Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, ternyata mamang ojek online menungguku didepan rumah dari 15 menit yang lalu. Lumayan lama untuk ukuran menunggui manusia lain. Anehnya, ojek online ini rela menungguku untuk sadar padahal ia bisa saja menggunakan fitur call yang telah disediakan pada aplikasi tersebut. Aneh sekali.
Kubuka pintu gerbang rumah dengan perasaan kesal, pasalnya aku dalam posisi yang sangat amat kelaparan tapi semesta mengujiku dengan ujian yang bertubi tubi. Iya, walaupun 15 menit itu sangat berharga bagi kesejahteraan cacing diperutku.
Setelah mengambil dan menikmati makanan tersebut, aku dikejutkan oleh dering telepon dengan nama Ethan terpampang.
"Halo?" sapaku.
"Apa kamu sibuk?" tanyanya.
"Uhm, engga tuh. Kenapa?"
"Nanti malam kamu bisa menemaniku menghadiri undangan teman?"
"Boleh, jam berapa acaranya?"
"Jam 7 malam, kamu nggak keberatan kan?"
"Enggak dong, oke see you" lalu memutuskan panggilan sepihak.
Apa ini, kenapa Ethan begitu ketara ingin mendekatiku. Wajahku bersemu merah ketika mengingat ingat pertama pertemuan kami di kampus sampai hari ini.
Lalu aku segera berbenah diri karena Ethan akan menjemputku jam 7 malam, sedangkan sekarang sudah jam 5 sore. Kemudian aku mengiriminya peta lokasi.
Aku menatap cermin, polesan make up tipis dan gaun merah selutut membuatku tampak cantik dan anggun. Tak lupa heels 5 cm dengan tas bahu kerlap kerlip khas party. Sempurna..
Dering ponsel mengentikan lamunanku, aku rasa Ethan sudah sampai.
"Aku sudah sampai"
Kemudian aku bergegas turun dan keluar. Sesampainya dipintu gerbang aku melihat Ethan sedang berbincang dengan Papaku.
"Yuk" sapaku padanya. Dia mengangguk tak lama berpamitan pada Papaku.
Setibanya kami didalam mobil, Ethan menatapku lama sambil tersenyum tipis.
Hah kenapa dia- batinku
"Cantik"
Aku mengulum senyum tertahan, kentara sekali jika aku sedang salah tingkah.
"Makasih" aku tersenyum kikuk dan mengalihkan pandanganku ke jendela. Gila, gila, gila, hatiku berdentum keras seperti mau keluar dari tempatnya.
"Mau sampai kapan memandangi jendela terus?"
"Eh- hehe maaf" aku menggaruk tipis pelipisku.
"Hari ini pesta pernikahan teman SMA ku, maaf jika tiba-tiba aku mengajakmu"
"Ah nggak masalah kok, lagian aku free" sahutku
"Kamu kapan seminar proposal?"
"Senin depan, kamu sendiri kapan?"
"Sama" ujarnya sambil tersenyum
Lalu obrolan demi obrolan semakin panjang, tak lupa pula kita saling melempar lelucon konyol.
...****************...
Sesampainya di pesta, kami disambut dua perempuan cantik penerima tamu. Tiba tiba Ethan mengamit mesra pinggangku seakan akan kami sepasang kekasih.
"Tolong biarkan seperti ini" bisiknya lembut padaku.
Kami memasuki gedung pernikahan tersebut dan mendapati pasangan pengantin menyambut kami, terutama mempelai laki-laki mengayuhkan tangan pada Ethan untuk menyapa.
Kami melesat kearah pelaminan.
"Widih, siapa yang lo bawa Than" ucap mempelai pria dengan nada meledek.
"Gue Anessa" ucapku dengan senyuman tipis.
"Oh jadi lo Anessa Kirana?" aku terbelalak kaget, bagaimana dia mengetahui nama lengkapku. Ethan salah tingkah dan berusaha menjauhkanku dari hadapan pria itu.
"Selamat ya" ujar Ethan kemudian menarikku pergi.
"Ih kenapa sih pake tarik tarik segala? Dan kenapa dia tahu nama lengkapku? Kamu cerita ya sama dia?" tanyaku dengan nada menuduh
"Udah jangan dipikirin, kamu belum makan kan? Ayo kita ambil makan saja"
Orang ini kenapa tingkahnya aneh sekali. Setelah mengambil begitu banyak makanan, aku celingukan mencari keberadaan Ethan. Perasaan tadi dia ada di belakangku tapi kenapa sekarang tidak ada. Aku berjalan ke arah meja masih dengan wajah kebingungan.
"Lo Anessa?" aku dikejutkan dengan perempuan cantik dihadapanku. Dia menatapku sinis dari ujung kepala sampai ujung kaki. Siapa huh??
"Nggak usah bertele-tele, kelihatannya kita sumuran. Jauhin Ethan" aku termangu mendengar apa yang ia lontarkan padaku.
"Emang lo siapanya? pacarnya lo?" tanyaku dengan nada menyindir.
"Gue Melissa, pacarnya Ethan, gue ingetin ya Ethan deketin lo tuh cuman buat bahan gabut aja karena dia bosen sama gue. Ntar juga lo ditinggalin, dasar murahan" ucapnya sambil terkekeh dan pergi.
Tak lama setelah itu Ethan datang bersama mempelai pria dengan membawa piring dan minuman.
"Kamu nunggu lama ya" aku mengangguk saja, tiba tiba aku kehilangan selera makan.
"Kenapa?" tanyanya dengan raut kebingungan. Aku menggeleng pelan menandakan jika baik-baik saja. Namun tidak dipungkiri bahwa aku ingin segera pulang saja.
