(Novel kedua ku, kisah sederhana dan cinta manis 3 pasang anak manusia)
Bintang adalah seorang mahasiswa tingkat akhir disebuah kampus bergengsi dikotanya. Kehidupannya sangatlah sempurna. Ia memiliki keluarga yang hangat, paras yang tampan dan gagah, tubuh atletis dan tinggi. Memiliki kekasih super cantik seorang primadona kampus. Bintang juga menjabat sebagai ketua BEM dikampusnya, jabatan yang sangat bergengsi bagi mahasiswa sepertinya. Ia juga merupakan anak orang kaya bahkan kampus tempatnya menuntut ilmu adalah milik orangtuanya. Namun bagaimana jika ada 3 perempuan yang tergila-gila padanya dan membuat porak poranda hidupnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Juragan Karto
...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Reino tengah berjalan menuju ruang kerja sang ayah.
Tok...tok...tok...
"Masuk" terdengar suara Pram dari dalam.
Reino berjalan masuk dan melihat sang ayah sedang sibuk menandatangani berkas-berkas.
"Ada apa nak ? Kenapa belum tidur ?" tanya Pram yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 00.30 dini hari.
"Papa kenapa belum tidur ? Istirahat pa, sudah terlalu malam tidak baik untuk kesehatan papa" ucap Reino.
Pram pun tersenyum. Sejak dulu Reino adalah anak kebanggaannya, Reino sangat bisa diandalkan. Ia berwajah sangat tampan, patuh, kuat, dewasa, pintar dan cerdas sama dengan Bintang hanya saja Bintang lebih kekanak-kanakan dan sering membantah perintahnya. Andai saja Tiara mau, ia akan menjodohkan Reino dengan gadis itu. Namun Tiara bersikukuh hanya mau dinikahkan dengan Bintang.
"Baiklah nak, papa akan segera tidur" ucap Pram patuh agar anaknya tidak khawatir. Namun ia melihat wajah Reino sangat kusut dan cemas.
"Ada apa nak ? Apa terjadi sesuatu" Pram ikut khawatir dan ia yakin ada yang ingin dibicarakan Reino.
"Kenapa papa ngotot menjodohkan Bintang dengan Tiara ?" tanya Reino membuat Pram terkejut, ia pun menghela nafas pelan.
"Tiara gadis baik nak, tidak ada salahnya ia menikah dengan Bintang" Reino pun tersenyum sinis.
"Apa papa tahu gadis itu suka keluar masuk discotik ?" Pram pun kaget.
"Apa maksudmu nak ? Jangan sembarangan berbicara" Pram mulai gusar, Reino pun tersenyum manis.
"Maaf pa, sebaiknya papa segera tidur" ucap Reino melunak, ia tidak mau Pram kepikiran ucapannya barusan. Biarlah masalah ini ia selesaikan sendiri dengan caranya.
Reino sangat tahu siapa gadis yang dicintai sang adik. Ia dan Bintang sangat dekat, jarak usia yang terpaut cukup jauh yaitu 10 tahun dari Bintang dan 18 tahun dari Kiara membuatnya sangat mengayomi Bintang dan Kiara. Bintang akan bercerita apa saja masalah dalam hidupnya kepada Reino. Bahkan saat sang adik berpacaran dengan Salsa, ia tetap mendukungnya walau ia tidak suka dengan sifat gadis itu yang juga suka mabuk-mabukkan sama dengan Tiara.
Reino sangat geram saat tahu keluarga Toni memaksa perjodohan Bintang dan Tiara. Ia tidak menyukai keluarga itu, Reino tahu bagaimana sifat Tiara yang sangat suka ke diskotic, minum-minum dan mabuk-mabukkan. Apalagi Toni mengancam sang papa dengan kekuatan sahamnya. Reino tersenyum sinis, ia tidak akan tinggal diam ada yang merusak kebahagiaan keluarganya. Sebuah rencana telah tersusun rapi di otaknya.
🌟🌟🌟
Desa Cisari
Laras sedang menangis tersedu-sedu, sejak tadi ia berusaha memejamkan matanya namun ia tak bisa terlelap. Ia tidak menyangka jika sang paman menjemput dan membawanya pulang ke desa karna ingin menikahkannya dengan juragan Karto bahkan sang paman memintanya untuk mengubur dalam-dalam cita-citanya menjadi seorang sarjana.
Tadi sore Laras yang sedang bersiap-siap berangkat kerja ke sebuah cafe tempat kerjanya yang baru dikagetkan oleh kedatangan pamannya beserta 2 orang pria yang tidak ia kenal.
"Paman, kapan datang ? Silahkan duduk dulu" ucap Laras sopan sambil menyalami pamannya. Ia pun heran ada apa gerangan pamannya datang berkunjung.
"Laras bagaimana kuliahmu ?" tanya Aji paman Laras.
"Baik paman, paman mau minum apa ?"
"Tidak usah nak, kau harus segera berkemas-kemas karna kita akan pulang ke desa Cisari" Laras kaget mendengar ucapan sang paman.
"Ada apa paman ? Apa ayah sama ibu sehat ?" tanya Laras cemas.
"Mereka sehat namun kita harus segera pulang, ada keperluan yang mendesak. Ayo kemasi barang-barangmu" desak Aji dan segera mendorong Laras kedalam kamar kos agar segera bersiap-siap. Hati Laras sudah khawatir tak karuan, ia segera bersiap-siap dan membawa baju seadanya. Laras pun pamit pada Heny dan Lina.
Mereka berangkat menaiki mobil pribadi. 2 pria yang tidak Laras kenal duduk didepan, ia dan pamannya duduk di kursi tengah.
"Paman, siapa mereka ?" tanya Laras was-was karna tampang mereka yang sangar.
"Anak buah juragan Karto"
"A...apa ?" Laras kaget bukan main, ketakutan mulai menelusup hatinya.
"Laras, paman merasa sekarang saat nya kamu membalas budi pada orangtua mu" ucap Aji yang membuat Laras tidak mengerti.
"Maksud paman apa ?"
"Kamu tahu bahwa ayahmu memiliki hutang yang sangat banyak pada juragan Karto ?" Laras pun menggelengkan kepalanya.
"Setahu Laras, kami tidak berutang apapun pada juragan Karto paman" ucap gadis itu tak percaya. Aji pun tertawa.
"Tentu saja ayahmu tidak akan bercerita nak, ia tidak ingin kau khawatir" ucap Aji.
"Ayahmu tidak sanggup membayar hutang yang sangat besar pada juragan Karto. Juragan berbaik hati dengan memberi jalan tengah permasalahan ini, ia akan menganggap hutang ayahmu lunas dengan cara kau mau menjadi istri nya" Laras terkejut mendengar ucapan sang paman, ia pun terpaku dan rasa takut semakin menjalari hatinya.
"A..apa ?" Laras tak sanggup berkata-kata, ia sangat shock. Air mata telah membanjiri pipinya. Apa yang ia takutkan pun terjadi.
"Jangan menangis nak, juragan Karto orang paling kaya didesa kita. Hidupmu akan senang, kau akan bahagia bersamanya. Setelah menikah nanti Laras tidak usah kuliah lagi, tidak ada gunanya karna juragan Karto sudah menjamin hidupmu"
"Tapi Laras tidak mau paman, jangan paksa Laras" isak gadis itu membuat Aji naik pitam.
"Trus kamu mau ayahmu dipenjara ?" Laras kaget bukan main.
"Be...berapa hutang ayah paman ?"
"300 juta" Laras terbelalak, uang itu sangat banyak baginya. Tentu saja sang ayah tidak akan mampu membayar, sedang penghasilan sang ayah hanya cukup untuk makan mereka sehari-hari.
Laras menangis semakin keras. Tiba-tiba saja ia teringat dengan Bintang pujaan hatinya, ia semakin merasa bersalah. Rasa rindu makin menggilai hatinya.
"Maaf mas, maafin Ara" bisik Laras pilu. Sepanjang perjalanan Laras terus menangis, ia tidak bisa menghubungi Bintang karna handphone yang diberikan pria itu sengaja ia tinggal di kos. Ia tidak menyangka jika kepulangannya ke kampung adalah untuk dinikahkan dengan juragan Karto.
