Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Kau sakit Reiner!
Malam berhujan, Jay kedapatan tengah menunggu adiknya pulang. Dilan yang tak mengira kakaknya sudah menunggu, tampak senang. Tapi reaksi yang terjadi berikutnya sungguh membuatnya tak menduga.
"Apa karyawan bodoh mu itu suka mengada-ada?" tukas Jay tampak kesal. Ia bahkan menyebut Rachel dengan sebutan 'karyawan bodoh'.
DEG
Maka Dilan sontak tercengang dengan apa yang ia dengar. Kakaknya tak pernah terlihat marah dan berkata kasar seperti saat ini. Tapi kenapa malam ini pria itu terlihat sangat marah.
"Kakak, siapa yang kakak bicarakan?" Dilan bertanya dengan muka khawatir.
"Karena ulah pegawai mu, integritas korps ku tercoreng. Apa kau tahu siapa tuan Reiner?" mata Jay terlihat berurat karena saking marahnya. "Main gerebek tanpa perhitungan jelas sebuah kebodohan!"
"Memangnya apa salahnya menggeledah? Tidak ada yang dirugikan juga kan? Aku percaya pada Rachel!" eyel Dilan.
"Dilan!" teriak Jay mendekati adiknya lalu menatap tajam mata sang adik. " Aku tahu kau masih sangat muda dan gemar dengan kebaikan. Tapi tolong kau juga jangan menjadi bodoh. Kau tahu seberapa berkuasanya Reiner? Ia bahkan bisa dengan mudah meratakan tempat usaha mu!"
Dilan menyudahi berdebat dengan kakaknya dengan cara memilih masuk ke kamarnya. Dan Jay yang di tinggalkan juga merasa begitu pening akibat kejadian hari ini. Pria itu juga terlihat masuk ke dalam. Membuat adik bungsu mereka terlihat sedih.
Keesokan harinya, Reiner dengan segala otoritas dan kuasanya berhasil membawa paksa Rachel lalu menjebloskannya ke sebuah kamar dengan warna yang sangat gelap.
Ia meminta Marlon pergi sebab hari ini ia akan memakan habis-habisan Rachel. Hatinya di penuhi kemarahan akibat sikap impulsif gadis itu. Terlebih, kilasan ingatan soal tangan yang di gandeng Dilan menyerbu memori nya dan berhasil menyulut kemarahan.
"Aku sudah sangat baik padamu, tapi kau malah bertindak sangat kurang ajar!" ucap Reiner sembari melepaskan bajunya.
"Apa yang mau kau lakukan. Bebaskan ayahku! Dimana kau menyembunyikan orang-orang itu juga Ayahku. Kenapa kau begitu jahat?" Rachel berusaha melawan sebisanya sembari terus berteriak melontarkan kata-kata itu.
"Diam!" bentak Reiner tak suka di katai seperti itu oleh Rachel.
Rachel yang di bentak mulai bergetar dan menangis. Ia melihat sebuah botol lalu menyambar benda itu untuk ia pukulkan ke wajah Reiner namun tangan kekar pria itu lebih dulu menyambarnya. Membuat Rachel terperanjat.
PRYAANG!!
Reiner melemparkan botol itu ke sembarang arah dan menimbulkan suara yang berisik. Merasa semakin marah karena Rachel terus saja melawan.
"Kemari kau!" kata Reiner sembari menarik paksa lengan Rachel yang terus-terusan memberontak.
Pria itu membawa Rachel ke depan meja rias dengan ukiran rumit nan besar. Rachel mendongak dengan posisi di cengkeram rahangnya. Tubuhnya bergetar karena setiap gerakan Reiner sangat kasar.
"Kau sengaja membuatku marah dengan berdekatan bersama pria payah itu, iya?" tukas Reiner. Bahkan Rachel dapat merasakan aroma napas penuh kemarahan yang di keluarkan oleh pria itu.
"Dia bukan orang payah. Dia laki-laki sempurna dan jauh lebih baik daripada bajingan macam kamu!" jawab Rachel tak kalah marah.
Mendengar hal itu, Reiner yang teramat naik pitam langsung mencium kasar bibir Rachel dan menggigitnya sehingga bibir Rachel berdarah.
"Ahhh!" Rachel kesakitan.
"Itu hukuman untuk mulutmu yang benar-benar lancang!"
Tak berhenti di situ, Reiner yang diliputi rasa murka, kini juga menarik paksa pakaian yang di kenakan Rachel. Ia benar-benar kalap dan sungguh tak suka dengan perbuatan Rachel kemarin.
"Apa yang kau lakukan. Lepaskan! Aku akan berteriak!"
"Berteriaklah! Tak akan ada yang mendengar mu. Kemari kau. Kau memang harus di tatar agar tahu apa itu arti patuh!"
