Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Tersesat Di Hutan Dan Bukit Tropis
Bab 16. Tersesat Di Hutan Dan Bukit Tropis
Pov Author
Hari kedua pulangan Pram di rumah itu, yaitu sabtu.
Ranti buru-buru menyiapkan sarapannya sendiri. Ia tidak sempat memasak sarapan pagi untuk Pram dan Menur karena ia kesiangan bangun akibat ulah Pram yang mengajaknya olah raga di subuh hari.
"Maaf sayang, apa mau aku antar?" Ujar Pram merasa bersalah telah membuat istri tercintanya kerepotan karena bangun kesiangan.
"Tidak usah Mas. Aku buru-buru nanti telat. Mas saja belum apa-apa, nungguin Mas bersiap bisa telat aku."
"Kamu tidak sarapan?" Tanya Pram.
"Aku bawa roti dan susu kotak saja Mas, nanti aku sarapan di tempat kerja kerja. Mas aku berangkat ya, maaf Mas jadi harus menyiapkan sarapan sendiri."
"Tidak apa-apa sayang. Mas sudah gede, jadi kamu tidak perlu khawatir."
"Iya Mas, aku berangkat ya?"
Sekali lagi Ranti pamit, memberikan ciuman di pipi Pram terlebih dahulu baru lah ia beranjak melangkah meninggalkan kamar dan menuju pintu utama untuk segera berkendara dan menuju tempat kerjanya.
Pram menghela napas berat. Padahal ia masih rindu istri tercinta, namun ia harus menunggu satu harian ini melepas hari libur sendiri di saat sang istri sedang bekerja. Sore hari nanti baru lah Pram akan berkumpul bersama Ranti lagi. Dan tentunya hari minggu hari yang di tunggu Pram karena Ranti libur di hari itu. Tapi tetap saja, waktu yang ada terasa singkat karena di minggu sore, Pram harus kembali lagi ke kota sebelah tempatnya bekerja.
Dengan malas Pram bangun dari tempat tidur dan menuju ke dapur untuk melihat apa yang bisa ia buat untuk sarapannya pagi itu. Celana boxer di atas lutut serta kaos putih menutupi tubuh Pram yang tampak gagah di usianya.
Ada nasi dan juga udang di dalam kulkas serta sayuran. Ia Pram pun berencana ingin membuat nasi goreng seafood untuk sarapannya pagi itu. Pram mulai berkutat di dapur.
Bersamaan dengan itu, Menur lewat hanya menggunakan handuk yang membalut tubuhnya, juga handuk kecil di kepala yang menutupi rambut basahnya. Ia berjalan santai menuju ke belakang untuk mengambil pakaian dalamnya karena stok di lemari sudah habis.
"Ah, aku lupa jemur beberapa yang belum." Gumam Menur melihat ada beberapa pakaiannya masih di dalam keranjang.
Ia ingat kemarin belum selesai menjemur baju karena harus membukakan pintu untuk kedatangan Pram.
Menur pun meraba pakaian yang sudah kering untuk di angkat. Dan memberi ruang untuk menjemur sisa pakaiannya yang belum kering.
Sementara itu, Pram yang tadi sedang berkutat mengiris-iris bawang merasa ada seseorang yang lewat. Karena penasaran, Pram pun meninggalkan pekerjaannya dan melangkah menuju ke belakang untuk melihat, siapa yang lewat tadi. Pram khawatir kalau ada maling yang masuk ke dalam rumahnya. Dengan pisau yang masih berada di genggamannya, Pram berjalan mengendap-ngendap dan mengintip siapakah gerangan orang yang lewat tadi.
Menur sedang fokus menjemur pakaiannya. Mengambil pakaian dengan sedikit menungging, lalu berdiri tegak untuk menjemur, dan kembali lagi mengambil pakaian dengan posisi menungging hingga tanpa ia sadari kalau bagian hutan tropisnya kelihatan oleh Pram yang tanpa sengaja mengintip untuk memastikan maling atau bukan.
Nyatanya yang Pram lihat adalah maling kecil yang mulai membuat perasaannya campur aduk. Pram tahu tindakannya salah, tapi mata dan nafsu Pram mengalahkan hati nuraninya untuk segera menyingkir dari tempat itu.
Pemandangan yang disuguhkan membuat Pram sedikit penasaran untuk melihat lebih lama.
