Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16- Melihat Pria Tercinta
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Karena Tirta sedikit memaksa, akhirnya Rebecca pun menerima ajakannya karena merasa tidak enak kalau harus menolak. Karena selain atasan, pria itu juga sahabatnya, walaupun Tirta menginginkan hubungan mereka lebih dari itu.
“Bec, apa aku boleh tanya sesuatu?” tanya Tirta saat mereka sedang menyantap hidangan makan siang didalam restoran.
“Soal apa ya, Pak?”
“Soal perasaan kamu. Apakah, sampai saat ini masih belum berubah untukku?” Tirta menatap Rebecca dengan tatapan lekat dan dalam.
“Tirta, maksud aku… Pak, apa boleh kalau kita tidak membahas masalah itu? Aku—” pertanyaan Tirta membuat Rebecca jadi gugup dan kikuk hingga dia bingung harus menjawab apa.
“Karena kamu masih memikirkan laki-laki itu? Laki-laki tidak bertanggung jawab yang telah menggantungkanmu selama bertahun-tahun? Bec, aku tidak mengerti, sebenarnya apa lebihnya pria itu? Dan, apa yang dia miliki dan tidak aku miliki sampai kamu—” tukas Tirta kecewa.
Sudah berulang kali Tirta menanyakan hal itu. Namun, pada akhirnya dia harus menerima kekecewaan karena jawaban Rebecca selalu sama. Yusuf! Pria pengecut yang tidak kunjung memberinya kepastian!
Dan itu membuat Tirta memendam
kebencian terhadap pria yang dia sendiri belum pernah mengenalnya.
“Kamu memiliki segalanya, Tir. Aku tidak bilang kalau kamu memiliki kekurangan. Hanya saja, ini masalah hati. Aku tidak bisa mengubah perasaanku. Sampai saat ini, aku masih sangat mencintai mas Yusuf. Dan, aku masih berharap kalau dia akan kembali,” tukas Rebecca lirih.
“Tapi kapan, Bec? Sudah bertahun-tahun kamu menunggunya, kan? Tapi dia tidak datang-datang juga, atau hanya sekedar memberimu kabar kan? Apa kamu tidak pernah berpikir kalau—”
Ucapan Tirta yang menggantung membuat Rebecca menatapnya lekat, karena penasaran apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pria itu dan ingin dia sampaikan.
“Mungkin saja sudah ada wanita lain. Dan, alasan yang dia berikan itu hanya akal-akalannya saja, supaya bisa meninggalkanmu,” ucap Tirta tanpa menatap Rebecca karena tidak tega melihat raut kekecewaan gadis itu mendengar pendapatnya tentang pria tercintanya.
Dada Rebecca terasa sesak mendengar ucapan pria itu. Nafasnya tercekat dan matanya mulai berkaca-kaca. Jujur, dia sendiri juga sering berpikir kearah sana.
Sudah dua tahun Yusuf tidak menemui dan memberinya kepastian. Mungkinkah, selama itu tidak ada wanita yang dikenalnya yang mampu menggetarkan hati pria itu hingga menggeser posisinya dihatinya? Dan, kemungkinan itu selalu membuat Rebecca was-was.
Namun, dia tetap memilih untuk percaya karena dia yakin Yusuf akan selalu mencintainya. Dan cepat atau lambat, pria itu akan kembali padanya saat dia sudah mapan.
“Tidak, Tir. Aku yakin mas Yusuf tidak seperti itu. Aku tau betul seperti apa dia. Dia itu adalah pria paling jujur dan bertanggung jawab yang pernah aku kenal. Dan, aku percaya dengan semua alasannya. Aku yakin, suatu saat dia akan kembali. Dan kalau kamu tanya kapan, biarlah waktu yang akan menjawabnya,” sanggah Rebecca tegas dan dengan tatapan tajam.
Tirta hanya bisa menghela nafas kasar dan memalingkan wajahnya. Entah bagaimana lagi dia meyakinkan Rebecca agar melupakan Yusuf yang tidak jelas itu. Dia heran apa sih bagusnya pria miskin itu, sampai Rebecca bisa tergila-gila padanya?!
Awas saja kalau ketemu, akan dia beri pelajaran pria itu karena sudah berani menyakiti gadis pujaan hatinya!
Pembicaraan itu membuat keduanya menjadi tegang, hingga mereka tidak menyadari bahwa orang yang sedang mereka bicarakan ada disana.
