Raja Devanda, dia anak yatim piatu yang dibesarkan oleh kakaknya sejak kecil.
Dia yang berstatus mahasiswa menjadi preman di kampus milik sang Ayah.
Namun siapa sangka, saat pertemuannya dengan mahasiswi baru yang bernama Eka Laila Naja, Raja tiba-tiba ingin berubah menjadi pria yang lebih baik.
Saat baru saja menjalin kasih dengan Laila, Raja dihajar habis-habisan oleh geng musuhnya yang membuat otaknya retak dan menjadi hilang akal sehatnya, sedangkan Ayah Laila yang berstatus sebagai Ustadz ternama, tak menyetujui hubungan keduanya. Kemudian Laila di jodohkan oleh sang Ayah dengan seorang pria yang menjadi pengajar di Pesantren.
Lalu bagaimana dengan cinta Laila dan Raja ?
Apakah Laila akan menerima perjodohan sang Ayah ?
Atau justru tetap menunggu Raja pulih dari sakit jiwa nya ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Sejati
By : Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Siang hari Raja dan Laila sudah pulang dari kampus. Raja sengaja ingin mengajak Laila jalan-jalan dan mengajaknya makan di restoran langganan keluarganya.
Laila membonceng di belakang di ikuti oleh ketiga temannya itu. Raja melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Namun siapa sangka, di jalan Abah Faris yang sedang menggunakan motornya melihat Laila sedang membonceng seorang lelaki bahkan memeluk pinggang nya dari belakang.
"Itu kan Laila.. Dengan siapa dia ?"
Abah Faris terus mengikutinya dari belakang, dia merogoh ponsel di saku celananya. Sambil sesekali menatap ke depan, Abah Faris menakan tombol telfon untuk menelfon sang Putri.
Laila yang mendengar ponselnya berdering, melepas pegangannya dan mengambil ponselnya lalu mengangkatnya.
"Hallo, Assalamualaikum Bah.."
"Waalaikumsalam, lagi dimana La ?" tanya Abah Faris ingin mendengar anaknya jujur atau tidak.
"Laila lagi dijalan Bah sama temen.." sahut Laila.
"Oooh, mau pulang ?" tanya Abah Faris lagi.
"Mau makan bareng Bah di rumah makan.. Kenapa Bah ?"
"Nggak pa pa.. Abah cuma memastikan kamu baik-baik saja.. Ya sudah Abah tutup dulu telfonnya, Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam.."
Laila mengerutkan keningnya setelah mematikan telfonnya. Dia merasa aneh dengan sikap dan pertanyaan Abahnya. Seakan Abahnya tahu dirinya sedang dijalan.
Tak lama Laila dan Raja sudah sampai di Restoran. Disana Bunga dan teman wanita lainnya sudah menunggu karena menggunakan angkutan umum.
Raja sengaja mengajak teman-teman Laila untuk ikut bersama agar lebih ramai dan senang. Abah Faris yang mengikutinya, melihat Laila dan Bunga juga teman wanita yang lainnya bertanya-tanya.
"Kenapa Bunga sudah ada disana ? Kenapa Laila yang membonceng dengan pria itu ? Kenapa nggak bareng sekalian sama Bunga ?"
Abah Faris terus bertanya-tanya di dalam hatinya. Tapi Abah Faris melihat ada beberapa teman wanita yang gabung dengan Laila sedikit lega. Setidaknya Laila beramai-ramai bersama yang lain, tidak hanya berduaan dengan pria yang bukan muhrimnya. Pikir Abah Faris.
*
Direstoran tersebut, Laila duduk berdua dengan Raja satu meja. Dan teman yang lain duduk bersamaan dengan dua meja dijadikan satu oleh mereka. Raja dan Laila memesan makanan sesuai selera masing-masing.
"Silahkan ini pesanan anda.."
Pelayan menyodorkan makanan dan minuman sesuai pesanan mereka. Raja dan Laila menatap makanan itu dengan mata berbinar karena sudah sangat lapar.
"Kau suka sekali makan disini Ja ?" tanya Laila sambil mengaduk mie spageti kesukaannya.
"Iyaa.. Kalau lagi ada yang ulang tahun. Pasti keluargaku akan menyewa restoran ini untuk acaranya." balas Raja sambil menyuap nasi ke dalam mulutnya.
"Oooh.. Kapan kau ulang tahun ?" tanya Laila penasaran.
"Sudah kemarin, waktu ada acara bagi makanan dan sedekah di Masjid dekat rumah mu saat kita bertemu waktu itu.." jelas Raja tersenyum pada Laila.
"Ooh tanggal berapa itu ?"
"Tanggal 20 oktober.."
Raja dan Laila terus mengobrol dan bercanda bahkan saling menyuap makanan mereka. Dengan suasana meriah dan senang, Raja mentraktir semua pesanan teman-temannya.