Pukul 9 malam mereka akhirnya sampai disebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Laras sampai terkagum dan terpaku.
"Ini dimana paman ?"
"Dirumah juragan Karto" Laras terkejut, ia mulai ketakutan.
"Paman, Laras mau pulang. Kenapa Laras dibawa kesini ?" Laras mulai menangis, sungguh ia cemas jika juragan Karto akan menikahinya langsung malam ini.
Tak lama kemudian muncul seorang pria yang terlihat gagah dan tinggi. Pria itu terlihat masih muda dan tegap. Ia berjalan menghampiri Laras dan Aji.
"Juragan, ini anak saya Laras sudah saya bawa dari Jakarta" ucap Aji sangat sopan sambil menunduk pada pria tampan didepannya. Laras pun kaget, ia mengira juragan Karto adalah orang yang sudah tua dan gendut. Laras memang belum pernah bertemu dengan juragan Karto karna sehari-harinya ia sibuk sekolah dan berjualan kue saat pulang sekolah.
Juragan Karto tersenyum saat melihat Laras namun gadis itu sudah ketakutan, ia kemudian bersembunyi dibelakang punggung Aji.
"Laras jangan takut, kemarilah" ucap Karto lembut namun Laras menggeleng cepat. Pria itu segera menarik tangan Laras dan membawanya duduk disofa.
"Laras, kenapa takut sama mas ? Mas orang baik bukan orang jahat. Kita akan menikah dua hari lagi, mas janji akan menceraikan ke 3 istri mas dan hanya akan menjadikan mu wanita mas satu-satunya. Jangan menangis ya" bujuk Karto sangat lembut dan berusaha menghapus air mata Laras namun gadis itu dengan cepat menghindar dan segera berdiri.
"Jangan sentuh Laras" gadis itu berteriak, sungguh ia ketakutan setengah mati, tubuh Laras sudah gemetar. Karto yang melihat wajah takut Laras menjadi bersalah.
"Baiklah Laras, maafkan mas. Ayo duduk dulu" lagi-lagi Karto berucap dengan sangat lembut. Karto mulai menyukai Laras saat Aji sengaja menemuinya dan mengatakan jika ia memiliki keponakan yang cantik dan baru saja tamat SMA, usia yang ideal untuk menikah. Karto langsung jatuh cinta saat melihat foto Laras yang menggunakan seragam SMA, gadis itu terlihat sangat rupawan dan menakjubkan dimatanya. Namun lamunan Karto buyar saat mendengar suara istri-istrinya.
"Mas, apa-apaan ini ? Apa maksud mas mau menceraikan kami ?" bentak salah satu wanita cantik berbaju hijau yang datang bersama 2 wanita muda lain yang juga sangat cantik dan rupawan.
"Kami tidak mau mas ceraikan apalagi demi gadis kampungan ini" ucap wanita berbaju coklat sambil menatap Laras sinis dan penuh kebencian.
"DIAM" Karto sangat marah mendengar protes dari ke 3 istrinya. Sementara Laras sudah terbayang nasib malang nya jika bersuamikan juragan Karto, bisa disiksa habis-habisan oleh ke 3 wanita itu setiap hari batin Laras bergidik ngeri.
"Aji, bawa Laras kerumahnya. Besok kita bicara lagi" perintah Karto yang di angguki Aji. Ia segera membawa Laras kembali kerumah gadis itu. Setelah Laras menghilang dari pandangannya, Karto dengan cepat menampar keras ke 3 istrinya hingga mereka terjatuh kelantai membuat mereka ketakutan. Karto sangat marah karna mereka sudah berani membantah kata-katanya.
"Kalian sudah berani melawanku ?"
"Maaf mas, maafkan kami" ujar Eni istri tua Karto.
"Aku akan tetap menceraikan kalian jika Laras sudah menjadi istriku" tegas Karto, ia pun segera berlalu membuat ke 3 istrinya menangis terisak-isak.
...****************...