NovelToon NovelToon
KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Wanita Karir
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Riana, seorang CEO wanita yang memegang kendali beberapa perusahaan, bertemu dengan Reyhan, anak muda yang masih sangat....sangat idealis, dengan seribu satu macam idealisme di kepalanya, pada sebuah pesta ulang tahun anak Pak Menteri. Keduanya harus berhadapan dengan wajah garang ibu kota dan menaklukkan ganasnya belantara Jakarta dengan caranya masing masing. Bisnis, intrik dan perasaan bergulung menjadi satu. Mampukah keduanya? Dan bagaimanakah kelanjutan kisah diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 : DARI MAX UNTUK DIANDRA

Yang menjadi kantor utama Reyhan ini ternyata ruangan yang lebih sempit lagi dari yang di depan. Barangkali ukurannya hanya dua kali dua meter. Yang membuat makin sempit karena ada satu meja tulis dimana kertas, tinta, cat, bertebaran diatasnya. Reyhan sendiri duduk di kursi, bertelanjang dada karena panasnya atau sengaja mau pamer. Badannya memang bagus, dengan dada bidang dan perut rata walaupun tidak sixpack.

    Paling tidak ada lima orang di dalam ruangan itu. Bisa dibayangkan panasnya. Cuma ada satu kipas angin yang diputar perlahan serta satu exhaust fan di ruangan tersebut.

    Dua orang membantu bekerja seperti Reyhan, mencoret coret, dua lagi adalah remaja puteri yang menurut perkiraan Riana adalah mahasiswa. Cukup cantik, bersih, bekerja di balik komputer dan laptop untuk membuat catatan, perhitungan dan perincian mengenai pesanan.

    Juga ada satu kursi tanpa sandaran yang tampaknya disediakan untuk tamu.

    "Duduk saja, An. Sorry ada pesanan yang harus kuselesaikan," kata Reyhan. Nada suaranya seperti bicara dengan teman lama. Riana merasa kurang enak karena dua remaja puteri itu tampak mencuri curi pandang ke arahnya.

    Reyhan memperkenalkan teamnya.

    "Dua cewek itu, yang satu dari Sastra Perancis, satu lagi dari semacam Akademi Sekretaris gitu, yang ikut membantu menyelesaikan pencatatan dan pembukuan. Dua teman ini bagian art kami. Dua duanya bekas okem, pernah ditahan polisi, tapi jiwa seninya bagus. Teman teman.... ini Riana, CEO dan direktris banyak perusahaan. Mungkin mau memesan atau memberi order untuk kita. Ok.... acara perkenalan selesai. Apa yang bisa saya bantu, An? Atau kamu mau memberi bantuan modal kepada kami?"

    Riana bingung mau mulai bicara dari mana.

    Rasanya tidak enak membicarakan sesuatu tentang Diandra di depan banyak orang yang tak dikenal, disamping telinga yang pasti dipasang untuk nguping pembicaraan. Bahkan bisa jadi gosip.

    "Bisa kira bicara sendiri?" tanya Riana.

    "Bisa! Tapi pasti tidak sekarang ini. Karena hari ini aku dikejar target."

    Seorang pemuda masuk ruangan, menunjukkan contoh desain dan Reyhan menambahi, mencoret, lalu melanjutkan pembicaraan.

    "Suruh cetak langsung saja Han. Tujuh puluh lima gitu. Kalau perlu kamu tunggu saja. Sore nanti mungkin ada yang mengambil. Jangan lupa dan jangan salah nomornya."

    "Pakai saja mobil saya," kata cewek yang dikenalkan Reyhan dari Sastra Perancis. Yang diajak bicara cuma tersenyum, lalu jalan terus. Di mata Riana, ke dua cewek itu kelihatan menyukai bos nya. Makanya mau kerja bakti berpanas panas begini.

    "Ada kesulitan apa, An? Kamu tentu tidak akan nyasar kemari kalau tidak ada kesulitan....." Tiba tiba lelaki gondrong yang tadi ada di depan, masuk ruangan, memperlihatkan contoh sablonan kaos, yang ditambahi tanda tangan Reyhan. Dia juga memeriksa nomor urutnya. Satu persatu. Jumlahnya ada sekitar lima puluh buah.

    "Di sini tanda tanganku laku, An. Asyik ya?" Reyhan tersenyum tipis lalu kembali menatap laki laki gondrong itu. "Jon, ini untuk siapa?"

    "Para sopir angkot....." sahut si gondrong.

    "Lho, kapan hari kan sudah?"

    "Jatah mereka masing masing dua, Bos."

    "Lalu yang untuk kios kios daerah Setneg?"

    "Kan sudah diambil beberapa hari lalu? Bagaimana bos ini? Kok hari ini jadi linglung?"

    Reyhan mendorong kaos kaos itu ke arah Jon yang segera membawanya keluar, lalu kembali menatap wanita di hadapannya.

    "Dari tadi kamu diam saja, An. Kamu belum jawab pertanyaanku. Atau kamu memang mau pinjami kami modal?"

    Riana mendelik sewot. Bagaimana mau menjawab kalau setiap dia mau berbicara, ada saja yang menyela?

    "Saya ingin tahu apa hubunganmu dengan Diandra?"

    "Seperti yang sudah kukatakan. Aku bekas sopir Bu Menteri. Yang mengundurkan diri karena ingin menjadi bisnisman."

    "Diandra begitu dendam padamu."

    "Mungkin saja. Apa bedanya ia meminta tanda tanganku atau malah membenciku?"

    "Masalahnya saya yang kena getahnya."

    "Kok bisa?'

    "Gara gara kamu menyelinap ke pesta ulang tahunnya, lalu duduk bersama dan memperkenalkan diri bekerja sebagai sopirku."

