Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta Maaf Penyesalan
Zaki memejamkan matanya, dan merasakan penyesalan karena telah menjamah Mika tanpa izin.
Saat ingin berjalan keluar Kafe, Ali menghentikan langkahnya didepan Zaki.
“Lo hutang penjelasan ke gue, bro.” Ucap Ali seraya melanjutkan langkah kakinya keluar Kafe dengan terus menggandeng Mika.
Tampak raut wajah Zaki kebingungan.
Mika segera keluar Kafe menyusuri jalan arah parkiran. Mika dan Ali memasuki mobil.
Dengan wajah kebingungan dan mata sudah memanas pertanda Mika ingin menangis meledak dengan kencangnya, tiba-tiba saja Ali membuyarkan perasaan Mika saat itu.
“Kamu kenapa sih, Mik? Kenapa tiba-tiba langsung mengajakku pulang? Aku lagi asyik-asyik dansa juga sama Amira. Malah aku shock tiba-tiba saja kamu menarik tanganku.” Sungut Ali yang sedang sibuk menghidupkan mesin mobil dan akan segera memasang sabuk pengaman.
Tanpa panjang lebar ternyata air mata Mika tumpah juga tak bisa terbendung lagi.
“Hwaaaaaaaaa.. Bang Aliiiiiiiiiiiii....” Tangis Mika disertai rengekan manja. Mika menutupi wajahnya yang telah memanas bercampur dengan luberan air mata. Basah dan makin basah.
“Lah, kamu kenapa sih, Mika?” Ali menoleh kearah Mika dan menatap tajam matanya.
Mika tidak menjawab, ia tetap menangis terisak semakin menjadi.
Ali tidak menanyai Mika lagi, ia langsung mendekat dan memeluk Mika untuk menenangkan Mika yang sudah banjir air mata.
Tangis Mika sedikit mereda. Ya, Mika selalu diperlakukan baik oleh Ali. Ali sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Mika selalu dijaganya sejak kecil.
Mika selalu benar-benar dibuat nyaman olehnya.
“Sssstttt.. Sudah, sudah. Jangan menangis lagi. Nanti make up nya luntur semua jadi jelek deh. Kan hari ini kamu cantik banget. Masa dandanannya dirusak begini. Jelek ah, tuh kan jelek!” Ledek Ali terkekeh dan sedikit mendongakkan wajah Mika ke atas supaya terlihat olehnya.
“Ih, menyebalkan!”
“Ya, habisnya tiba-tiba menangis nggak jelas. Memangnya kamu kenapa? Diapain sama Zaki?” Ali tampak penasaran ingin sekali ia mendapatkan info kenapa Mika bisa sampai menangis seperti ini.
“Aku ditembak sama Zaki.”
“Nah, terus?” Ali sedikit mengernyitkan dahinya dengan rasa penasaran.
“Memang di tembaknya pakai senapan?” sambungnya kembali.
Mika merengek kembali layaknya anak bocah yang sedang dimanja.
“Lah, ditanyain juga.” Imbuh Ali lagi dan lagi.
“Nggak lah, Bang. Kalau pakai senapan ya aku mati.”
“Terus?”
“Iya, aku ditembak sama dia.”
“Kamu terima?”
Mika mengangguk perlahan tanda mengiyakan pertanyaan Ali.
“Hahaha bagus dong, lalu apa yang kamu tangisi, Mikayla sayang.” Pipi gembul Mika seketika dicubit keras oleh Ali.
“Ih, sakit!”
“Ya sudah ceritakan ke abang, apa yang sudah membuat kamu sampai menangis seperti ini?”
“Zaki menciumku Bang Ali, Hwaaaaaaaaaaaa.” Ungkap Mika dan dilanjutkan kembali menangis histeris memeluk tubuh kekar Ali.
“Yassalam, hanya gara-gara itu kamu menangis, Mika? Hahahhaaa lucu banget ah kamu ini.” Ali menertawakan Mika seraya mengusap-usap punggung Mika yang masih berbalut dengan gaun berwarna hitam elektrik.
“Tapi, dia c*um b*bir aku, Bang.” Sentak Mika kemudian.
“Lah, 'kan enak c*uman b*bir, Mika. Hahahahaha.” Tawa Ali kembali meledak.
“Tapi, aku sebelumnya nggak pernah c*uman, Bang. Dia sudah menjamah b*birku ini. Aku mau b*birku nanti buat suamiku saja. Titik nggak pakai koma.” Sahut Mika dengan kesal.
Karena mendapati Ali masih saja meledek dan mentertawakan Mika, lagi dan lagi.