Wanita itu mati-matian mempertahankan bajunya, tapi kekuatan seorang Reiner bukanlah tandingannya. Dengan mudahnya Reiner merobek pakaiannya sehingga membuatnya tubuhnya setengah telanjang.
"Kau adalah milikku, tak akan aku biarkan orang lain menyentuh kepunyaan ku barang sedikitpun!"
Logika pria heartless itu bagai lekang termakan kecemburuan. Ia sekarang mengangkat kedua tangan Rachel lalu mengikatnya kuat-kuat. Berkali-kali perempuan itu mengatupkan kedua pahanya berusaha menghalang-halangi niat Reiner.
Namun dengan gerakan yang lebih kuat, Reiner berhasil mencampakkan pakaian dalam Rachel dan membuat miliknya basah.
"Kumohon hentikan. Ampuni aku!" lelehan air mata semakin menandakan ketakutan yang sukar di tutupi.
Tapi rengekan penuh ketidakberdayaan itu tak Reiner hiraukan. Pikirannya kalap. Reiner benar-benar tersinggung dengan perbuatan impulsif Rachel.
Rachel takut dan tak berdaya. Ia hanya bisa menangis dengan tubuh bergetar saat pria itu terus menjilati tiap inci tubuhnya. Bagaimana ini? Apakah setelah ini Reiner benar-benar akan membunuhnya?
Dan ia segera mengeraskan dengan pekikan tertahan manakala kelelakian besar milik Reiner mencoba menerobos celah miliknya yang begitu sempit. Membuatnya merasakan sakit, perih, nyeri dan panas di waktu bersamaan.
Dan kala melakukan itu, Reiner sempat terkejut sebab tak mengira jika Rachel masih Virgin. Reiner sempat menangkap Rachel yang memejamkan mata menahan rasa sakit akibat ulahnya.
Namun karena kemarahan dan hasrat yang begitu menguasai, dengan cepat Rainer membalikkan tubuh Rachel lalu menghentaknya dari arah belakang. Ya, reiner melakukan hal itu ala doggy style.
Rachel yang merasa kesaktian reflek menjerit akibat dorongan kuat dan brutal Reiner.
"Ah, berhenti! Sakit!" ia memohon dengan tubuh yang bergerak cepat akibat hentakan kuat itu.
Namun Reiner tak peduli, tangannya yang berotot kuat menarik pundak Rachel dan terus mengayun tubuh Rachel dengan tempo yang semakin cepat. Pria itu terlihat memejamkan mata sebab makin menikmati celah sempit yang membuat miliknya merasakan kenikmatan.
"Berhenti, ini sakit! Ku mohon!" Rachel menangis merayap keadaannya yang sungguh memalukan. Ia telah bercinta dengan Reiner, pria yang benar-benar ia benci saat ini.
Rachel meminta ampun berkali-kali tapi pria itu sama sekali tak mendengarnya. Hentakan itu malah berlangsung lama. Rachel merasa tulangnya remuk, bagian miliknya terasa panas dan sakit. Hingga akhirnya, Reiner yang kini telah mencapai puncaknya, sontak meledakkan cairan kental hangat dan membuat tubuh Rachel seperti mau pingsan.
"Arghhh!" Reiner mengerang merasakan kenikmatan yang benar-benar memuaskan hasratnya.
Dengan napas yang masih terengah-engah dan badan berotot yang mengkilat karena keringat, Reiner mencabut miliknya dan membiarkan Rachel meringkuk.
"Itu hukuman buatmu. Aku harap setelah ini kau lebih bisa menurut!" kata Reiner sembari melempar tubuhnya yang basah oleh keringat ke sofa.
Rachel yang merasa jijik berusaha memungut pakaiannya dengan rasa perih yang teramat di pangkal pahanya. Ia menangis meratapi nasibnya. Ia makin membenci Reiner. Sangat membencinya.
***
Reiner yang kini sudah mengenakan piyama dan menyesap rokoknya di ruangannya yang lain, terdiam memikirkan Rachel. Tak menyangka bila dia adalah orang pertama yang memasuki tubuh wanita itu.
Di zaman seperti sekarang ini, virginity adalah sebuah kelangkaan. Dan Reiner merasa tak akan membiarkan siapapun memiliki Rachel kecuali dia. Ketertarikan fisik yang kini berubah menjadi sebuah ikatan mendalam itu tak di ketahui oleh siapapun.
Ia merasa seperti menemukan sesuatu yang berharga. Ia kembali ke kamar dimana Rachel duduk memeluk lututnya dengan tatapan kosong.
Reiner mendekat lalu tanpa basa-basi langsung membuka kedua kaki Rachel lalu merentangkannya kembali. Membuat Rachel memberontak.