Dentingan sendok dan piring menjadi saksi bisu antara kami, tidak ada yang berani membuka percakapan, bahkan teman Ethan pun sepertinya menyadari perubahan sikapku kepadanya.
"Ayo pulang" ajakku kepadanya. Lalu dia menggandeng tanganku dan berpamitan pada teman nya itu.
Sesampainya didepan gedung, aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya perihal yang terjadi didalam tadi.
"Siapa Melissa?" langkahnya terhenti, ia berbalik dan menatapku bingung seolah dia tidak mengenal nama wanita yang kusebut barusan.
"Melissa? Aku tidak mengenalnya" ucapnya padaku.
"Jangan berbohong, dia mengaku padaku kalau kalian berpacaran" Ethan membatu, seolah baru menyadari siapa yang aku pertanyakan.
"Jangan percaya padanya, aku tidak ada hubungan apapun. Ayo ku antar pulang saja"
Dalam perjalanan pulang tidak ada diantara kami yang membuka percakapan satu pun.
Sesampainya didepan rumahku dia menatapku.
"Aku mohon percaya padaku, aku tidak mengenal perempuan itu" aku menatap dalam matanya berharap menemukan jawaban agar aku tidak terjerumus oleh tipu daya laki laki. Tapi hanya tatapan teduh yang aku dapatkan, tidak ada kebohongan disana.
"Aku masuk dulu, hati hati"
Sampai dikamar aku melempar tasku dengan kesal, siapa perempuan itu. Jika Ethan tidak mengaku mengapa perempuan itu begitu percaya diri mengataiku murahan.
ARGGHHH. Lebih baik aku tidur saja lah, besok masih ada kelas.
...****************...
"Lo kenapa bengong mulu sih dari tadi?" tanya serly yang mampu membuyarkan lamunanku.
"Apaan sih, nggak kenapa kenapa tuh" Sahutku malas.
"Bohong lo, lo tuh keliatan banget tau kalau lagi galau. Kenapa? Denish?"
"Ethan" sahutku. Serly lalu mencondongkan badan ke arahku yang membuatku risih "Ih apaan deh lo, kepo banget. Gue lagi nggak selera buat cerita, ntar deh kapan kapan gue ceritain" lalu aku mendorong bahunya agar dia cepat menyingkir.
"Lo pelit banget sih Ness? ceritain dong ada apa" rayu nya dengan tatapan memohon.
"Gue juga maunya cerita ke lo pada, tapi kalau ceritanya bagus ya" sahutku dengan muka bete.
"Kenapa? Kesel ya lo tau Ethan udah punya pacar? HAHAHAHA" aku menimpuk bahunya dengan kamus tebalku.
"Gak asik lo, cabut gue. Titip absen ya" lalu aku ngeloyor pergi meninggalkan serly yang masih tertawa cekikikan.
Aku menyusuri lorong kampus gedung B dengan lesu, berharap hari ini tidak bertemu dengan Ethan.
"Ness, Anessa" aku membalikkan badan, melihat Ratna lari tergopoh gopoh menyusulku.
"Mau kemana lo? Bolos lagi? Kali ini apa lagi sih Ness" tanya Ratna dengan kesal.
"Gue mau ke perpus ya, lo kalau mau ngoceh gue tinggal nih"
"Dih apaan sih sewot amat. Masih pagi juga"
Aku berjalan cepat meninggalkan Ratna yang masih menggerutu sebal terhadap tingkahku.
Sesampainya di perpustakaan, aku memilih bangku paling pojok, bangku favorit tiap mahasiswa yang mau menumpang tidur. Tapi disini aku tidak ingin tidur, tapi hanya duduk santai menikmati AC.
"Ness, Anessa. Bangun" sayup mendengar suara khas seorang laki laki yang sangat aku kenal. Aku tersentak kaget dan segera membenarkan tempat duduk ku.
"Lo kenapa bolos lagi?" aku memalingkan badan dan mengambil ponselku dan tidak menghiraukan pertanyaannya.
"Lo masih marah ya sama gue?" aku tidak membalas dan kemudian bergerak pergi.
"Tunggu, biar aku jelaskan. Melissa, jujur aku tidak mengenalnya. Banyak wanita selama ini yang mengaku ngaku menjadi pacarku. Dan mereka mengirimiku ini" dia mengelurkan kertas kertas dan beberapa bingkisan kado dari dalam tasnya. "Ini, mereka semua yang mengirimiku, jadi bisa aku simpulkan jika Melissa yang kamu maksud semalam salah satu dari mereka"
Aku menatapnya dengan bertanya tanya, serius mereka melakukan ini pada seorang cowok? Dimana letak harga dirinya.
"Gue suka sama lo Ness" ucapnya lirih. Aku tertegun sejenak dan berusaha menerka kalimat Ethan yang baru saja ia ucapkan.
"Hah lo serius?" tanyaku dengan mimik yang masih terheran heran
"Selama ini, diam diam lo merhatiin gue kan Ness? Bahkan lo sering ngintipin gue di parkiran. Gue tau Ness, gue mikir awalnya lo bakalan sama kaya mereka yang mengirimiku ini semua tapi ternyata enggak, lo tetap mempertahankan sikap itu dan gue salut ternyata masih ada perempuan yang punya harga diri"
"Dari kapan Lo suka sama gue Than?" tanyaku memastikan.
"Dari awal kita ketemu, dari awal gue tau lo, dan dari awal kita kuliah disini" ucapnya sambil tersenyum. Aku kaget, ternyata selama ini dia juga diam diam memperhatikanku. Aku masih terbengong bengong mendengarkan ungkapannya, nyawaku seperti dipaksa keluar dari badan ini. Benar-benar, aku kaget.
"Lo mau kan jadi pacar gue?" Siapapun tolong, aku ingin pingsan.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/