Saat Menur mengangkat kedua tangannya untuk menjemur pakaian terakhir, tiba-tiba handuk Menur kendur dan melorot begitu saja, hingga terjatuh ke lantai.
"Oh!" Ucap Menur spontan lalu menungging untuk mengambil handuk itu dan memakainya kembali.
Tentu Pemandangan itu tidak terlewatkan sedetik pun oleh Pram yang sempat menelan salivanya.
Tubuh putih mulus yang kecil dan langsing itu sontak memenuhi isi kepala Pram. Pram pun akhirnya berbalik badan, dan memilih beranjak dari sana karena di rasa detak jantungnya sudah mulai tidak normal.
Pram kembali pada pekerjaannya. Namun bayang-bayang yang ia lihat tadi belum lepas dan hilang sepenuhnya.
Fokus Pram terpecah antara memasak sambil melamun. Pram mencoba mengingat kenangan paling bahagianya bersama Ranti. Sehingga tahap-tahap pembuatan nasi goreng pun berjalan dengan lancar.
"Emm... wanginya..." Celetuk Menur yang tergiur aroma masakan Pram ketika ia kembali melintas hendak menuju kamarnya.
Pram menoleh dan mendapati Menur yang berbalut handuk itu berhenti di depan meja. Lagi itu segera mengalihkan pandangan dan kembali fokus melihat kuali dihadapannya.
"Kamu sudah sarapan Nur?" Tanya Pram untuk menghilangkan rasa canggungnya.
"Belum Om."
"Kamu mau?"
"Mau Om!"
"Berpakaianlah dulu, setelah itu sarapan disini."
"Baik Om."
Menur menurut dan segera melangkah menuju kamarnya untuk berpakaian. Sedangkan Pram merasa lega, satu ujian telah bisa ia lewati.
Pram menghela napas panjang. Ia pun menyediakan dua piring nasi goreng, satu untuknya dan satu lagi untuk Menur.
Hanya dalam beberapa Menur sudah kembali kehadapannya. Kali ini Menur mengunakan kaos putih polos sama seperti Pram juga hot pants berwarna biru gelap.
Rambut Menur masih sedikit basah dan sesekali air rambut menetes di bajunya. Dengan santainya Menur duduk berhadapan dengan Pram dan menarik piring yang berisikan nasi goreng ke dekatnya.
Pram yang tadinya mulai menyendok nasi melirik pada Menur lalu dengan cepat menunduk kembali menatap nasi goreng buatannya di piring.
Tadi saat melihat Menur, Pram tidak sengaja melihat kebagian baju yang basah oleh tetesan air rambut. Yang membuat Pram kembali menunduk adalah, bayangan yang terpampang nyata dibalik kaos yang tampak seperti bukit dengan pentolan mini yang sedikit menonjol itu membuat Pram mengalihkan pandangannya.
Ya, Menur tidak memakai bra karena pakaian dalam yang mirip kelelawar itu baru saja ia jemur karena kemarin lupa ia jemur.
Menur begitu santai tanpa beban dengan bebasnya bergerak dan makan dengan nikmat di depan Pram. Sedangkan Pram kegerahan melirik baju yang kian basah dan kian menunjukan bukit indah milik Menur.
Pram tidak berbicara. Pram yang sangat ramah mendadak menjadi Pram yang pendiam dan terlihat sedikit gelisah.
"Om tidak apa-apa?" Tanya Menur dengan polosnya melihat perubahan sikap Pram yang lebih banyak menunduk dan gusar.
Pram mencoba tersenyum.
"Om, sudah selesai makan. Maaf Om duluan ya."
"Tapi itu masih belum habis, sayangkan kalau di buang."
Menur spontan berdiri dan mengangkat piringnya mendekat pada Pram.
"Buat aku aja ya Om, enak soalnya." Kata Menur lagi tanpa sungkan dan ragu.
Jarak Menur dan Pram sangat dekat. Dekat sekali hingga rasanya Pram bisa membenamkan wajahnya di antara bukit lembar yang terekspos samar di balik baju basah milik Menur yang berjarak 30 centi itu.
Pram merasa jantungnya kembali tidak normal. Lepas ujian yang satu, ternyata masih ada ujian lain yang mesti Pram lewati dengan penuh perjuangan.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
dih dasar pram dudul masa lupa kalo bawa istri buncit hadehhhh
inimah bersakit"dahulu baru berbunga dan bahagia kmudiannn