Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebohongan Yang Hakiki
"Aku mau makan Bread Tosti."
Daren melirik jam dinding kamar dengan mata menahan kantuk, guncangan dari tangan Sarah membuatnya terjaga. "Kamu yakin?" Tanya Daren memastikan, selama menikah dengan Sarah, tidak pernah terbersit dalam pikiran mengisi perut di tengah malam. Seingatnya sang istri sangat menjaga penampilan agar tetap langsing dan ideal.
"Ini hampir pukul 2 malam loh." Lagi Daren berkata, memberi tau Sarah ini jamnya orang istirahat bukannya mengisi perut. Lain lagi mungkin ketika Bulan Ramadhan. Pikir Daren.
Sarah seolah acuh dengan kalimat Daren, Wajahnya yang masih nampak terjaga itu malah di tekuk sembari melipat kedua tangan di dada sebagai perlawanan, dirinya kekeh ingin membuat hidangan bercitarasa manis itu,
Daren menghela napas panjang melihat sikap aneh sang istri akan tetapi mendengar ucapan Pelayan tadi sore membuat Daren mengangguk.
"Minta di buatkan pelayan aja deh?" Terlihat Daren menahan kantuk ketika keduanya berjalan untuk ke dapur.
Sarah yang di gandeng Daren menoleh membawa gelengan kepala. Seketika Daren tersenyum datar.
Urusannya bakal lama, bisa-bisa aku tidur di dapur.
Daren hanya mampu berceloteh dalam benaknya, tak berani jika harus mengutarakan isi hatinya, Sarah memasak itu artinya setengah malamnya akan di habiskan di dapur ingin rasanya meminta kasur dan menggelarnya di sana.
Di dapur, Daren duduk dengan menahan kantuk, Memperhatikan bagaimana Sarah yang sibuk sendirian di depan kompor.
Sarah melirik Daren di tengah kesibukannya. "Ke kamar aja ga papa." Ucap Sarah tak enak.
Daren celingukan menatap area luas Dapur yang sepi. "Ga Papa aku tunggu, tapi jangan lama-lama ya."
Sarah mengangguk antusias, kembali sibuk dengan beberapa tumpukan roti. Sampai di mana Daren tak kuat lagi menahan kantuk.
Beberapa menit kemudian, Sarah meletakkan piring berisi hidangan yang mana aromanya membuat Daren mengendus di tengah tidurnya.
Sarah tertawa kecil melihat itu, Melihat bagaimana Daren membuka mata dan terlihat lucu ketika hidungnya yang mancung terus mengendus.
"Ga lama kan? Cuma butuh waktu 10 menit." Sarah berseru, duduk di samping Daren yang nampak masih terkesima dengan Hidangan di piring.
"Bread Tosti." Ucap Daren memastikan. Makanan yang dirinya sukai, selama ini tak percaya sang istri yang di kenalnya manja bisa juga membuat hidangan kesukaannya itu.
Tanpa basa-basi keduanya menyantap masakan buatan Sarah yang lagi-lagi membuat Daren mengangguk setuju dengan rasa lezat roti berselimut limpahkan keju itu bahkan Daren menggoda Sarah untuk membuka toko kue saja. Respon Sarah hanya gelak tawa.
Di tengah-tengah makan, Sarah melirik Daren yang asik meneguk minuman.
"Besok aku boleh ya pergi bareng Jesica lagi?"
Please jangan curiga.
Seperti biasa, ketika meminta sesuatu Sarah akan memejamkan kedua matanya. kebiasaan sedari kecil dan itu jelas membuat Daren tersenyum.
Daren menjawab datar. "Ke mana?"
Sarah diam sejenak. Memikirkan dengan matang agar rencana ke dokter kandungan bisa berjalan lancar tanpa di curigai Daren.
"Mau jemput Nagita, besok dia pulang. Kita udah lama ga pergi bareng-bareng, Boleh ya?" Kali ini Sarah memberi mimik wajah mengemaskan membuat Daren mengangguk.
Sarah bertepuk tangan seorang diri. "Makasih, baik deh."
Daren tersenyum saja. "Tapi kamu yakin besok bisa jemput Nagita? Tadi aja muntah-muntah."
Sarah termenung mendapati pertanyaan itu, keduanya saling tatap tanpa ekspresi
...
Yasmin mengendus kesal di dalam kamarnya. Beberapa kali berguling di atas ranjang empuk, seolah malu dengan kejadian tadi siang di apartemen Daren di mana dirinya hampir terjatuh.
