Reina Amelia merupakan pembunuh bayaran terkenal dan ditakuti, dengan kode name Levy five. Sebut nama itu dan semua orang akan bergidik ngeri , tapi mati karena menerima pengkhianatan dan gagal misi.
Namun, Alih-alih beristirahat dengan tenang di alam baka, jiwa Reina malah masuk ke tubuh seorang siswi bernama Luna Wijaya yang merupakan siswi sangat lemah, bodoh, jelek, dan menjadi korban bullying di sekolah.
Luna Wijaya, yang kini dihuni oleh jiwa pembunuh bayaran, harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehidupan sekolah yang keras hingga mencari cara untuk membalas dendam kepada keluarga dragon!
“Persiapkan diri kalian … pembalasan dendamku akan dimulai!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
MOBIL milik Ryan terhenti di depan sebuah bar yang tampak sepi dari luar namun cukup ramai di dalam. Ryan keluar terlebih dahulu, diikuti oleh Luna. Tujuan mereka hanyalah satu : bertemu rekan lama, Levy one.
Ryan adalan yang pertama kali membuka pintu, “Ayo masuk,” katanya lembut diikuti oleh anggukan kepala.
Mereka memasuki bar dengan langkah mantap. Pemandangan pesta dan foya-foya terpampang jelas, Orang-orang tampak menikmati waktu dengan minuman masing-masing. Sementara lampu distro berkelap-kelip di atas.
Serua dan nyanyian terdengar nyaring, memenuhi ruangan. Mereka saling menari menyesuaikan irama dengan music. Aroma alkohol masih menyerbak, Luna meringis. Sejak dulu ia benci dengan minuman keras.
Netra mata si gadis berkeliling untuk mencari seseorang. Bar ini jelas bukan tempat biasa, mayoritas diisi oleh para anggota mafia dan orang-orang di dunia bawah. Bahkan transaksi gelap dilakukan disana. Ini merupakan wilayah bebas aturan, ia mengetahui hanya dalam sekali lihat.
Kendati demikian, bukan hal itu yang ia cari. Mata si gadis melirik tajam ke seorang pria. Ketemu! Pria dengan rambut pirang dengan pakaian terbuka, ia duduk di kursi yang luas, dikelilingi oleh banyak perempuan penggoda. Si pria pun tampak sangat senang dengan senyuman dan minuman di lengan.
“Ia tak berubah sama sekali,” ucap Luna tersenyum. Meski hubungan mereka buruk ada perasaan senang bahwa satu-satunya rekan masih hidup. Itu berarti ia tak sendirian.
“Kan?” sahut Ryan. Ia meringis tidak suka. “aku bahkan dibuat kerepotan.”
Mereka berdua pun berjalan mendekati pria itu. Sementara pria berkerut. Ia terlihat ragu dan bertanya-tanya siapa gadis yang berada di samping.
"Thom, ini Luna," kata Ryan dengan nada hormat.
Namanya Thomas, kode name levy one. Menatap Luna dengan tatapan skeptis. "Siapa gadis manis ini, Ryan? Kenapa kau membawanya ke sini?" ucapnya dengan nada dingin namun ada sedikit nada godaan.
Seketika saja perut Luna merasa mual. Ia sangat geli akan godaan dari Thomas.
“Mengenai itu bagaimana kalau—-”
Terhenti. Bahkan sebelum selesai bicara ucapan Ryan diputus. Thomas menatap penuh ingin dan nafsu ke arah Luna. “Bocah, kamu punya wajah yang sangat manis~ bagaimana? Mau minum denganku? Akan kubuat tubuhmu hangat.”
“hahaha,” wanita disamping memeluk manja Thomas. “anda sudah memiliki kami, tapi masih tidak puas, tuan~?”
“Dasar Tuan mesum~” celetuk wanita lainnya dengan nada centil.
“Lebih baik bermain dengan kami, Tuan. Dilihat dari tubuh, anak itu masih SMA. Dia pasti tidak berpengalaman.”
