OH MY KANAYA

“Ada apa ? Kenapa Kau meminta untuk bertemu ?” tanya Kanaya menatap mantan suaminya itu, dimana Adrian mengajak untuk bertemu di salah satu kafe yang tak jauh dari perusahaan Abraham Company.

“Aku sedang kesulitan, uang.” Kata Adrian jujur yang membuat Kanaya ingin tertawa mendengarnya.

Kemana sikap arogan Adrian ? sepertinya dalam sekejap telah menghilang. Kesulitan uang katanya ? Bukan kah uang 100 milyar hasil menjual dirinya dengan Adam begitu besar ? lantas kemana saja uang itu perginya ?

“Lalu ?” tanya Kanaya dengan santainya meminum jusnya dari sedotan.

“Tidak bisakah Kau memberiku pinjaman Kanaya ? Aku butuh uang saat ini ! Aku janji akan membayarnya tepat waktu !” kata Adam dengan sorot mata memohon, ia yakin Kanaya berhati baik dan lembut. Pasti Kanaya mau membantunya.

Perusahaannya tengah membutuhkan uang yang begitu besar, untuk membayar hutang bank dan juga gaji para karyawannya.

“Aku tidak punya uang ! Karena semua uang perusahaan dipegang oleh adik Ku, dan juga Papa Ku !” jawab Kanaya dengan lembut, tentu saja ia berbohong mengatakan hal itu.

“Tapi Aku bisa menawarkan mu bantuan lain, Aku yakin mereka bisa menolong mu !” kata Kanaya dengan santainya.

Kanaya kemudian menyodorkan kartu nama seseorang pada Adrian.

“Dia bisa memberikan mu dana sebesar apapun yang Kau ingin kan !” kata Kanaya dengan senyuman penuh arti.

Ini yang Kanaya inginkan selama ini, menghancurkan Adrian sampai ke akarnya. Agar Adrian tahu bagaimana rasa sakit yang ia rasakan selama ini.

Adrian mengambil kartu nama yang Kanaya berikan. Dan membacanya dalam hati.

“Adam De Costa !”

Siapa dia ? Adrian bahkan begitu asing dengan nama itu. Apa dia orang luar ?

“Siapa dia ?” tanya Adrian

“Dia bisa membantu mu, sebab dia banyak uang. Anggap saja Aku temannya, bilang saja padanya kalau Kau adalah teman Ku ! Pasti dia mau memberikan pinjaman uang dengan mudah !” kata Kanaya kemudian ia meraih tasnya dan hendak pergi meninggalkan Adrian.

“Aku harus kembali, masih ada urusan lain !” kata Kanaya dengan lembut, dan tersenyum pada Adrian.

“Terimakasih, mau Ku antar ?” jawab Adrian

“Tidak perlu, sopir Ku sudah menunggu Ku !” kata Kanaya kemudian Kanaya pergi meninggalkan Adrian seorang diri.

Di dalam mobil Kanaya tersenyum puas, ia yakin Adrian akan kehilangan segalanya sebentar lagi. Ia sudah tidak sabar menantikan kehancuran Adrian sampai pria itu tak punya nyali untuk melihat matahari terbit.

“Aku sudah memberikan kontak mu padanya !” tulis Kanaya pada pesannya untuk Adam.

Mereka benar-benar bekerja sama untuk meruntuhkan Adrian. Membalaskan dendam dengan cara yang begitu elegan, tanpa harus bersimbah darah dan melibatkan pihak lain.

Lain halnya dengan Adrian,

Pria itu telah kembali ke perusahannya di ruang kerjanya. Ia menatap kartu nama yang ia pegang. Mau tidak mau ia benar-benar tidak punya pilihan saat ini selain meminta bantuan dari pihak lain untuk menyelamatkan perusahannya dari kebangkrutan.

Sore harinya Adrian kembali ke rumah Ibunya, dan membuka ruang koleksi tas-tas mewah milik Ibunya.

“Adrian Kau mau apakan tas-tas Ibu ?” tanya Yulia melihat Adrian membuka lemari koleksi tas mewah miliknya.

“Aku mau menjualnya !” jawab Adrian cepat.

“Enak saja ! Tidak ! Tas-tas itu milik Ibu!” Yulia melayangkan protesnya.

“Tapi semua tas ini dibeli degan uang Ku ! Aku butuh uang Ibu ! Perusahaan Ku mau bangkrut !” ucap Adrian yang membuat Yulia marah mendengarnya.

“Tapi Ibu tidak suka Kau mengusik barang-barang Ibu ! Kembali kan ke tempatnya !” pekik Yulia.

“Maaf Ibu !”

Adrian membawa tas-tas mewah itu pergi dari rumah Ibunya, dimana Yulia tentu saja marah dengan kelakuan putranya saat ini.

“Dasar anak durhaka ! ADRIAN !! ADRIAN !!!”

Yulia hanya bisa pasrah melihat Adrian membawa semua tas-tas mewah miliknya. Padahal banyak dari tas-tas tersebut yang belum ia pakai dan ia pamerkan pada teman-teman sosialitanya.

...****************...