"Memalukan." Yasmin tersihir manik mata sang pria yang sudah menyempatkan nya dari kecerobohannya sendiri.
"Fokus, Yasmin Fokus." Lanjut Yasmin, segera beranjak bangun dan berkeliling di dalam kamar. Lamanya berfikir, Yasmin menghentakan kaki ketika tidak ada satu ide pun yang nyangkut di otaknya. Hal itu membuatnya frustasi.
"Ternyata untuk bisa menjadi pelakor saja tidak mudah, tapi aku ga boleh nyerah, lebih baik aku tanya ke Ayah, mungkin ayah punya ide."
Di saat Yasmin kehabisan ide untuk melanjutkan Strategi merebut Daren, di lain sisi, Haikal tertegun di tepi pagar balkon kamarnya, cengengesan sembari menghisap sekuntum rokok dan satu kaleng minuman.
Ada dua wajah yang menghiasi pikirannya. Keberuntungan yang bertubi terjadi dalam satu waktu.
"Senang bisa kembali ke Jakarta." Gumam Haikal, menarik napas dalam sembari menatap gedung-gedung pencakar langit itu dengan wajah berbunga.
"Mudah-mudahan esok hari aku bisa lebih beruntung lagi, aku harap bisa kembali bertemu dengan salah satu gadis yang tadi aku selamat kan."
...
Pukul 10 pagi, Sarah meninggalkan kediaman pak Anjas. Seperti biasa Jesica sudah stand by untuknya. Dengan kecepatan sedang Jesica membelah jalanan. Di dalam mobil Sarah hanya diam tanpa ingin berkata, Jesica memaklumi diamnya sang sahabat.
"Aku yakin kamu sama bayi kamu baik-baik aja. Kamu tenang ya,"
Cukup pelan Sarah menjawab. "Aku hanya takut kehilangan Daren, aku baru mencintainya sepenuh hati, Jes."
Jesica tak memberi respon apapun, Sepertinya Sarah tengah kalut dan bingung.
Kesunyian di dalam mobil berlanjut sampai gedung tinggi rumah sakit terlihat. Dengan sangat hati-hati, mobil masuk ke parkiran rumah sakit.
Beberapa meter dari mobil Jesica, satu buah mobil hitam ikut terparkir, orang di dalamnya menatap gerak-gerik keduanya dengan mata setajam elang.
"Pak, Anda mau turun sekarang?" Tanya laki-laki di depan kemudi.
...
Setibanya di dalam rumah sakit, Sarah melakukan pendaftaran. Melakukan pemeriksaan dan menunggu antrian.
Selama menunggu, Sarah terlihat tak tenang, kedua tangan saling meremas saking paniknya. Hal itu tidak luput dari perhatian Jesica. Untuk itu Jesica menyodorkan sebotol air mineral. "Kamu harus minum,"
"Apa aku kelihatan gugup?"
Jesica menggelengkan kepala sembari tersenyum. "Ga, kamu malah keliatan kaya orang mau di eksekusi."
Sarah mengendus kesal mendengar jawaban asal Jesica, Menyambar kasar botol minuman dari tangan Jesica.
Melihat Sarah yang merajuk, Jesica malah cengengesan karena sudah berhasil menggoda Sarah, walaupun hasilnya Sarah malah semakin tegang.
Menunggu sampai hampir ketiduran, akhirnya nama Sarah di panggil. Sarah menyeret Jesica ikut masuk, yang pada awalnya Jesica menolak. Karena rencana akan menghubungi Daren mengabarkan Sarah berada di rumah sakit. Tidak bisa melakukan panggilan atau memberi tau lebih awal karena takut Sarah akan marah besar. Strateginya adalah memberi tau Daren ketika Sarah sudah masuk kedalam ruang pemeriksaan. Tapi sayang dirinya malah ikut di seret, alhasil idenya berantakan.
"Selamat pagi Dokter." Sapa Sarah dan Jesica bersamaan.
Dokter Vera tersenyum lalu menatap Sarah yang mana baru saja mendudukkan dirinya.
"Suami anda mana Nona?" Tanya dokter Vera, Celingukan karena tidak ada sosok Daren di sana.
Sarah tersenyum canggung ke arah Dokter Vera. "Itu Dok, suami saya lagi sibuk di-
"Saya di sini."
Sarah menoleh ke arah pintu yang terbuka, membulatkan kedua mata ketika Daren berdiri gagah di sana.
"Mampus." Seru Jesica penuh rasa takut, bahkan tanpa sadar menarik tangan dingin Sarah.