Raja memang seorang preman kampus dan sedikit nakal. Tapi jika soal uang, dia tidak akan pernah hitung-hitungan dengan temannya.
*
Hari nampak sudah sore, Raja dan Laila sudah bosan disana. Mereka akhirnya memilih untuk pulang. Raja mengantar Laila hingga ujung gang seperti biasanya.
"Kau hati-hati yaa.. Jika sudah sampai jangan lupa kabari aku.." ucap Laila yang sudah turun dari motornya.
"Iyaa.. Kau tenang saja. Mana temanmu ? Apa dia belum sampai ?" balas Raja bertanya soal Bunga.
"Mungkin dia masih di angkutan.. Oh itu dia.."
Laila menunjuk ke belakang Raja saat melihat Bunga baru saja turun dari angkutan. Raja menoleh ke belakang dan melihat Bunga akhirnya berpamitan pada Laila.
"Ya sudah, aku pulang dulu yaa.. Nanti malam aku telfon.."
"Iyaa.. Hati-hati.."
Raja menganggukkan kepalanya dan menutup kaca helm kemudian melajukan motornya meninggalkan Laila yang sudah ditemani Bunga untuk berjalan pulang kerumahnya.
*
Sampai dirumah, Laila melihat Abahnya sudah duduk diteras sambil membaca buku nya sengaja menunggu Laila pulang. Saat melihat putrinya berjalan bersama Bunga dia merasa lega.
"Aku pulang ya La.. Daahh..."
"Makasih ya Nga.. Daahh.."
Bunga melangkah pergi meninggalkan Laila yang sudah sampai dihalaman rumahnya. Laila lalu mendekati Abahnya duduk di kursi di samping Abahnya duduk.
"Assalamualaikum Abah.." ucap Laila sambil menyalami Abahnya.
"Waalaikumsalam.."
"Abah tumben duduk disini ? Acara ceramahnya sudah selesai Bah ?" tanya Laila yang masih melihat Abahnya fokus membaca buku.
"Yah.. Abah cuma bosan di dalam. Jadi Abah duduk disini sambil ngopi."
"Ya sudah, Laila mau mandi dulu ya Bah, mau sholat Asar.."
Ucapan Laila di angguki oleh Abahnya yang sambil menyeruput kopinya. Laila yang tidak tahu Abahnya mengikuti dirinya saat akan ke restoran terus bersikap biasa saja seolah-olah dirinya tidak salah.
*
Malam harinya di meja makan, Abah Faris makan dengan keheningan. Dia sebenarnya ingin bertanya dengan sang Putri, siapa pria yang membawanya pergi ke Restoran.
Tapi Abah Faris takut pertanyaan nya salah dan membuat Laila salah paham. Akhirnya Abah Faris memilih untuk kembali menyelidikinya nanti saat Laila sudah waktunya pulang dari kampus.
"Abah mau nambah nasi nya ?" tanya Laila sambil menyendokkan nasi.
"Nggak cukup.. Abah sudah kenyang.." tolak Abah Faris tanpa menatap Laila.
Laila yang melihat Abahnya tak menatap nya dari sore merasa heran. Biasanya Abahnya selalu tersenyum dan mengecup keningnya saat baru pulang dari kampus.
Laila yang merasa ada sedikit kejanggalan, dia kembali duduk di samping sang Abah dan bertanya.
"Abah.. Abah kenapa ? Apa Abah marah sama Laila..?"
Laila bertanya dengan suara yang sangat pelan karena takut salah bicara. Abah Faris yang sudah duduk disofa ruang keluarga hanya menarik nafas dalam.
"Abah nggak marah sama Laila.. Abah lagi ada sedikit masalah saja di luar.." balas Abah Faris masih tak menatap Laila.
"Bener Abah nggak marah sama Laila ?" tanya Laila lagi masih penasaran.
Abah Faris menoleh menatap Laila dan tersenyum simpul lalu mengusap pipinya lembut menganggukkan kepalanya.
"Abah nggak marah sama Laila, Sudah.. Abah istirahat dulu ya ? Rasanya lelah sekali hari ini.."
Abah Faris tersenyum dan menepuk bahu Laila pelan kemudian bangkit dan melangkah pergi menuju kamarnya untuk istirahat.
Sedangkan Laila masih terus menatap punggung sang Abah hingga hilang dari penglihatannya saat menutup pintu kamarnya rapat.
"Abah kenapa yah ? Kayaknya masalahnya berat banget.." gumam Laila.
Dia lalu mematikan tv nya dan bangkit melangkah ke arah pintu luar lalu menutupnya tak lupa menguncinya. Setelah semuanya dipastikan terkunci, Laila kemudian masuk ke dalam kamar dan menguncinya lalu memainkan ponselnya untuk membalas pesan Raja yang dari tadi di diamkan olehnya.
...----------------...
Bersambung...