“Yah, c*uman kan bumbu-bumbu pacaran, Mik. Biar lebih greget dan aaarrrgggg….”
“Ih, apa sih abang otak mesum.” Mika kesal dengan Ali.
“Lho, bukan mesum, Mik. Namanya manusia normal pasti ada lah hawa nafsu. Kamu jangan kaku deh. Itu tandanya Zaki normal. Bagaimana, enak nggak c*umannya?”
“Tahu ah!” Mika memalingkan wajahnya kearah kaca mobil seraya menatap jalanan luar.
“Ih, sewot. Sudah santai saja nggak apa-apa lagi. Nikmati saja.”
“Dosa Tahu, bang. Dosa!”
Seketika Bang Ali menoleh kearah Mika.
“Yang dosa-dosa itu yang nikmat, Mika sayang.” Ujarnya sembari ia mulai melajukan mobilnya untuk segera pulang kerumah Dian.
“Abang nggak jelas!”
“Sudah lah, sekedar c*uman mah hal wajar untuk zaman saat ini. Yang terpenting jangan sampai kelewatan. Jangan sampai merusak masa depan. Itu saja sih pesan dari ku.”
Mika mengangguk perlahan dan segera menyandarkan kepalanya dikursi mobil.
Ia memandangi lampu-lampu jalanan Jakarta yang sangat indah. Ramai nya ketika malam minggu.
Banyak muda-mudi yang sedang berpacaran.
Ia melihat sepanjang jalan banyak sekali berpasang-pasangan.
***
Mika membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Matanya terus menerawang ke langit-langit kamar.
Ia mengingat kembali kejadian ketika Zaki menembaknya hingga Zaki sampai me*umat b*bir mungilnya ini.
B*bir yang sudah Mika jaga untuk suaminya kelak jika ia sudah menikah, namun rupanya gagal.
Harus terjamah oleh Zaki yang baru saja menyandang menjadi kekasihnya.
Ciuman pertamanya dengan Zaki.
Ya, Mika betul-betul merasakan bagaimana rasanya saat b*bir Zaki menyentuh b*birnya.
Moment ini yang sedari dulu cukup membuat Mika penasaran.
Semua itu hanya teori yang Mika dapat ketika disekolah dulu.
Namun kini ia telah merasakannya, dan rasa penasaran itu pun hilang.
(Yah, nikmat. Tapi, aku telah berdosa.
Ya Allah, maafkan aku. Aku khilaf, ya Allah.
Ampuni dosa yang telah aku perbuat ini.)
Batinnya dalam hati.
Mika pun terlelap membayangkan kejadian tadi di Kafe.
*
POV ALI
“Kebiasaan! kamar nggak pernah ditutup rapat, kalau ada yang nyelonong masuk bagaimana?” Gumamku pada Mika yang telah tertidur nyenyak dengan masih menggunakan Hills dan gaun pestanya itu.
Ku dekati Mika, ku pandangi dia.
Adik sepupu kesayanganku ini kini tumbuh besar.
Sekarang ia sudah memiliki kekasih, yang tak lain adalah adik tingkatku.
Semoga kelak kamu berjodoh dengan Zaki ya Mika, agar kamu bisa menjadi Ibu Bhayangkari.
Kupandangi wajah mungilnya. Manis cantik dan berkulit putih mulus. Pantas saja Zaki terpesona dengan kecantikan Mika.
Zaki termasuk sosok tampan yang gagah, kekar, maskulin dan diatas rata-rata untuk kamu adam. Sempurna.
Tapi tetap hanya aku yang bisa mengalahkan Zaki, aku jauh lebih unggul dibandingkan dia.
Aku pun tidak mau kalah hahahaa.
Segera kulepaskan Hills yang masih menempel di kaki Mika.
Ku tarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih berbalut gaun tipisnya.
Ingin aku gantikan pakaiannya supaya ia lebih nyaman istirahatnya, namun biar bagaimana pun aku bukan mahromnya.
Tak pantas jika aku melakukan itu.
Aku sepupu dengan Mikayla.
Ia adalah anak tanteku yang bernama Tante Naila.
Tante Naila kakak beradik dengan mamaku.
Iya, Tante Naila adik dari Mamaku. Mereka hanya dua bersaudara saja.
Tante Naila menikah dengan Om Rozak yang asli orang Yogya.
Sedangkan mamaku menikah dengan papa yang berketurunan Arab.
