Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 04
Tidak ada yang bisa Lara lakukan selain menunggu perintah dari sang dokter yang sedang memeriksanya sejak beberapa menit yang lalu.
Saat ini Lara memang sedang melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter pribadinya. Biasanya ia lebih memilih untuk memanggil sang dokter langsung ke rumahnya, namun kali ini ia lebih memilih untuk datang langsung.
Hal ini tentu saja bisa Lara lakukan setelah ia mendapatkan izin dari Ibra yang tidak bisa menemaninya untuk melakukan pemeriksaan hari ini.
"Iya aku tau, hasilnya pasti makin buruk kan? Dokter nggak usah buang waktu buat jelasin hal itu ke aku." Melihat raut wajah yang ditunjukkan oleh dokter wanita itu membuat Lara sudah bisa mengerti bagaimana hasil pemeriksaannya yang kali ini.
"Nanti saya akan menjelaskan secara rinci pada Pak Ibra. Tolong jangan melakukan terlalu banyak aktivitas, dan jangan sampai melewatkan obat satupun." Bahkan kalimat panjang ini sudah Lara hapal di luar kepalanya, jadi ia tidak memberikan tanggapan apapun selain mengangguk dengan malas.
"Pemeriksaannya udah selesai, kan? Aku udah bisa pulang?" Dokter dengan name tag Nuri itu hanya mengangguk pelan dan membantu Lara untuk bisa kembali duduk.
"Kalau gitu aku permisi dulu, dok." Hanya itu saja yang Lara katakan sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan serba putih itu dan disusul oleh Nuri di belakangnya.
"Kita pergi sekarang." Lara mengatakan hal itu bukan pada sang dokter, melainkan pada Farah yang sejak tadi menunggunya di luar.
Farah memang tidak ikut menemani sang atasan di dalam tadi, namun ia bisa mengetahui hasilnya seperti apa hanya dari ekspresi menyedihkan yang saat ini tengah ia lihat dari wajah Nuri.
Hah, memangnya Lara boleh berharap lebih? Toh penyakit yang tengah ia derita saat ini sangat mematikan. Jangankan untuk sembuh, bisa bertahan hidup sampai detik ini saja sudah luar biasa sekali rasanya.
Maka dari itu Lara tidak mau membuang waktunya sama sekali dan ia akan segera melakukan rencananya hari ini juga.
"Ke hotelnya Om Jimmy." Bukan hanya sang supir saja yang dibuat terkejut atas perintah yang baru turun itu, Farah juga dibuat sangat terkejut.
"Bu, tapi anda harus lebih banyak istirahat." Ucapan Farah yang barusan tadi hanya dianggap bagai angin lalu oleh Lara, kan yang atasan di sini adalah dirinya.
"Jalan, Pak." Farah memang menentang, namun ia tidak berani melarangnya sama sekali sehingga wanita muda itu hanya bisa pasrah saat mobil sudah meninggalkan area parkiran rumah sakit.
Kemarin Lara sudah mendapatkan semua informasi mengenai gadis bernama Ayuna itu dan Lara dibuat sangat terkejut saat membaca lembaran demi lembaran yang Farah berikan.
Ada satu point yang membuat Lara langsung berpikir kalau ia bisa menggunakannya sebagai perantara rencananya dan ia akan melakukannya hari ini juga.
Ayuna memiliki hutang sebanyak lima ratus juta pada seorang pria tua, dan di dokumen itu mengatakan kalau Ayuna sudah harus melunasinya dalam satu bulan.
Lara tahu kalau gadis itu pasti sedang kebingungan saat ini untuk mencari sejumlah uang itu, dan dengan itu pula nantinya Lara akan berlagak seolah dirinya adalah orang yang akan dengan senang hati memberikan pertolongan pada Ayuna.
Berdasarkan dokumen yang kemarin dibacanya, Ayuna itu bekerja sebagai resepsionis di hotel berbintang lima milik pamannya. Itu artinya Lara tidak perlu mengerahkan energinya lebih besar lagi.
"Bukan dia." Keheranan langsung mendera Lara kala ia melihat bukan sosok Ayuna yang sedang berdiri di balik meja resepsionis saat ini.
"Loh Lara? Kamu ngapain?" Ah kebetulan sekali Lara malah bertemu dengan pamannya, kalau begitu Lara bisa langsung bertanya pada pria itu.
"Aku bosen di rumah makanya pengen jalan-jalan dikit." Mencari alasan seperti ini adalah hal yang sangat mudah ia lakukan, dan ia juga bisa dengan mudah membuat orang lain percaya.