    "Coba ceritakan."

    "Ia menganggap kamu bekerja sama denganku atau paling tidak bekerja di perusahaanku, lalu ada dua proyek yang berkaitan dengan kementerian ayahnya yang draft nya sudah di setujui, proyek itu dibatalkan."

    "Lalu? Kamu ingin aku menjelaskan kepada Diandra bahwa aku tidak ada hubungannya dengan usahamu, begitu? Ani.... tolong buatkan surat. Begini bunyinya......." Cewek yang dipanggil Ani segera membawa laptopnya dan menyeret kursi di sebelah Riana.

    "Ya Mas! Redaksinya bagaimana?"

    "Begini. Diandra yang terhormat. Hari ini, Reyhan alias Max, bos dan pemimpin Angkasa Bersuara menerangkan dengan sejujurnya bahwa dirinya tidak ada hubungan kerja, hubungan bisnis maupun hubungan kekeluargaan dengan Ana.... ..Siapa nama lengkapmu, An? Oh ya Riana. Dan segala sesuatu tidak menjadi tanggung jawabnya. 'Nya' disini berarti Riana. Surat ini dibuat untuk kepuasanmu, yang dengan demikian berhasil membuat aku memohon kepadamu. Salam buat Tante. Katakan pada beliau bahwa aku masih hidup dan baik baik saja. Titik. Nama saya."

    Cewek bernama Ani itu segera beranjak menuju mesin printer, mencetak surat tersebut, menyerahkannya kembali dan Reyhan menandatanganinya.

    "Berikan surat ini pada Diandra. Ini yang dia kehendaki. Kamu tidak akan mendapat kesulitan lagi, An..." Reyhan menyerahkan surat tersebut kepada Riana setelah memasukkannya ke dalam amplop. Lalu dia berpaling lagi kepada anak buahnya.

    "Ani, Jon, suruh siapa gitu untuk mengambil pesanan ke rumah makan Jepang. Rasanya sudah selesai. Sekalian suruh mampir ke deretan warung soto Betawi, bagaimana dengan kontrak kita mengenai stiker SOTO PAK KUMIS YANG INI PALING ASLI, YANG LAINNYA PALSU. Rasanya yang memesan cukup banyak."

    "Ya, Bos," sahut Jon. "Yang untuk show, spanduknya malah belum dibuat kalimatnya," sambung Jon.

    "Show yang mana?"

    "Show di Parkir Timur Senayan, untuk panggung. Dua puluh delapan spanduk semuanya."

    Bibir Reyhan mencong. Lalu bersungut sungut.

    "Tulis saja tanggal dan tempatnya. Isinya: KONSER GAMELAN DI LUAR NEGERI, DI NEGERI SENDIRI KITA MALAH BUAT ROCK N ROLL SHOW."

    "Bos, nanti kalau panitia......"

    "Kalau tidak mau, ya batal saja."

    Belum selesai bicara, ada satu lagi yang masuk. Tampangnya mirip Jon. Menggelar spanduk panjang, yang harus dipegangi banyak orang. Riana terpaksa ikut mundur dan membaca.

    MAJALAH WANITA WAS-WIS-WES-WOS MEMBERIKAN HADIAH EMAS, RUMAH DAN MOBIL. DI ZAMAN UNTUNG UNTUNGAN BEGINI, SEBAIKNYA ANDA MENCOBA PERUNTUNGAN ANDA.

    "Nama majalahnya tak disebutkan, Bos......."

    "Apa perlu kalau pembelinya mau membeli hadiahnya?"

    "Begini saja sudah cukup?" Reyhan mengangguk.

    "Pasang malam ini. Di tempat yang strategis. Caranya kalau di gedung orang, rayu satpamnya. Semuanya siap berapa, Mbang?"

    "kalau sampai di Puncak ya dua ratus, Bos," jawab yang mirip Jon

    "Bisa terpasang semua malam ini?"

    Yang ditanya mengangguk. Reyhan memberi tanda dengan kibasan tangan, lalu spanduk dibawa keluar.

    "Semuanya masih perlu saya tangani sendiri, An. Tapi lama lama tidak lagi. Kaderisasi sudah mulai jalan. Jadi jangan kuatir kalau kamu mau pesan spanduk, stiker, poster, kaos, semua saya tangani sampai beres. Sejak ide, pemasangan, izin. Kamu tinggal bayar saja. Untuk wilayah Jabodetabek, saya yang menangani langsung. Tapi luar kota belum ada."

    Riana cuma menghela napas.

    Ani mengingatkan bahwa pukul empat ada pertemuan dengan ibu ibu dari Kompleks Gedung Keuangan yang akan mengadakan kampanye Balita. Pukul delapan pertemuan dengan Karang Taruna di daerah Priok mengenai kampanye kebersihan dengan pokok masalah penanggulangan soal sampah.

    "Transjakarta yang ke Priok nomor berapa?"

    Reyhan termenung sebentar. Riana berdiri. Amplop surat masih dipegang dan heran di wajahnya belum hilang.

    "Kalau surat itu tidak berpengaruh, sebabnya pasti bukan saya. Selamat bekerja, An."

1
Nay'anna
lanjutannya mana kak
aca
lanjut kan
aca
Q kasih giv bunga
julius: terima kasih kak
total 1 replies
aca
masih penasaran rehan siapa
julius: lanjut baca terus ya kak 🙏🙏🙏
total 1 replies
aca
lanjuttt baca
Griselda Nirbita
siapakah Rayhan??? jadi penasaran
julius: Sabar kak. Pelan pelan makin jelas kok 🙏
total 1 replies
Griselda Nirbita
aku mampir kak... semangat
julius: Terima kasih dukungannya kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!