NovelToon NovelToon
Penyesalan

Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Semua itu karena rasa ego. Ego untuk mendapatkan orang yang dicintai, tanpa berfikir apakah orang yang dicintai memiliki perasaan yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Hari ini adalah hari pertama aku masuk mengajar di SMP tunas bangsa sebagai pengajar mata pelajaran ekonomi. Alhamdulillah, aku telah dikabarin 2 hari yang lalu di mana aku dinyatakan di terima. Hatiku benar benar senang sekali.

"Selamat pagi anak-anak...."

"Pagi Bu...."

Hari pertama terasa tak begitu sulit, aku mencintai profesiku sebagai guru.

Ting...... Bel pulang berbunyi. Seluruh warga SMP tunas bangsa pun berpulangan ke rumah masing masing. Termasuk aku.

Seperti biasa aku menaiki ojek online untuk kembali ke rumah. Kali ini aku langsung ingin pulang ke rumah, aku ingin langsung rebahan di kasur empuk milikku.

Sesampainya di rumah, aku langsung ganti baju, dan rebahan di kasurku sebelum nanti aku akan masak untuk makan malam ku.

"Dert...dert..." Ponselku bergetar, itu telpon dari Mas Adam. Tumben dia menelpon, apa dia mengkhawatirkan ku?

"Hallo, Assalamu'alaikum" ucapku, aku dengan segera mengangkat panggilan telepon dari mas Adam, aku tak ingin berlama lama yang membuat mas Adam merasa jengkel.

"Wa'alaikumussalam, ini aku Adam" ucapnya dari seberang sana, ya tentu aku aku tahu dia Adam suamiku, aku kan mengesave nomornya.

"Iya, ada apa mas?" tanyaku.

"Hari ini aku akan pulang ke rumah, tetapi aku tak pulang sendiri sebab Selia tak bisa di tinggal sendiri, dan ia juga tidak punya keluarga di sini yang akan merawat nya. Jadi, selama pemulihan dia akan saya rawat di rumah. Maksud saya mengabari kamu bukan untuk meminta ijin bahwa aku membawa Selia ke rumah, melainkan aku ingin memintamu untuk merahasiakan pernikahan kita dari Selia. Aku mengatakan bahwa di rumahku aku tinggal dengan sepupu dari keluarga jauh, dan seorang pembantu. Jadi, mengakulah sebagai sepupuku jika ia menanyakannya padamu. Dan mengenai pembantu aku sudah mencarinya, dan meminta agen untuk mengantarkannya ke rumah besok pagi, sebab kemungkinan aku akan sampai di rumah saat sore hari." Hatiku terasa sakit sekali, tanganku bergetar, aku tak kuasa mendengar perkataan mas Adam.

Sebegitunya dia tak menganggap ku, sehingga dia tega akan membawa mantan istrinya ke rumah ini. Tak terasa bulir bulir bening menetes di pipiku.

"Hallo Zara, apa kamu mendengarku!" teriaknya dari sbeerang sana.

"Ya, aku mendengar mas Adam" ucapku dengan suara bergetar.

"Dan satu lagi, tolong rahasiakan juga hal ini dari orang tuaku dan orang tuamu, aku tak ingin terjadi keributan" lanjutnya lagi. Aku hanya mengangguk angguk saja.

"Apa kamu paham Zara" teriaknya lagi.

"Ya, aku paham" ucapku.

"Bagus, aku hanya ingin menyampaikan hal itu," ucapnya, kemudian panggilan berakhir.

Baru saja aku bahagia karena keterima kerja, dan saat ini aku kembali bersedih sebab mendengar keputusan kak Adam yang ingin membawa mantan istrinya ke rumah.

sakit sekali, entah aku bodoh atau apa, sebab masih bertahan dengan semua ini.

[Tapi kak, besok pagi aku harus mengajar, bagaimana jika art yang kakak pesan Dateng saat tak siapapun ada di rumah?] aku mengechat mas Adam, besok aku harus sekolah, aku tak mungkin ijin sedangkan aku baru sehari masuk.

[Kalau begitu aku akan mengirimkan nomor agennya, kalau kamu bisa kamu jemput artnya dari agen sepulang sekolah] balas mas Adam, tanpa menanyakan diriku dan pekerjaanku dan di mana aku bekerja. Dia benar benar tak perduli padaku.

[Baik kak, besok aku akan menjemputnya dari agen sepulang sekolah] balasku. Aku akan menjemputnya dengan memesankan ojek online untuknya.

*****

Aku sudah sampai di rumah, dan art yang telah di pesan oleh kak Adam sedang dalam perjalanan menuju rumah, aku memesan ojek online untuk menjemput nya.

"Ting...." Itu pasti artnya.

Aku pun membukakan pintu.

"Non Zara? Saya bi Sumi" ucapnya mengenalkan diri.

"Mari masuk bi" ajakku mempersilahkan dia untuk masuk.

"non Zara ini istrinya Tuan Adam??" tanya bi sumi. Aku terdiam sejenak, kemudian aku teringat pada perintah mas Adam untuk merahasiakan pernikahan kami dari selia. Dan untuk itu aku juga harus merahasiakannya dari BI Sumi.

"Ohhh tidak bi, saya sepupunya, kebetulan tempat kerja saya dekat dari sini, jadilah saya tinggal di sini" ujarku berbohong.

"Ohhh jadi tuan Adam belum menikah ya non?" tanya bi Sumi, seorang wanita paruh baya.

Aku tak menjawab, aku hanya tersenyum saja.

"Ya sudah bi, mari saya tunjukkan di mana kamar bibi" ujarku, mengajaknya untuk melihat kamarnya. Kemarin kak Adam sudah pesan jikan kamar di dekat dapur adalah kamar bi Sumi.

"Ini bi, ini kamar bibi" ujarku, bi sumi pun langsung masuk dan meletakkan tasnya.

"Oh ya non, apa saya langsung bekerja saat ini juga atau bagaimana?" Tanyanya.

"Untuk saat ini bibi istirahat saja dulu, nanti kalau kak Adam pulang, boleh bibi tanyakan langsung kepada kak Adam." ucapku, yang memesan jasa art adalah kak Adam, bukan aku, jadi aku tak tahu menahu pasal itu.

"Baik non, terimakasih banyak non" ucap Bi sumi.

"Ya sudah bi, saya tinggal dulu ya," ucapku pamitan meninggalkan bi Sumi. Aku kembali ke kamarku. Aku berusaha menenangkan diri. Aku tak tahu apakah aku sanggup melihat kak Adam merawat Selia atau tidak. Aku tak tahu apakah aku sanggup melihat Selia tinggal di rumah ini atau tidak. Ya Allah, kuatkan hamba-Mu ini.

"Derttt...dert..." ponselku berbunyi, dan itu telpon dari ibuku.

"Hallo Assalamu'alaikum nak" ku dengar suara wanita yang telah melahirkan ku di dunia ini, membuatku tak mampu lagi menahan rasa sesak di dadaku.

"Wa'alaikumussalam Bu" ucapku dengan suara serak dan bergetar.

"Kamu menangis nak? Ada apa, apa kamu ada masalah di sana? Apa Adam memperlakukanmu dengan baik?" tanya ibu yang membuat tangisku semakin menjadi jadi, namun aku menutup mulutku agar suaranya tak didengar oleh ibu. Setelah itu, aku melap airmataku, dan berusaha baik baik saja.

"Zara baik baik saja Bu, Zara hanya rindu kepada ibu"  ucapku, aku tak mungkin bercerita tentang semua ini.

"Ibu lega mendengarnya nak, kalau kamu rindu kamu bisa pulang kapan saja nak. Maaf ibu belum bisa ke sana," ucap ibu.

"Tidak... Ibu tidak perlu datang ke sini, biar Zara yang akan ke sana," tentu saja aku melarang ibu untuk berkunjung ke sini, apa yang akan aku katakan jika ibu melihat aku dan kak Adam tidur terpisah. Dan apa yang akan ibu katakan jika melihat wanita asing berada di rumah ini.

"Bu... Doakan Zara ya Bu, agar kehidupan Zara lancar" ucapku, kutahu doa ibu mujarab, jadi aku harus meminta ya kepada ibu.

"Ibu selalu mendoakan kamu nak, meskipun kamu tak memintanya, ibu doakan agar kamu sehat selalu dan dijauhkan dari segala masalah" ucap ibu.

"Aamiin Bu" aku langsung mengamikan ucapan ibu.

"Bagaimana menantu ibu, apa dia memperlakukan kamu dengan baik nak?" tanya ibu, yang membuat airmataku semakin mengalir deras.

"Ya, menantu ibu memperlakukan Zara dengan sangat baik, jangan khawatir akan hal itu" ucapku.

"Syukur Alhamdulillah kalau begitu"

"Oh ya Bu, hari ini adalah hari pertama Zara bekerja, Zara di terima menjadi tenaga pengajar di SMP tunas bangsa" ucapku tersenyum.

"Alhamdulillah, ibu senang mendengarnya, bagaimana harimu hari ini nak, apakah siswa/imu mudah di ajarin, apakah mereka nakal? Bagaimana dengan guru guru yang lain apakah mereka bersahabat denganmu? Jarak sekolah dari rumah apakah jauh?" Tanya ibu.

Kami mengobrol banyak hal. Aku menceritakan seluruh hariku selama mengajar tadi, aku juga menceritakan tentang siswa siswiku, tentang rekan rekan guru yng lain, tentang kepala sekolah, tengang tempat tinggalku, dan tentang semuanya. Selain kehidupanku dengan mas Adam, semua kuceritakan pada ibu.

Seharusnya aku menceritakan hari hariku juga kepada mas Adam, tetapi ku tahu ia tak perduli denganku.

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul enam sore lewat beberapa puluh menit. Azan Maghrib telah berkumandang. Aku pun menutup telepon, dan mengerjakan ibadah sholat magrib. Setelah melaksanan sholat magrib, aku keluar kamar menuju meja makan, aku ingin makan sore.

Di dapur sudah ada bi Sumi yang memasak.

"Loh, kan saya bilang bibi istirahat saja dulu" ucapku menghampiri bi Sumi.

"Tidak apa apa non, saya nggak enak kalau rebahan terus, punggung saya sakit, jadi saya mau masak saja. Duduk non, saya sudah masakkan makanan untuk non Zara" ujarnya, aku pun duduk seraya tersenyum kepada Bi sumi.

"Ya sudah bi, bibi makan saja sekalian, tidak apa apa" ucapku mempersilahkan bi sumi untuk makan semeja denganku.

"Ahh tidak non, saya makannya nanti saja" ujarnya menolak

"Tidak apa apa bi, saya bukan tuan Adam, jadi sebelum Adam pulang maka bibi bebas saja dengn saya di sini" ujarku, bi Sumi pun dengan ragu duduk di kursi meja makan.

"Beneran ini tidak apa apa non?" Ucapnya memastikan.

"Tidak apa apa bi, duduk saja" ujarnya, kulihat Bu Sumi tampak canggung. Akupun inisiatif untuk mengambilkan ya piring dan mengisinya dengan Nasik beserta lauk pauknya.

"Nih bi" ujarku menyerahkan Pring itu kedahapannya

"Jadi merepotkan non" ucap Bi sumi tidak enakan.

"Tidak apa apa bi, santai saja kalau sama saya, yang gaji kamu itu Adam bukan saya, jadi kalau sama saya santai saja" ucapku seraya tersenyum.

"Tapi non ini beneran sepupunya tuan Adam?" tanya bi Sumi, aku menatapnya sejenak kemudian mengangguk.

"Kenapa bi? Enggak percaya kalau saya ini sepupunya tuan Adam?" tanyaku seraya tersenyum.

"Ahh, tidak percaya kok non percaya" ujarnya. Aku beristighfar dalam hati, baru sehari aku sudah banyak bohong begini. Tetapi apa yng bisa kulakukan selain berbohong begini. Ini perintah mas Adam, dan aku tak ingin membuat mas Adam semakin marah padaku.

******

Hari sudah malam, ini sudah pukul  delapan malam. Dan mas Adam belum sampai juga, padahal kemarin ia mengabari akan sampai di rumah pada sore hari. Aku sedikit merasa cemas dan khawatir takut terjadi apa apa kepada kak Adam di jalan. Daripada aku cemas begini lebih baik aku tanyakan langsung saja kepada kak Adam, di mana keberadaannya.

"Hallo Assalamu'alaikum mas..." ucapku begitu telponku diangkat oleh mas Adam.

"Wa'alaikumussalam, ada apa Zara nelpon?" tanya ma Adam dari seberang sana dengan nada suara datar.

"Tidak ada apa apa kak, saya hanya ingin bertanya apakah mas Adam jadi pulang hari ini?" tanyaku hati hati, takut pertanyaan itu membuat mas Adam merasa risih.

"Ya jadi, aku sudah sampai di kota, hanya saja aku dan Selia sedang mampir untuk makan sebentar. " ucap mas Adam, lagi lagi aku harus menahan rasa cemburu ini.

"Ohhh, iya kak, hati hati ya, Zara hanya mau menanyakan itu saja kok" ucapku dengan hati yang sulit untuk kujelaskan.

"Ohh baiklah" telpon terputus.

Saat ini aku benar benar merasa konyol dan tak berdaya, sebentar lagi suamiku sendiri akan membawa mantan istrinya untuk tinggal di rumah ini, dan aku sama sekali tidak dapat melarangnya. Jangankan melarangnya, bahkan mas Adam telah terang terangan mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak butuh ijinku untuk membawa mantan istrinya 'selia' ke rumah ini.

Ku pandangi kembali potret photo pernikahanku dengan mas Adam, yang sengaja kubingkai kecil dan kuletakkan di atas nakas kamarku. Aku tersenyum, bukankah yang kulakukan saat ini adalah demi mempertahankan rumah tanggaku? Atau malah sebaliknya. Perlahan lahan kuambil photo itu, kuusap dan kupeluk. Apa gunanya photo pernikahan ini, jika hati kak Adam hanya untuk mantan istrinya.

Setelah puas memandangi photo ini, aku pun memasukkannya ke dalam koperku, koper yang ku bawa saat ingin pindahan ke sini. Seluruh hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan  pernikahanku bersama kak Adam harus aku simpan rapat rapat, agar mantan istrinya tidak mengetahui jika mas Adam telah pun menikah denganku.

1
Tiawa Mohamad
kenapa ceritanya gantung lanjut thor
shanum
sampai sini dlu, mampir di "cinta dibalik heroin"
Ariani Indah Utami
?
Ariani Indah Utami
...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!