"Oh iya, di hotel ini ada karyawan yang namanya Ayuna nggak? Kebetulan dia kenalan aku, terus aku sekalian mau ketemu sama dia juga." Sebelum Jimmy membuka mulutnya, Lara sudah lebih dulu kembali bersuara dan bertanya mengenai dimana Ayuna berada sekarang.
"Wah kalau itu mana Om tau, karyawan di sini kan ada banyak. Kamu tanya sama Nevan aja gih sana, dia lagi di kantin khusus karyawan tuh." Lara berhasil mendapatkan lampu hijau! Kalau begitu Lara bisa pergi sekarang juga tanpa perlu merasa takut Jimmy akan mencurigainya.
"Yaudah, kalau gitu aku cari Nevan dulu ya Om! Bye." Jimmy sudah sangat mengerti bagaimana tabiat keponakannya itu, sehingga ia hanya bisa membiarkan Lara berlalu begitu saja bersama dengan Farah.
Apakah ini yang dinamakan keberuntungan sedang berpihak pada Lara? Pasalnya begitu ia memasuki kantin khusus itu, Lara langsung bisa menemukan keberadaan Ayuna yang sedang makan siang bersama dengan rekannya.
"Pak Nevan ada di se—Bu?" Farah yang melihat Lara pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, tentu saja dibuat kebingungan. Namun wanita itu tetap saja mengekori di belakang sana.
Sepertinya Tuhan benar-benar berada di pihak Lara kali ini, buktinya ia sangat dipermudah saat ingin bertemu dengan Ayuna. Sekarang saja ia sudah duduk membelakangi gadis berlesung pipi itu.
"Coba aja Yu, pasti Pak Nevan bakalan langsung ngasih pinjeman ke kamu. Dia sebaik itu loh Yu, dia juga yang bilang ke kita supaya nggak sungkan kalau mau minta tolong." Hanya dari percakapan ini saja Lara sudah mengetahui tentang apa yang tengah dibahas oleh kedua orang di balik punggungnya saat ini.
"Iya sih, Mba. Yaudah deh nanti aku coba pinjem ke Pak Nevan, makasih ya Mba Ratih untuk sarannya." Kenapa suara Ayuna yang hari ini terdengar sangat menyedihkan di kedua telinga Lara? Kemana perginya suara yang lembut tempo hari kemarin?
Dari suara yang Ayuna keluarkan, Lara bisa menarik kesimpulan kalau gadis itu benar-benar sedang membutuhkan pertolongan saat ini juga.
Andai saja rekannya Ayuna itu pergi, pasti Lara akan langsung menghampirinya tanpa perlu menunggu lebih lama lagi di tempat yang sudah agak sepi ini.
"Bu, sudah waktunya untuk makan siang. Ayo kita pulang, kepala koki juga sudah menyiapkan makanan untuk anda." Cepat-cepat Lara meletakkan jari telunjuknya di depan bibir bermaksud meminta asisten pribadinya itu untuk diam. Jangan sampai keberadaannya diketahui.
Butuh waktu lima menit bagi Lara untuk menunggu sampai akhirnya rekan kerja Ayuna pergi dari sana dan meninggalkan Ayuna seorang diri di meja dengan sepiring makanan. Inilah saatnya Lara menampakkan diri.
Sebelumnya Lara harus berdiri lalu berlakon seolah dirinya telah duduk untuk waktu yang cukup lama di salah satu kursi yang ada di dekat mejanya Ayuna dan setelahnya ia akan memasang tampang terkejut begitu menyadari kalau ia kembali dipertemukan dengan gadis yang sudah menolongnya itu.
"Ayuna?" Berhasil, Lara berhasil membuat Ayuna langsung menolehkan kepalanya dengan cepat sehingga kini sepasang netra mereka saling bertemu.
"Mba yang waktu itu jatuh di taman ya?" Sebenarnya ini sangat memalukan, tapi tak apa Lara tetap menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Mba kok bisa ada di sini?" Ini dia, sosok yang seperti ini Lara temui di taman waktu itu. Sosok lembut bak malaikat penyelamat yang Tuhan utus untuk membantu Lara.
"Aku lagi kunjungan aja sih, terus mau cari temen yang kebetulan kerja di sini juga. Eh taunya malah ketemu sama kamu." Sekali lagi diingatkan, Lara ini sangat pintar bermain kata sampai orang lain selalu akan percaya padanya.
"Oh gitu, duduk dulu Mba." Nah kalau begini kan Lara tidak perlu susah payah mencari alasan supaya ia bisa duduk bersama dengan Ayuna di meja ini karena gadis itu sendiri yang memintanya. Dan Lara tentu saja akan bergabung dengan senang hati.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/