NovelToon NovelToon
INTROSPEKSI

INTROSPEKSI

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Menjadi Pengusaha
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

Intrspeksi adalah kisah tentang Aldo dan Farin, pasangan yang telah bersama sejak SMA dan berhasil masuk universitas yang sama. Namun, hubungan mereka mulai terasa hambar karena Farin terlalu fokus pada pendidikan, membuat Aldo merasa kesepian.

Dalam pencarian kebahagiaan, Aldo berselingkuh dengan Kaira. Ketika Farin mengetahui perselingkuhan tersebut, dia melakukan introspeksi dan berusaha memperbaiki dirinya. Meskipun begitu, Farin akhirnya memilih untuk melepaskan Aldo, dan memulai hubungan baru dengan seseorang yang lebih menghargainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Menuju Pengakuan Aldo

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Aldo kini memilih langkah nya, Aldo menatap layar ponselnya, jarinya ragu-ragu di atas nama "Kaira" yang sudah ia simpan di kontak sejak lama. Ia menelan ludah, merasakan dadanya berdegup sedikit lebih cepat dari biasanya. Tanpa banyak berpikir lagi, dia menekan tombol panggil.

“Kak Aldo?” Suara Kaira terdengar ceria seperti biasa, meskipun ada sedikit nada kebingungan di baliknya. “Ada apa?”

Aldo tersenyum kecil. "Aku sedang di kampus. Kamu ada waktu makan siang? Aku berpikir kita bisa makan bersama."

Kaira terdiam sejenak. Makan siang bersama Aldo? Mereka memang dekat, tapi ajakan seperti ini cukup jarang terjadi. “Eh… Oke, Kak. Di mana?”

“Bagaimana kalau di kafe kecil dekat perpustakaan? Aku rasa tempatnya cukup nyaman,” jawab Aldo, mencoba terdengar santai.

“Baiklah, aku akan ke sana dalam lima belas menit, setelah selesai pertemuan ku dengan BEM.”

Sesampainya di kafe, Kaira melihat Aldo sudah menunggu di salah satu meja di sudut ruangan. Senyumnya merekah saat melihatnya, dan dia melambaikan tangan dengan antusias. Aldo berdiri, membalas senyumnya dengan hangat.

“Sudah lama menunggu?” tanya Kaira sambil duduk di kursi yang ditarikkan oleh Aldo.

“Tidak, aku baru saja sampai,” jawab Aldo, meskipun sebenarnya dia sudah di sana sekitar lima menit lebih awal, tapi itu tidak selama dia menunggu Farin. “Bagaimana kuliahmu hari ini?”

“Lancar. Tapi aku masih bingung dengan tugas dari Pak Handoko. Beliau memberi kita masalah yang cukup rumit kali ini,” Kaira meringis.

Aldo tertawa ringan. “Ah, tugas pak Handoko, Kalau kamu butuh bantuan, aku bisa mencoba membantumu nanti.”

Kaira mengangguk, “Aku akan sangat menghargainya, Kak Aldo. Terima kasih.”

Percakapan mereka mengalir dengan mudah, membahas segala hal dari tugas kuliah hingga kenangan mereka semasa SMP. Kaira menyadari betapa nyamannya dia berbicara dengan Aldo, sesuatu yang selalu dia rasakan tetapi baru sekarang lebih terasa.

“Eh, Kak Aldo,” Kaira tiba-tiba teringat sesuatu, “Kamu ingat waktu SMP, ketika aku jatuh dari sepeda di depan kantin?”

Aldo tertawa keras. “Tentu saja! Kamu menabrak tong sampah dan semua orang melihatnya. Tapi yang paling kuingat adalah wajahmu yang memerah saat itu. Kamu terlihat seperti tomat.”

Kaira menutupi wajahnya dengan tangan, tertawa malu. “Itu sangat memalukan! Aku berharap bisa melupakannya, tapi kamu mengingatkanku lagi!”

Mereka terus berbincang hingga waktu hampir habis. Saat Kaira beranjak pergi, dia merasakan perasaan hangat yang aneh di dadanya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Aldo bukan hanya kakak yang dia kenal selama ini. Mungkin ada lebih dari itu.

Hari- hari telah berlalu, hari ketiga.