Semenjak Mikayla masuk kuliah, Om Rozak mengajak Tante Naila untuk menetap di Yogya saja bersama dengan Sarah yang kini masih bersekolah dibangku sekolah dasar.
Dan kini Mika tinggal bersama dirumah orang tuaku ini. Di Jakarta.
Setiap libur kuliah pasti ia akan pulang kerumah ini.
Jika aku tidak sedang berdinas, pasti ku ajak ia jalan-jalan supaya ia tidak merasakan bete karena penatnya kuliah dan jauh dari orangtuanya.
Sebelum Tante Naila dan Om Rozak pulang ke Yogya, aku sempat mendengar percakapan serius antara orang tua Mika dan orang tuaku.
Orang tua Mika menitipkan sepenuhnya ke keluargaku.
Dan aku pun sempat menguping pembicaraan mereka bahwa aku dan Mika resmi di jodohkan.
Ya, aku dan Mika di jodohkan.
Astagaaa, Mika ternyata calon isteriku.
Apa bisa sepupuan menikah? Ya, bisa.
Karena nasab Mika dan nasab aku berbeda.
Ali Abraham Bin Omar Zulfahmi, dan Mikayla Nadhira Binti dari Rozak Adikusuma.
Garis keturunan kami pun telah berbeda makanya kami bisa di jodohkan.
Mendapati rahasia ini, aku simpan rapat-rapat.
Aku tidak ingin Mika segera mengetahuinya. Dan aku juga tidak ingin merusak kebahagiaan Mika.
Aku ingin Mika mendapatkan pria yang ia cintai dan ia sayangi.
Aku pun tidak ingin memaksakan kehendak atas perjodohan ini.
Biarkanlah mengalir begitu saja.
Aku ingin menemukan jodohku sendiri, dan biarkan Mika mendapat jodohnya sendiri.
Tinggal bagaimana nanti takdir Allah yang menuntunnya.
Ponselku tiba-tiba saja berdering.
Ku lihat di layar benda pipihku itu terpampang nama Ipda Zaki.
“Ya, bro.” ucapku
“Bro, gue minta maaf atas kejadian tadi, itu gue nggak sengaja, bro. Maklum gue terlalu bernafsu ke Mika. Sekali lagi gue minta maaf ya, bro. Gue nggak sengaja nyium dia.” Jelasnya kepadaku.
Aku pun terkekeh mendapati penjelasan Zaki.
“Hahahahaaa.” Tawaku meledek Zaki.
“Lho, kok malah tertawa, bro?”
“Sudah.. Sudah, gue sudah diceritain sama Mika. Mika itu belum pernah c*uman, makanya dia rada shock pas lo nyium dia tadi. Itu c*uman pertama dia.” Jelasku ke Zaki.
“Yang benar, bro? Mika nggak pernah c*uman?” tanya Zaki penasaran.
“Ya bener lah, bro. Mika itu anak baik-baik. Dia mah lempeng-lempeng saja.”
“Ya ampun.” Sahut Zaki sedikit iba.
“Ya sudah begini saja, besok-besok kalau lo mau nyium dia lagi, lo izin dulu deh ke dia. Dia siap apa nggak, daripada kayak tadi, tiba-tiba saja dia nangis, hahahaha.” Jelas ku kepada Zaki supaya lain waktu tidak terjadi kesalahpahaman kembali antara Mika dengannya.
“Oke deh, bro. Thanks ya.” Sahutnya yang kemudian terputuslah panggilan telepon itu.
***
Ting!!
(Zaki: Mika sayang, maafin aku ya. Aku sudah lancang c*um kamu tanpa minta izin dulu ke kamu. Aku mengaku salah. Aku minta maaf ya, Mika sayang)
Ponsel Mika bunyi tanda ada pesan masuk.
Ia melihat ponselnya, ternyata dari Zaki.
Mika membaca pesannya, dan ia mengakui bahwa Mika juga sudah kelewatan yang tiba-tiba marah kepadanya.
(Mika: Iya, nggak apa-apa. Aku maafkan kamu) balas Mika kepada Zaki.
(Zaki: Terima kasih, sayang. Kamu sudah mau maafkan aku. Kamu masih libur ya kuliahnya?) tanya Zaki kepada Mika kembali.
(Mika: Iya, masih satu hari lagi aku dirumah. Kenapa?)
(Zaki: Mau pergi nonton nggak? Ada film seru) ajak Zaki antusias.
(Mika: Ya sudah, memang kamu nggak dinas?) tanya Mika kembali.
(Zaki: Nanti malam aku dinas, kalau mau jalan sekarang aku siap-siap, bagaimana? Mau kah?)