“Tidak,” bantah Thomas. Menjilat bibirnya sendiri.”aku yakin dia bisa menghangatkan, terlebih aku suka menjadi yang pertama. Jadi ayo minum bersamaku, nona kecil. Atau kamu bahkan belum bisa minum?” tanya Thomas dilanjutkan dengan tawa yang bergema.
‘Aku mah gak ikut-ikut.’ batin Ryan memutuskan mundur. Ia tak mau membuat mantan pembunuh bayaran mengamuk, jadi memutuskan bungkam.
“Anda benar, Tuan besar~” ucap Luna dengan nada manis dan tersenyum lembut. Namun kemudian berubah, seringai dingin keluar begitu saja. Auranya menjadi mencengkam sehingga Thomas bahkan bergidik ketakutan. “saya masih anak gadis, saya tidak bisa mabuk. Saya juga masih suci berbeda dengan wanita-wanita disamping Anda.”
“Apa katamu? Dasar bocah!” yang pertama menyangkal adalah wanita disamping Thom.
“Dan satu lagi, Tuan.” Nada Luna kali ini lebih menekan. Suaranya pun berubah menakutkan dan dingin. “coba sentuh saya satu jari saja. Maka kupastikan burungmu di bawah akan kupotong, dan kujadikan makanan hiu. Lalu kubunuh kau!”
Semua membisu. Merasakan aura pembunuh dari Luna. Disisi lain Thomas tersenyum. Ia merasa familiar dengan gadis ini.
Gambaran kembali muncul. mengenai wanita berambut hitam panjang, yang merupakan pemimpin dari kelima pembunuh bayaran. Seorang wanita tangguh dan tak terkalahkan, dengan kemampuan di atas nalar. Thom merasa melihat itu di depan si gadis.
‘dia mirip Reina.’ batin.
Sebelum semua mulai memburuk, Ryan memutuskan untuk mengambil langkah awal. Menengahi pertengkaran. “Oke cukup!”
Ryan pun menatap Thomas. “Thomas, kita perlu bicara. Ini penting. Kalau bisa di luar.”
“Baiklah.” sadar akan suasana yang serius, Thomas pun berdiri. “Mari berbicara.”
\*
Sudah dua tahun semenjak semua peristiwa pada malam hari itu. Sebagai bos yang masih selamat, ia didik keras oleh Thomas. Sehingga hubungan Ryan dan Thomas sangat dekat bahkan seperti rekan.
Maka dari itu, Ryan menjelaskan sendiri. Mengenai identitas asli dari Luna si gadis yang berada di depannya.
Tentu saja, respon pertama dari lelaki pirang itu sebagai berikut : pupil mata melebar, mulut terbuka lebar, keringat bercucuran.
“Mustahil! Jadi dia adalah Reina yang bereinkarnasi. Mana ada hal bodoh seperti itu!”
Ia ingin menyangkal. tapi memang tidak bisa mengelak bahwa dia merasakan rasa familiar dari Luna dan Reina.
“Aku paham perasaanmu,” ujar Ryan. “Tapi ini kenyataan. Dia tak diragukan lagi adalah Reina. Kita punya kesempatan, Thom. Dengan adanya Reina, kita bisa menendang pantat keluarga dragon.”
Thomas masih ragu. Ia malah takut jika sosok di depannya adalah seorang yang menyamar dan menjadi mata-mata, oleh karena itu yang dia lakukan adalah.
“Tangkap ini, gadis manis.” Thomas melemparkan sebuah pistol dan ditangkap dengan mantap oleh Luna. “Dengarkan baik-baik, ada satu dalam pistol. Kau harus menghancurkan enam botol kosong di depan, dengan begitu. Aku percaya bahwa kamu adalah Reina,” ucap Thomas, lalu dia beranjak, duduk di belakang. Menatap Luna tajam.
Si gadis tersenyum. Dua peluru dan menghancurkan enam botol, secara bersamaan. Itu terdengar mustahil. Hal itu tidak akan terjadi. Terkecuali oleh Luna si penembak jitu.
“Hanya itu?” tanya Luna. “Ini sangat mudah.”