Yusuf memasuki restoran itu dan berjalan menuju meja kasir. Tangannya mengapit map berisi berkas-berkas untuk melamar pekerjaan.
“Permisi, Bu.” dengan ramah dan sopan dia menyapa wanita penjaga kasir.
“Iya? Mau pesan apa, Mas?”
Yusuf menggeleng.
“Tidak. Saya bukan mau pesan, tapi mau melamar pekerjaan. Barangkali, disini ada lowongan?” Yusuf menatap kanan kirinya. Namun tatapannya tidak tertuju pada Rebecca, sehingga dia masih tidak menyadari keberadaan gadis itu disana.
“Aduh, sayang sekali, Mas. Kalau untuk bagian manager, baru saja kemarin terisi,” ucap salah satu dari wanita itu yang tampak menyesal karena memperhatikan penampilan Yusuf yang rapi dan bersih.
Ditambah lagi wajahnya yang tampan dan posturnya yang atletis dan gagah, sehingga mereka berpikir pria itu pasti ingin melamar bagian manager atau bagian penting.
“Saya tidak masalah ditempatkan dibagian apa saja. Sebagai waiter, tukang cuci piring, atau bagian gudang juga, saya terima, yang penting kerjaannya halal,” ucap Yusuf sungguh-sungguh.
Kedua wanita itu tampak melongo dan saling beradu pandang. Penampilan pria itu tidak meyakinkan untuk menempati bagian yang disebutkannya barusan. Mereka tidak percaya dan tidak tega juga, pria setampan dan sekarismatik ini harus menjadi tukang cuci piring.
Tirta yang sudah lelah akan pembicaraannya dengan Rebecca bangkit dan berjalan menuju toilet.
“Sekali lagi maaf, Mas. Bagian apapun tidak ada, karena baru saja kemarin perekrutan karyawan baru.”
Yusuf menghela nafas kecewa.
“Begitu ya, Mbak? Ya sudah tidak apa-apa. Terima kasih.”
Yusuf berbalik dan berjalan menjauhi meja kasir itu dengan penuh kecewa. Selalu saja seperti ini. Dia selalu ditolak mau melamar dimanapun. Yusuf berjalan sambil melamun sedih dan kecewa, hingga tanpa sengaja dia bertabrakan dengan Tirta.
“Maaf, Mas, saya tidak sengaja,” ucap Yusuf merasa bersalah.
“Iya, tidak apa-apa.” Tirta mengangguk dengan seulas senyuman. Tidak ada sedikitpun raut kemarahan diwajah pria itu karena tau yang terjadi barusan memang ketidak sengajaan.
Rebecca yang masih berada ditempatnya semula dan sedang melamun memikirkan Yusuf, terkejut saat tiba-tiba mendengar suara pria itu.
“Mas Yusuf?” gumamnya.
Awalnya dia berpikir kalau itu hanya halusinasinya saja karena selalu memikirkan pria itu. Namun, semakin lama dia merasa kalau suara itu nyata.
Rebecca pun membalikkan badannya untuk memastikan pendengarannya. Matanya membulat sempurna melihat Yusuf yang sedang berjalan menuju pintu keluar. Ternyata dia tidak salah. Itu benar-benar Yusuf!
“Mas Yusuf! Mas!” teriak Rebecca sambil bangkit dan berlari mengejar Yusuf.
“Rebecca,” seru Tirta heran melihat Rebecca yang berlari dan melewatinya begitu saja. Dan yang membuatnya lebih heran lagi adalah, dia mengejar pria yang barusan bertabrakan dengannya?
Penasaran, Tirta pun menyusul Rebecca keluar resto.
"Mas Yusuf! Mas!" Rebecca berteriak-teriak memanggil Yusuf sambil berlari-lari. Namun pria itu tidak bergeming. Tampaknya dia sama sekali tidak mendengar ataupun melihat gadis itu. Bersama ojek yang ditumpanginya, Yusuf meninggalkan tempat itu.
Rebecca menatap kepergian kekasihnya dengan perasaan sedih dan kecewa. Padahal dia sangat merindukan Yusuf. Sangat ingin bicara dan meluruskan hubungan mereka kembali. Dia sudah sangat lelah dengan hubungan mereka yang harus break.
"Rebecca."
Rebecca terkejut mendengar suara Tirta yang muncul dibelakangnya. Dia lupa kalau dia sedang bersama atasannya itu.
Rebecca menyeka matanya yang berkaca-kaca sebelum air matanya menetes dan sebelum Tirta semakin dekat menghampirinya.
BERSAMBUNG