Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekuatan dan keberhasilan
Antasena membuka matanya. Dunia terasa berbeda. Indranya menajam, tenaganya melimpah ruah. Ia merasakan kekuatan yang belum pernah ia miliki sebelumnya.
" Bunga emas lima jari itu benar-benar berkhasiat! "gumamnya, " Berkat kedua orang itu aku jadi tahu kalau bunga emas lima hari dapat meningkatkan kekuatan ku. Dengan begini batu besar itu sekarang bukan lagi masalah bagiku. "
Dengan percaya diri, ia kembali menghadapi batu besi itu. Kali ini, ia tak hanya menggunakan tenaga fisik, tapi juga menyalurkan tenaga dalam yang baru diperolehnya ke dalam palu besarnya.
"Hiaaat!" teriaknya lantang, mengayunkan palu dengan segenap kekuatan.
"BRAAAK!"
Suara pecahan yang memekakkan telinga bergema di puncak gunung. Batu besi itu terbelah menjadi dua dalam sekali pukul.Bahkan Antasena tidak merasakan lelah sedikit pun.
"Sungguh luar biasa kekuatan yang ku miliki sekarang ini," ucap Antasena tersenyum puas setelah berhasil memecahkan batu besar itu.
Antasena kemudian memperhatikan pecahan batu besi di hadapannya, sebuah batu yang berkilau dengan warna merah merona mengkilap seperti kaca.
"Sungguh batu yang indah dan kuat" gumam Antasena ."Aku harus cepat membawa pecahan batu ini kalau tidak ,aku bisa kemalaman di puncak gunung ini. "
Antasena segera mengambil pecahan batu yang berukuran sedang dan meletakan di punggungnya.
Matahari sudah hampir tenggelam saat ia menuruni Gunung Kemulan. Ia membawa pecahan batu besi itu dengan mudah, seolah-olah hanya membawa sepotong kayu kecil. Langkahnya ringan, hatinya penuh kegembiraan karena sebentar lagi sampai di rumah.
Setelah tiba di bawah kaki gunung Antasena segera memanggil harimau yang ditundukkannya.
Tidak lama kemudian ,Harimau loreng berukuran besar pun muncul dari dari arah hutan dan berhenti di hadapan Antasena.
Melihat waktu sudah semakin mendesak Antasena buru buru melompat ke punggung Harimau itu.
"Ayo binatang baik lari secepat yang kau bisa, " perintah Antasena.Sambil menepuk-nepuk kepala binatang itu.
Spontan harimau itu pun langsung berlari kencang meninggalkan gunung kemulan.
Sementara di rumah Ki Supa dan Nyai Damah menunggu kedatangan Antasena dengan hati was was, takut terjadi apa apa padanya.
Nyai Damah sebagai seorang wanita tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya, dari tadi wanita itu mondar-mandir tidak bisa duduk dengan tenang.
Ki supa menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya itu, walaupun dirinya juga khawatir tapi masih bisa menahan diri untuk tetap bisa tenang.
"Nyai duduklah jangan mondar-mandir terus, percayalah Antasena pasti pulang dengan selamat, " ucap Ki supa. "Antasena bukan anak kecil lagi nyai, "
"Bagaimana pun aku tidak bisa tenang sebelum Antasena sampai di rumah kakang,jika sampai besok dia belum pulang juga terpaksa aku akan menyusulnya, " ucapan nyai Damah."Jika sampai terjadi apa apa pada Antasena, kakang akan berhadapan dengan ku. "
Selesai berkata-kata Nyai Damah lalu duduk dan mencoba untuk tenang walaupun merasa sangat sulit dilakukan.
Ki Supa pun tercekat mendapatkan ancaman dari istrinya itu."Kalau sampai besok sore Antasena belum kembali kita akan sama sama untuk menyusulnya Nyai, "ucap Ki supa." Padahal malam masih belum tiba tapi Nyai sudah begitu khawatir. "
"Ayah...!! ibu...!! Aku pulang...! Terdengar suara Antasena di luar rumah.
"Antasena...! " ucap Nyai Damah buru buru ke luar rumah untuk menyambut kedatangan anak satu satunya itu.
"Untung saja Antasena cepat pulang kalau tidak, pasti aku sudah kena hajar dari ibunya, " ucap Ki Supa, kemudian melangkah keluar.
Antasena langsung disambut dengan dekapan hangat ibunya. Ayahnya Ki supa menatapnya dengan bangga.
"Kau berhasil, Antasena," ucap ayahnya dengan senyum lebar. "Aku tahu kau pasti bisa."
"Benar ayah, ini batu yang ayah minta dan aku tidak pulang terlambat bukan. "
"Ya.. ya... tapi sedikit lagi kau terlambat pasti aku sudah babak belur oleh hajatan Ibu mu, Antasena.
"Sudahlah kakang tidak perlu membicarakan masalah itu, Antasena ayo masuk kau pasti lapar," ucap Nyai Damah.
"Benar Ibu selain lapar aku juga perlu beristirahat, " Sahut Antasena.
"Kau memang bisa diandalkan Antasena aku sangat terkesan kau dapat lolos dari hukuman ku, " Ucap Ki Supa.
Antasena lalu menyerahkan pecahan batu besi itu kepada ayahnya. "Ini, Ayah."
Ayahnya menerima batu itu dengan hati-hati. "Terima kasih, Antasena. Kau telah membuktikan dirimu sebagai seorang pendekar yang tangguh dan berani."
Malam itu, Antasena tidur dengan nyenyak. Ia telah melewati ujian berat dan keluar sebagai pemenang. Petualangannya di Gunung Kemulan telah memberinya pelajaran berharga tentang keberanian, ketekunan, dan kekuatan diri. Ia siap menghadapi tantangan apapun yang menanti di masa depan.