"Sakit, apa yang mau kau lakukan bajingan?" Rachel memukuli Reiner tapi pria itu dengan mudah bisa menguasai serangan Rachel.
Reiner tak marah sewaktu mendengar hal itu. Ia memaksa Rachel membuka pangkal pahanya dengan cara mengikatkan kembali kedua tangan dan kaki perempuan itu. Tanpa di duga, Reiner mengeluarkan sebuah salep lalu mengoleskan gel dingin itu ke area yang bengkak.
Rachel sangat malu saat dengan santainya Reiner mengolesi miliknya dengan sebuah gel dingin. Kiki ia semakin yakin jika Reiner memanglah pria gila.
"Jadi, kau benar-benar baru pertama kali melakukannya?"
Rachel membuang wajahnya penuh kebencian ketika bibir Reiner mendekat ke wajahnya setelah selesai mengolesi salep. Reiner yang mendapat penolakan memilih menghirup dalam-dalam aroma shampo di rambut Rachel.
"Mulai sekarang, kau hanya akan menjadi milikku!"
"Lebih baik aku mati!" sahut Rachel dengan tatapan penuh kebencian.
Reiner mencengkeram lembut wajah Rachel. "Aku tidak suka di lawan. Sebaiknya kau harus ingat. Aku tidak selembut pria bodoh bernama Dilan itu. Istirahatlah!"
Rachel menatap marah Reiner yang kini berjalan keluar meninggalkannya dengan keadaan masih terikat seperti seorang sandera.
Rachel kembali menitikkan air matanya namun kali ini tanpa suara. Ia merasa Reiner bukanlah manusia. Dia iblis. Iblis kejam yang tidak manusiawi.
Beberapa saat kemudian, terlihat Agatha masuk dan melepaskan belenggu yang mengikat Rachel.
Tanpa banyak bertanya, Agatha membawakan baju ganti dan makanan lezat untuk Rachel. Namun hingga malam menjelang dan Reiner barusaja pulang dengan tangan yang berlumuran darah dan bau amis, wanita itu tak juga menyantap makanannya.
Rachel menatap kosong ke arah jendela yang memperlihatkan langit gelap segelap hatinya.
BRAK!
Rachel sebenarnya terkejut, tapi ia mulai terbiasa dengan perilaku kasar Reiner. Ia tak menoleh. Dan masih meneruskan lamunannya.
Reiner melihat banyak sekali makanan yang tak terjamah hingga di jam selarut ini. Pria itu melepas pakaiannya lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelahnya, ia mendatangi Rachel yang masih betah diam melamun.
"Apa makanannya tidak enak?" tanya Reiner.
Rachel tak mau menjawab. Ia tak sudi menatap wajah pria. Dan melihat Rachel yang tak menggubrisnya, Reiner seketika berteriak,
"Agatha!" teriak Reiner dan berhasil membuat Rachel menoleh.
"Agatha!"
Dengan tergopoh-gopoh kepala pelayan itu langsung datang lalu memberi hormat. "Saya tuan."
"Siapa yang memasak makanan ini?" tanya Reiner sembari menatap wajah Rachel yang terlihat mulai bingung.
"Lydia tuan!" terang Agatha harap-harap cemas.
"Panggil dia!"
Lydia pun datang dengan muka takut. Begitu dia diminta maju dan mendekat, Reiner melepaskan sabuknya lalu mencambuk tangan pelayan itu.
"Ah, sakit tuan. Ampun!" ucap Lydia yang merasa tak tahu apa salahnya.
"Kau memasak makanan yang tidak enak sehingga dia tidak mau memakannya. Apa yang kau masak?"
Rachel yang melihat itu buru-buru bangun namun segera meringis nyeri sebab kewanitaannya benar-benar sakit sekali. Ia melawan rasa sakit itu dan melindungi Lydia sebab tak mengira jika Reiner benar-benar tak memiliki hati seperti ini.
"Apa yang aku lakukan? Jangan hukum dia!" kat Rachel mendongak menatap Reiner yang marah.
"Kenapa, hah? Kau tak menyentuhnya sama sekali, apalagi kalau karena makanannya tidak enak!"
Dengan air mata yang berlinang. Rachel segera memakan makanan itu dengan cepat. Ia menangis sembari terus mengunyah hanya agar Lydia tidak di pukuli.
Melihat hal itu, Reiner menggerakkan kepalanya meminta Agatha membawa Lydia pergi. Sepeninggal mereka, Rachel yang terbatuk-batuk karena makan tanpa aturan meraih segala air lalu meminumnya.
"Kau tau apa pelajarannya?" kata Reiner mengusap lembut kepala Rachel.
"Kau sakit Reiner!" balas Rachel dengan air mata yang tak mau berhenti meleleh.
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir