Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Saat pukul 22.00 Adel dan Fadli mengajak Nindya ke bar yang katanya lagi viral saat ini. Setelah izin kedua orang tuanya dengan sangat alot akhirnya Nindya diperbolehkan untuk pergi, Nindya pun berangkat dengan dua sahabatnya. Sampai sana keadaan memang sangat ramai dan penuh sesak.
"Kalian berdua enggak mengajak aku dalam hal sesat kan?!" tanya Nindya setengah berteriak.
"Mana mungkin kita menjerumuskan kamu dalam hal sesat, kita itu membawa kamu ke sini karena ingin kamu menghilangkan rasa sedih gara-gara sering dimarahi pak Kai."
"Iya benar apa yang dikatakan oleh Fadli" ucap Adel membernarkan.
"Ya sudah kalau begitu ayo kita cari meja agar lebih enak kalau kita berdiri seperti ini rasanya enggak enak karena penuh sesak" Fadli dan Adel pun mengangguk setuju.
Mata mereka berpencar mencari tempat duduk yang sekiranya kosong, akhirnya Adel menemukan meja yang masih kosong tidak ada yang menggunakannya. Meja itu berada di tengah-tengah.
"Ayo kita duduk pumpung ada meja yang masih nganggur, dari pada kita berdiri" ucap Adel.
Setelah itu akhirnya mereka bisa duduk dengan tenang di kursi masing-masing. Mereka bertiga terus mengamati sekitar yang penuh dengan manusia yang sedang minum, berciuman, hingga berjoget ria sambil mendengarkan musik yang memekakkan telinga.
"Kita mau ngapain sih disini? Masa kita cuma ngelihatin sekitar seperti ini? Kan lucu banget" ucap Nindya.
"Terus kita harus ngelakuin apa dong?" tanya Adel.
"Bagaimana kalau kita main permainan aja" ucap Fadli.
"Permainan apa? Jangan bilang permainan yang dimainkan anak-anak" ucap Adel.
"Ya enggak dong, kita main truth or dare aja kalian berdua berani enggak?" tanya Fadli dengan wajah yang menantang.
Nindya dan Adel saling pandang lalu mereka berdua memandang Fadli kembali. "Kita berani!" ucap mereka berbarengan.
"Gimana nih cara mainnya?" tanya Adel.
"Ya kalian tinggal milih aja tantangan atau kejujuran tapi disini kita ganti aja tantangannya dengan minum alkohol satu gelas, sepertinya kalau disini ada tantangan terlalu riskan karena terlalu banyak orang" ucap Fadli.
"Aku setuju!" ucap Adel semangat.
"Kamu setuju enggak Nin?" tanya Fadli.
"Emmm...gimana ya" ucap Nindya ragu.
"Ayo dong mau Nin kalau kita enggak main permainan kan enggak seru lagian kita mau ngapain disini?" bujuk Adel.
"Ok aku mau ikut permainan ini."
Mereka pun mulai bermain, yang terkena terlebih dahulu adalah Fadli. Fadli pun memilih untuk tantangan saja, yang kedua adalah Adel dan Adel pun juga memilih tantangan. Hingga diputaran ketiga giliran Nindya yang terkena.
"Kamu pilih apa Nin?" tanya Fadli.
"Kamu enggak mungkin pilih tantangan kan Nin? Kamu pasti tidak akan mungkin bisa meminum alkohol" tanya Adel.
"Iya itu tidak mungkin tapi aku pengen pilih tantangan, tolong dirubah sih tantangannya jangan minum alkohol kalau aku pulang dan ibu mencium bau alkohol pasti aku akan kena marah."
"Kenapa kamu enggak milih kejujuran aja sih?" tanya Fadli.
"Males nanti rahasiaku kebongkar."
"Halah memang kamu punya rahasia apa dari kita? Perasaan semua rahasiamu sudah kamu beritahu sama kita."
"Ada yang belum aku ceritakan sama kalian."
"Ya udah pilih kejujuran aja" ucap Fadli.
"Enggak mau, aku maunya tantangan aja bukan kejujuran ayo kalian buat tantangannya yang penting jangan minum alkohol."
"Ok aku akan membuat tantangan untuk kamu" ucap Adel dengan smirk diwajahnya.
Melihat smirk diwajah Adel membuat hati Nindya tidak tenang, pasti akan ada hal nyeleneh yang akan diperbuat Adel. Fadli yang tidak tahu apa tantangan apa yang akan diberikan Adel hanya bisa setuju saja.
"Apa tantangannya? kamu jangan membuat tantangan yang aneh-aneh ya Del" ucap Nindya.
"Enggak aneh-aneh kok, tantangan untukmu adalah ngechat seseorang dan bilang bahwa saat ini kamu tengah hamil."
"Del jangan tantangan seperti itu dong, buat tantangan yang lain" ucap Nindya.
"Tidak bisa! salah sendiri kamu telah memilih tantangan jadi ya harus itu yang kamu lakukan dan tidak ada tawaran lain sama sekali, ayo cepat lakukan."
"Nanti kalau yang aku chat salah paham gimana?"
"Ya aku tidak tahu yang terpenting sekarang kamu lakukan tantangan dariku."
"Fadli apa kamu enggak mau membantuku?" ucap Nindya dengan menampilkan wajah melasnya.
Fadli menggeleng, "maaf sepertinya aku tidak bisa membantumu."
"Ayo cepat Nindya kamu lakukan tantangan ini" desak Adel.
"Ok kalau gitu aku akan melakukan tantangan ini" Nindya akhirnya mengalah untuk melakukan tantangan, dia mengambil telepon yang ada di dalam tasnya lalu membuka room chat.
Nindya segera mengirimkan pesan 'aku hamil' kepada salah satu nomor yang ada di kontaknya. "Gimana udah ada yang kamu chat belum?" tanya Adel penasaran.
"Udah nih, aku udah chat kan" Nindya memperlihatkan layar teleponnya sekilas kepada Adel agar percaya bahwa dia telah menyelesaikan tantangan, lalu setelah itu dia memasukkan kembali teleponnya ke tas.
"Tunggu kok itu namanya Kai? bukan nomor bos kita kan?"
"Tenang aja ini nomor Kairo, temanku waktu SMP dulu."
"Terus nanti kalau dia tanya gimana?"
"Tenang aja nomor Kairo yang ini tadi sudah tidak aktif lagi."
"Tapi tadi..." belum selesai Adel berbicara Fadli pun menyela terlebih dulu.
"Ayo kita mulai lagi permainannya, sekarang kan Nindya juga sudah menyelesaikan tantangannya."
"Iya ayo, sekarang aku bertambah semangat untuk menjalani permainan ini karena adrenalinku tambah terpacu" ucap Nindya dengan semangat.
Mereka melanjutkan lagi permainannya dengan lebih seru penuh tantangan dan kejujuran dari masing-masing orang yang kalah. Nindya bersikap tenang sekali tanpa tahu bahwa pesan yang dia kirim tadi membuat seseorang yang saat ini sedang berkumpul dengan keluarga besarnya menjadi bingung.
"Pesan dari siapa kak?" tanya laki-laki yang sudah SMA itu kepada kakak sepupunya yang terlihat bingung saat baru saja menerima pesan. Nama laki-laki itu adalah Afif, dia bertanya kepada Kaivan Pramuja.
Ya yang menerima pesan dari Nindya adalah Kaivan, bosnya sendiri. Kaivan masih terdiam membeku setelah membaca pesan itu. Afif yang sudah kepalang penasaran pun mengambil telepon Kaivan secara tiba-tiba. Afif memelototkan matanya tidak percaya.
"Aku hamil!" teriak Afif kaget sambil membaca pesan itu.
Semua keluarga yang semula saling mengobrol dan bercanda setelah mendengar teriakkan Fadli seperti itu membuat suasana ruang tamu menjadi hening seketika. Semua orang menampilkan raut wajah bingung, kaget hingga tidak percaya.
Rini ibu Afif pun menghampiri anaknya dan menjewer telinga Afif kencang. "Siapa perempuan yang sudah kamu hamili Afif? Ibu tidak pernah mendidik kamu menjadi seorang laki-laki bajingan! Kamu itu masih SMA tapi sudah berani menghamili anak orang!"