah dipenuhi senyuman.
"Aku pengin tau sayang bisa tinggal disini." Kata Siska sambil memeluk manja Aditya.
"Boleh nanti kita cari cara." Kata Aditya pada Rani.
Aditya dan Siska tampak naik ke lantai dua tempat kamar Rani dan Aditya berada. Ya!! Keduanya tidur bersama.
Tidur bersama di ranjang tempat dimana Rani tidur sungguh keterlaluan bukan?!.
...----------------...
Setelah sekitar tiga hari berada di rumah Kasih akhirnya Rani pulang.
Ketika Rani pulang kondisi rumah tampak bersih seperti biasanya.
Karena sisa cuti Rani tinggal satu hari lagi, Rani memutuskan untuk lebih produktif hari ini, dia akan berbelanja ke supermarket dan mengisi stock makanan yang sudah kosong.
Rani membuat janji dengan Siska untuk berbelanja bersama hari ini.
"Mas Aditya, Vania ayo bangun sudah siang." Kata Rani dari lantai satu.
"Iya bundaa." Kata Vania dari dalam kamar.
Rani yang tak kunjung mendengar jawaban dari Aditya segera naik ke lantai dua dan membuka pintu kamar mereka.
"Mas Aditya bangun!." Kata Rania sambil membuka gorden kamar.
"Iya sebentar." Kata Aditya tampak mengerjakan mata.
Rani yang melihat tingkah uminya hanya tertawa.
Kala Rani sedang membersihkan bantal dan selimut dengan kondisi Aditya yang masih ada di atas ranjang, Rani menemukan sebuah kuku palsu.
Rani mengambil kuku palsu tersebut dengan wajah yang sangat terkejut.
"Mas ini punya siapa?!." Kata Rani dengan mata berkaca-kaca.
"Apa si sayang, punya kamu kali." Kata Aditya belum membuka mata.
"Aku nggak pernah ya mas pake kuku palsu." Kata Rani dengan diiringi tangis.
"Hah? kuku palsu, sialan." Batin Aditya.
"Mana sayang?." Kata Aditya tampak bangun dari tidurnya.
"Ini! Ini apa mas!." Kata Rani sambil memegang kuku palsu ditangannya.
"Bunda, bunda kenapa?." Kata Vania sambil mengetuk pintu.
Rani yang mendengar panggilan Vania tampak terkejut dan segera mengusap air matanya.
"Vania turun sendiri dulu ya sayang, dibawah sudah ada Bibi, ini bunda lagi bangunin ayah." Kata Rani sambil menahan tangisnya.
Rani mengecilkan volume bicaranya dan berusaha menahan tangisnya agar tak keluar.
"Sayang dengerin aku." Kata Aditya berusaha memegang tangan Rani dan di tepis.
"Ini punya Vania, kemarin Vania minta dibelikan kuku palsu." Kata Aditya berusaha menenangkan Rani.
Mendengar penjelasan Aditya, Rani menangis tersedu sedu, Rani menyesal mencurigai suaminya.
"Maafin aku mas." Kata Rani sambil memeluk tubuh Aditya.
Aditya tak menjawab dan hanya menepuk-nepuk punggung Rani.
"Kamu kenapa? Sensitif banget." Kata Aditya setelah Rani tenang.
"Maafin aku mas, mungkin aku terlalu banyak kecurigaan sama kamu." Kata Rani pada Aditya di sampingnya.
"Kenapa? Bilang aja sama aku." Kata Aditya.
"Kemarin aku sengaja tanya sama Vania, kamu lagi ngapain dan Vania jawab katanya kamu lagi nggak d rumah mas, padahal kemarin pas kita saling bertukar pesan kamu bilang sama ku kamu lagi di depan tv." Kata Rani.
"Mampus gue." Batin Aditya.
"Kemarin itu, aku lagi aga urusan mendadak banget di kantor, jadi aku pergi tiba-tiba tanpa pamitan ke Vania, dan ketika ku pulang dari kantor Vania ternyata udah ke rumah ibu." Kata Aditya.
Ucapan Aditya sangat-sangat dapat meyakinkan hati lugu Rani.
"Maafkan aku ya mas, aku selalu berfikir buruk tentang kamu." Kata Rani sambil memeluk suaminya.
"Iya gapapa sayang." Kata Aditya.
Keduanya tampak berpelukan erat, seolah rasa sayang mengalir dari kedua mata Aditya, Aditya menatap Rani dengan tatapan penuh cinta, Sungguh Aditya berada di fase kebimbangan sebenarnya dia membenci atau mencintai Rani?.
"Udah gih cuci muka dulu, jelek banget kalau nangis." Kata Aditya mengejek istrinya.
"Ihh." Kata Rani berlari ke arah kamar mandi.
Rani segera bergegas mencuci wajahnya dan memandang wajah cantiknya di cermin.
"Kamu harus yakin sama suamimu Ran." Kata Rani pada pantulan dirinya di cermin.
Setelah beberapa menit Rani keluar dari kamar mandi.
"Aku mandi dulu, mau ikut?." Kata Aditya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ih serem." Kata Rani diiringi tawa.
Aditya malah tertawa sambil membawa handuk di bahu sebelahnya dana segera masuk ke kamar mandi.
Rani memutuskan untuk menunggu Aditya dibawah sambil menemani Vania sarapan.
Setelah menunggu beberapa menit, Aditya akhirnya turun dengan setelan jas yang cocok dipadukan dengan wajah tampan Aditya.
Aditya mulai melahap roti panggang di hadapannya sambil sesekali bertukar cerita dengan Vania dan Rani.
"Ibu udah oke sayang?." Kata Aditya menanyakan kondisi kasih.
"Aman mas." Kata Rani.
"Syukur deh kalau aman." Kata Aditya sambil terus melahap sarapannya.
"Mas nanti aku mau ke supermarket sama Siska." Kata Rani meminta izin.
"Oke, butuh uang belanja lagi?." Kata Aditya.
"Engga masih cukup, yang kemarin aja masih ada." Kata Rani.
"Katanya sih Siska mau bilang sesuatu sama kamu." Kata Aditya sambil menyeruput susu didepannya.
"Hah? Ngomong apa mas." Kata Rani heran.
"Ada, katanya mau bilang langsung aja soalnya nggak enak kalau bilang lewat telepon." Kata Aditya menjelaskan.
"Oh iya paling nanti bilang ke aku." Kata Rani.
Setelah beberapa menit ketiganya selesai sarapan, Rani segera mengambil kota bekal yang sudah disediakan untuk Aditya dan Vania.
"Bunda, Vania berangkat dulu ya." Kata Vania sambil membalikan tangan ke Rani yang berdiri di ambang pintu.
"Bye sayang, terima kasih bekalnya." Kata Aditya sambil mengangkat bekal di tangan kirinya.
"Hati-hati." Kata Rani.
Setelah mobil Aditya melaju, Rani segera menutup pintu dan segera bersiap untuk pergi berbelanja dengan sahabatnya Siska.
...Jangan abaikan kecurigaan, selidiki dan temukan kebenaran sebelum menjadi bibit kehancuran...