Dua hari kemudian, Aldo kembali menghubungi Kaira. Kali ini dia mengajaknya ke festival kampus yang sedang berlangsung. Kaira menerima ajakan itu dengan antusias, meskipun perasaan bingung masih tersisa dari pertemuan sebelumnya.

Festival kampus selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa. Stan-stan makanan, pertunjukan musik, dan berbagai permainan meramaikan suasana. Kaira dan Aldo berjalan beriringan, menikmati setiap momen.

“Aku ingin coba permainan lempar bola itu,” kata Aldo, menunjuk sebuah stan permainan yang menawarkan berbagai hadiah.

“Ah, itu kelihatannya sulit,” kata Kaira dengan keraguan.

Aldo mengangkat alisnya dengan senyum menantang. “Mau taruhan? Aku bisa memenangkan boneka untukmu.”

Kaira tertawa kecil, “Baiklah, Kak Aldo. Aku ingin lihat kamu berhasil.”

Aldo melangkah ke stan itu dengan percaya diri. Dia mengambil bola yang disediakan, menatap sasaran dengan fokus, lalu melempar. Satu, dua, tiga—bola-bola itu tepat mengenai sasaran. Petugas stan menyerahkan boneka kecil berbentuk beruang kepada Aldo, yang kemudian diserahkan kepada Kaira.

“Kamu menang!” seru Kaira sambil menerima boneka itu dengan senyum lebar. “Terima kasih, Kak Aldo. Ini sangat lucu.”

“Untukmu,” kata Aldo, senyum lembut terpatri di wajahnya. “Aku tahu kamu suka hal-hal seperti ini.”

Saat itu, Kaira merasakan sesuatu yang lebih dari sekedar persahabatan di antara mereka. Perhatian Aldo, cara dia tersenyum, semua itu mulai mengusik hatinya. Tapi, di balik senyumnya, ada sedikit rasa cemas yang merayap masuk. Apa sebenarnya maksud Aldo?

Langkah Kecil ke Arah yang Berbeda

Hari kelima, mereka bertemu di perpustakaan kampus untuk membantu mengerjakan tugas yang sempat dibahas. Aldo sudah menunggu di salah satu meja, dengan buku-buku dan catatan tertata rapi di depannya. Kaira datang dengan membawa laptopnya, merasa sedikit gugup.

“Aku bawa laptop, mungkin bisa membantu kita lebih cepat,” katanya sambil duduk.

Aldo mengangguk, “Bagus. Kita bisa mulai dari konsep dasar dulu.”

Mereka mulai bekerja dengan serius, Aldo menjelaskan setiap langkah dengan sabar. Kaira terkesan dengan kesabaran dan perhatian Aldo yang tidak pernah ia lihat sedetail ini sebelumnya. Setiap kali dia salah paham, Aldo dengan lembut mengoreksinya tanpa membuatnya merasa bodoh.

“Jadi, seperti ini, ya?” Kaira bertanya sambil menunjuk sebuah rumus yang baru saja dia tulis.

“Ya, tepat sekali,” jawab Aldo sambil tersenyum. “Kamu cepat sekali menangkapnya.”

Kaira tersenyum puas. “Itu karena kamu yang menjelaskannya dengan baik, Kak Aldo.”

Setelah beberapa jam bekerja, mereka akhirnya selesai. Kaira merasa lega, tetapi juga enggan untuk mengakhiri waktu bersama Aldo. “Terima kasih banyak, Kak Aldo. Tanpamu, aku tidak akan bisa menyelesaikannya.”

“Aku senang bisa membantu,” kata Aldo, kemudian melirik ke arah taman kampus yang terlihat dari jendela perpustakaan. “Mau jalan-jalan sebentar? Udara di luar sepertinya segar.”

Mereka berjalan keluar, menikmati angin sore yang sejuk. Pohon-pohon di taman bergoyang pelan di bawah hembusan angin. Suasana yang tenang membuat percakapan mereka lebih personal.

“Kaira,” kata Aldo setelah hening sejenak. “Apa yang sebenarnya ingin kamu capai setelah lulus nanti?”

Kaira menatap langit biru di atas mereka, merenung sejenak sebelum menjawab. “Aku ingin bekerja di bidang yang bisa membuat perbedaan, Kak. Mungkin di NGO atau sesuatu yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Aku ingin membantu orang-orang yang kurang beruntung.”

Aldo mendengarkan dengan seksama, merasa semakin kagum. “Itu sangat mulia, Kaira. Aku yakin kamu akan berhasil, dengan dedikasimu yang kuat.”

Kaira tersenyum, merasa hangat dengan dukungan yang diberikan Aldo. Tapi di balik itu, pikirannya kembali berkelana. Kenapa Aldo begitu perhatian akhir-akhir ini? Apa yang sebenarnya dia inginkan?

Makan Malam yang Meninggalkan Pertanyaan

Malam kedua puluh satu adalah langkah paling berani yang diambil Aldo sejauh ini. Dia mengajak Kaira untuk makan malam di sebuah restoran kecil yang dikenal romantis. Kaira merasa aneh menerima ajakan ini, tetapi dia setuju dengan sedikit keraguan di hatinya.

Restoran itu penuh dengan suasana hangat, lampu-lampu redup menciptakan kesan intim. Kaira merasa jantungnya berdebar saat mereka duduk di meja yang terletak di dekat jendela besar, di mana mereka bisa melihat taman kecil yang dihiasi lampu-lampu kecil.

“Aku tidak pernah ke tempat seperti ini,” kata Kaira sambil melihat sekeliling. “Kamu sering makan di sini, Kak?”

“Tidak terlalu sering,” jawab Aldo sambil tersenyum kecil. “Tapi aku pikir kamu akan suka tempat ini. Tenang dan nyaman.”

Mereka memesan makanan, dan percakapan mereka kembali mengalir, meskipun kali ini terasa lebih dalam. Aldo mulai berbicara tentang masa depan, tentang harapan dan impian yang dia simpan selama ini. Kaira mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa semakin dekat dengan Aldo.

“Aku selalu berpikir, kehidupan ini singkat. Kita harus membuatnya berarti,” kata Aldo, suaranya rendah tapi penuh makna. “Dan aku ingin melakukan itu dengan orang-orang yang berarti bagiku.”

Kaira menatap Aldo dia merasakan ada hal yang sangat berbeda, kedekatan yang tidak biasa. "Apa setelah ini aku akan bersama nya?" pikir Kaira.

1
Devliandika
keren kak,, baru mampir kesini,, salam kenal kak.. 😊🙏
saling follow boleh kak🙏😊
Devliandika: siap kak.. 🤗
Fa🍁: iya salam, ok folback ya
total 2 replies
Nayla Nazafarin
jodohnya masih abu2,
yura nanti lama2 ky kayra
RN
hmm... takutnya nanti kayra jatuh cinta sama Hans...ooohhh... tidak 🙅
Tika
Sedih y
RN
semangat babang Hans 💪💪
Fa🍁
penasaran katanya
Fa🍁
🥲
RN
dasar tidak punya malu s kayra ini 😡
Nayla Nazafarin
jelaslah kmu g bisa bikin farin kebakaran jenggot,krn dia udah persiapan sebelum mundur..
Fa🍁: betul-betul
total 1 replies
Nayla Nazafarin
Aldo2..harusnya kmu itu INTROSPEKSI DIRI!!!bukn malah nyalahin orang,siapa suruh kmu ikut tarohan!!!
Nayla Nazafarin
udahlah nobar sma Hans aj..
Nayla Nazafarin
suka gaya lo Hans..jngn kecewain aq y..
Nayla Nazafarin
ayo hans tegakkan keadilan&kebenaran!! suruh farin membuka mata&hatinya!!
Nayla Nazafarin
aq berharap pas nonton bareng farin ktemu aldo&kaira,jngn terus mnjd bodoh..farin
Nayla Nazafarin
mual sma pmikiran aldo..egois bngt
Nayla Nazafarin
lepasin aj aldo farin..untuk ap laki ky gitu di pertahanin
Nayla Nazafarin
y ampun Hans..
RN
GK sadar,, padahal dia yg mengkhianati farin kok bisa2 y nyalahin orang...hmm enaknya d apain s Aldo ini 😡
Fa🍁: Diapain ya 🤔
total 1 replies
Musri
yess....yess....yess...rasain tu aldo,mng enak sakit hati🤭🤣🤣
Fa🍁: Gak enak kata si Aldo
total 1 replies
Nur Janna
kamu akan tau sakit ya itu kehilangan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!