Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pihak yang saling membutuhkan
Pihak yang terpojok, sepertinya tiga kata tersebut sangat cocok mewakili keadaan Delvia Mayuri dan Wira Diwangkara. Karena memiliki alasan masing-masing, keduanya memutuskan untuk bertemu, membahas masalah perjodohan yang tampaknya memiliki jalan buntu. Delvia sengaja memesan privat room di sebuah restoran, selain menjaga privasi, apa yang akan mereka bahas mungkin akan menjadi sebuah rahasia.
Kali ini Delvia datang lebih awal, menunggu kedatangan Wira dengan perasaan gusar. Sungguh, dia tidak memiliki opsi lain. Delvia menoleh saat pintu ruangan terbuka, gadis itu berdiri menyambut kedatangan Wira.
“Maaf saya terlambat, tadi ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan,” ucap Wira seraya mengulurkan tangan ke arah Delvia.
Delvia menyambut uluran tangan tersebut. “Tidak papa, saya juga belum lama sampai. Silahkan duduk mas!”
Keduanya lalu duduk berhadapan, mimik wajah mereka tampak menegang.
“Soal perjodohan,” ucap Delvia dan Wira bersamaan.
“Maaf karena saya menyulitkan mas Wira, saya benar-benar tidak punya pilihan lagi, mama saya mengancam akan bunuh diri lagi kalau saya tidak menerima perjodohan ini,” sambung Delvia setelah Wira mengizinkannya untuk bicara terlebih dahulu.
Wira mendengarkan keluh kesah Delvia dengan seksama, rupanya mereka berada dalam kesulitan yang sama. “Posisi kita sama, ada hal yang mengharuskan saya menerima perjodohan ini,” Wira menjawab dengan tatapan serius.
“Jadi bagaimana selanjutnya mas? Apa kita benar-benar harus menikah?” tanya Delvia putus asa.
“Karena itu saya mengajak kamu bertemu. Saya memiliki usulan, tapi saya tidak yakin kamu akan menyetujuinya?”
Delvia menatap Wira dengan sorot penuh tanya. “Usulan apa?”
“Mungkin sebaiknya kita menikah tapi secara kontrak. Selama pernikahan kita hanya akan menjalin hubungan pertemanan saja, tidak lebih. Bagaimana menurutmu?” Wira meminta pendapat Delvia. Sebagai seorang pengusaha tentu saja dia telah mempertimbangkan semuanya secara matang.
“Lalu berapa lama kita akan terikat pernikahan kontrak? Bagaimana kalau kita ketahuan?” tutur Delvia mengutarakan kekhawatirannya.
“Saya rasa dua tahun cukup. Selama itu, kita akan berakting layaknya pasangan suami istri yang saling menyayangi demi menghindari kecurigaan orang tua kita. Kamu tidak harus menjawabnya sekarang, kamu bisa memikirkannya dulu!”
Delvia menunduk seraya meremas buku-buku jarinya, sepertinya usulan Wira adalah jalan keluar terbaik dari masalah ini. Sepertinya Wira juga akan menjadi partner yang bisa di percaya. “Tidak ada waktu untuk berpikir lagi. Apa mas Wira sudah menyiapkan kontraknya?” ya, Delvia telah mengambil keputusan.Gadis itu akan menikahi Wira Diwangkara seperti apa yang di inginkan mamanya.
Usulan Wira ternyata sudah memiliki persiapan yang matang, pria itu telah menyiapkan kontrak. “Baca dengan teliti!”
Delvia meraih dokumen dari tangan Wira, dia membukanya lalu membacanya dengan teliti. Tidak ada yang aneh di dalam kontrak, hanya ada beberapa poin dalam surat perjanjian tersebut, di antaranya waktu pernikahan selama dua tahun, selama dalam hubungan pernikahan mereka akan tinggal di bawah atap yang sama, mereka harus saling bekerja sama, selama menikah mereka juga tidak boleh memiliki hubungan lain dengan lawan jenis. Dan poin terakhir, jika salah satu dari mereka melanggar kontrak maka pihak tersebut harus bertanggung jawab atas segalanya.
“Mungkin kamu ingin menambahkan beberapa hal?” ucap Wira memberi tawaran.
“Saya yakin orang tua kita akan mengawasi kita, untuk keadaan darurat, mungkin kita harus tidur di kamar yang sama,” Delvia sangat mengenal Maya, wanita paruh baya itu pasti akan terus memantau mereka.
“Selama kamu tidak keberatan maka saya akan setuju,” jawab Wira tanpa ragu. “Satu hal lagi, saya memiliki seseorang yang saya cintai, jadi kita tidak boleh memiliki perasaan satu sama lain selama hidup bersama!”
"Kenapa mas tidak menikah dengan seseorang yang mas cintai?" tanya Delvia penuh tanya.
"Mommy menentang hubungan kami!" Wira menjawab dengan senyuman sendu. "Jadi kita sepakat untuk tidak saling menyukai kan?"
“Tentu!” Delvia mengangguk setuju. Kehidupan pernikahan kedua orang tuanya mengajarkan banyak hal, termasuk untuk tidak mencintai dan percaya pada siapapun. Delvia juga tidak ingin bertanya banyak hal mengenai sosok yang Wira cintai karena dia merasa semua itu bukan urusannya.
Kedua pihak sepakat, mereka menandatangani surat perjanjian tersebut lalu saling menjabat tangan. “Selamat bekerja sama!”
Kabar tersebut telah sampai di telinga kedua belah keluarga. Bukan hanya Maya yang bersorak bahagia, Nila juga tak kuasa menahan air matanya saat mengetahui Wira menerima perjodohan tersebut dan akan segera menikahi Delvia. Kini kecurigaan Nila berangsur hilang, dia yakin putranya tak seperti apa yang dia pikirkan sebelumnya.
“Mommy harus mengabari adikmu dan menyuruhnya pulang,” ucap Nila penuh semangat, wanita itu lalu menghubungi seseorang.
“Hallo,” ucap seseorang di seberang sana.
“Hallo sayang, mommy memiliki kabar baik nak. Kakakmu akan melamar seseorang, mommy harap kamu bisa pulang nak!”
“Tiga bulan lagi kontrak kerjaku habis mom, aku akan kembali ke Jakarta dan mencari pekerjaan di sana. Katakan pada kakak, aku tidak bisa pulang menemaninya melamar kekasihnya!”
“Kamu yakin tiga bulan lagi akan pulang?” tanya Nila dan anak keduanya mengiyakan. “Kalau begitu, mommy akan bicara pada calon besan agar pernikahan di adakan tiga bulan lagi menunggu kamu pulang!”
“Terserah mommy saja. Sudah dulu mom, aku sibuk!”
“Tunggu Dikta, mommy belum selesai bicara. Mommy juga berharap kamu membawa sese...” sebelum Nila merampungkan kalimatnya, panggilan tersebut sudah di akhiri oleh putra bungsunya. Untuk sesaat Nila tampak kesal, namun beberapa detik kemudian dia kembali tersenyum saat teringat Wira akan segera menikah. “Setelah Wira menikah, aku akan mencarikan jodoh untuk putra keduaku, Dikta Diwangkara!”
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan