NovelToon NovelToon
Permintaan Takdir

Permintaan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Elf / Roh Supernatural
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: lulanan astraya

Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.

racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.

tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.

"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

barang siapa yang kau curi?

Hari ini karena kepulangan Hisa, Caine memutuskan untuk tidak pulang karena takut elf itu akan kembali sakit dan merepotkan Caramel yang tidak bisa apa-apa.

Walau hanya bisa memasak makanan gelap tanpa bentuk utuh tapi dia masih bisa merapikan toko Hisa dengan rapi, bahkan lebih rapi daripada ketika Hisa membersihkannya.

Pria itu merapikan beberapa barang, membersihkan debu bahkan membetulkan kembali bel pintu yang hanya sedikit bengkok, serta melayani pelanggan yang datang karena penasaran dengan beberapa barang.

Hari itu dilalui dengan ketenangan kota yang damai.

Pada malam hari saat waktunya makan malam, Caine berbicara pada Hisa. Pria itu meletakkan sendok dan garpunya di piring.

"Hisa, lain kali ketika menerima barang dari pelanggan lebih baik jangan langsung di ambil bahkan di periksa. Jika menurutmu terlalu mencurigakan maka segera hancurkan. Jangan hanya karena itu cantik atau kuat kau menerimanya begitu saja." Caine berbicara seperti ibu mertua kejam yang mengomeli menantunya.

Hisa hanya menunduk sambil makan dengan lahap, tidak mengatakan iya atau tidak, jika dia menjawab atau membantah saat ini maka malam ini ditakdirkan sebagai malam tanpa tidur yang dipenuhi omelan.

Caine terbukti memiliki jiwa yang kuat bahkan Hisa termasuk penyihir kuat yang bisa saja mengalahkan Caine dengan sekali jentikan jari, tapi dia tidak melakukannya sebab Caine mirip sekali dengan ayahnya.

Ketika dia mengomel, marah bahkan memukul Hisa, elf itu akan mengenang masa-masa ketika dia dimarahi oleh ayahnya saat masih di pulau Hanze, kampung halaman Hisa. Sifatnya yang dingin namun peduli sama persis seperti ayah Hisa membuatnya tidak pernah menentang perkataan Caine di beberapa situasi.

"apa kau tahu seberapa cerobohnya diri mu hah?! Lamban laun kau mulai semakin keras kepala, bahkan lebih seperti anak kecil yang tantrum. Tidakkah kau mengetahui sikap mu yang sombong itu, Dabael bukan makhluk yang bisa kau remehkan setiap saat...bahkan kelinci tahu menggigit saat merasa terancam. Aku tidak tahu terbuat dari apa otak mu itu...rasanya ingin aku pecahkan hingga hancur menjadi bubur!"

Omelannya terus berlanjut bahkan Hisa rasanya mau menangis. Caramel menonton dari kejauhan sambil menyeringai.

Caine berhenti sebentar, dia minum air untuk melegakan tenggorokannya yang kering.

Dia menatap tajam Hisa atas bawah sebelum mengalihkan pandangannya pada cincin penyimpanan Hisa.

Tangannya menunjuk dan dengan suara dalam yang seperti auman raja dia berkata.

"keluarkan semua barang yang ada di cincin mu itu, aku tahu bahwa kepulangan mu pasti melewati jalan pintas, pasti ada beberapa  barang yang kau curi tanpa sepengetahuan ku."

Hisa terdiam, dia menghabiskan suapan terakhir di piring sebelum melemparkan dengan marah cincin di jarinya itu ke arah Caine.

Dia melepaskan segel kunci di sekitarnya agar Caine dapat membuka dan melihat barang didalamnya.

Caine dengan tanggap mengenggam cincin itu, lalu mengeluarkan isinya. Beberapa barang yang nampak familier seperti senjata dia kesampingkan. Sebab barang yang pasti di ambil Hisa dari mencari keuntungan adalah barang yang tidak dia kuasai, cantik atau bahkan barang tingkat tinggi tapi rusak.

"Seruling? Hah, kau bahkan tidak tahu nada dasarnya. Apa ini? Buku? Ck, sejak kapan kau mau membaca buku yang membosankan....berlian, lagi-lagi barang cantik yang tidak berguna dan....bunga darah api kering?! Darimana kau mencuri ini? Dari siapa...bunga ini sangat langka bahkan mahal, apa kau—"

Sebelum ucapan terakhir Caine di ucapkan Hisa segera menyelanya.

"tidak, tidak, aku tidak membunuhnya...dia memberikannya pada ku...sungguh...aku bersumpah!!" dua jarinya terangkat tinggi, matanya memelas hingga binar bintang dimatanya bisa membutakan langit.

Hisa menampilkan wajah anjing malang yang teraniaya hingga Caine merasa mata kanannya berkedut.

"sungguh?"

"sungguh!!"

"....yakin?"

"YAKIN!!!"

Hisa merasa jantungnya sudah menari liar dengan tarian indah didalam dadanya membuatnya terengah-engah. Mata tidak percaya Caine masih terpampang nyata di depan dirinya.

Sesi saling menatap berlangsung selama hampir setengah jam dan diakhiri dengan kekalahan Hisa.

"yah...kecuali seruling...semuanya aku mengambilnya," ucap Hisa hampir mencicit.

Caine mendengus, dia tahu itu.

"sudahlah...tidur saja, jaga tubuh mu."

Pria itu duduk di kursi dan kembali memakan makanannya yang sudah dingin setelah dia memberikan semua barang yang sudah di masukkan kembali ke cincin Hisa.

Hisa segera pergi kekamarnya dan menutup pintu dengan cepat seperti di kejar hantu, jika dia berlama-lama di sana dia pasti akan di marahi kembali.

* * * *

Esok hari, ditempat tidur yang berantakan Hisa berguling-guling dengan mengeluh sakit kepala. Jika sakit kepala biasa dia tidak akan mengeluh namun sakit ini seperti ubun-ubun kepalanya di cungkil dan otaknya di remas paksa.

Sakit itu berlangsung singkat namun membuat Hisa hampir sekarat.

Hal seperti ini belum pernah terjadi, dan lagi-lagi kekuatan penyembuh alaminya sama sekali tidak bekerja seolah menghilang dari jiwanya.

Hisa meratap, dia menatap langit-langit kamarnya dengan sedih. Karena tidak pernah sakit sebab tubuhnya telah di perkuat membuatnya tidak berdaya saat penyakit ringan datang.

"kau belum bangun dari tadi, apa kau ingin menjadi pemalas karena ada aku di rumah mu...apa kau— ada apa dengan mu?"

Dari luar hingga Caine memasuki kamar Hisa, mulutnya tidak berhenti mengomel. Tetapi, saat melihat Hisa berbaring telentang sambil berlinang air mata dan menatap kosong ke atas kamarnya.

Caine mengerutkan kening, matanya yang memiliki bentuk mata elang tajam semakin tajam ketika mata itu menyipit. Dia bertanya dengan khawatir.

Hisa tidak menjawab tapi dia hanya menunjukkan wajah menyedihkan dengan mulut melengkung kebawah seolah-olah telah di aniaya.

"Sakit....kepala ku sakit...rasanya ada yang menusuk dan mengaduknya hingga otak ku rasanya mau hancur." suara Hisa bahkan dilebih-lebihkan, dia merengek sambil menangis dan sesegukan kearah Caine.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Caine tahu kalau Hisa akan lemah selama tiga bulan karena kelebihan energi gelap tapi dia  bingung mengapa Hisa seperti di kutuk bukan sakit melemah karena energi gelap. Jika itu orang biasa ketika tubuhnya terkontaminasi energi gelap yang berasal dari Dabael, mereka akan langsung lenyap atau menjadi bagian dari tubuh Dabael karena mereka dilahap. Namun jika orang kuat dengan energi melebihi Dabael atau bahkan punya kekuatan penyembuh alami seperti Hisa, seharusnya tubuh mereka hanya akan demam  atau muntah darah sekali sebelum membaik dengan normal tanpa ada gejala penyakit apapun karena Dabael bukan sejenis makhluk yang akan menunggu mangsa nya menderita.

Mereka lebih suka memakan mangsa mereka sekali jalan tanpa harus menyiksanya. Makanya tubuh yang sudah terkontaminasi energi gelap Dabael akan terkikis atau meleleh tanpa menimbulkan rasa sakit.

Tapi Hisa setelah demam, tubuhnya juga mulai menunjukkan penyakit ringan yang merepotkan. Hari ini dia sakit kepala apakah besok dia akan mimisan, batuk tidak berhenti, pilek atau bahkan muntah darah sampai organnya gagal bekerja?

Dia lebih seperti diracuni dari pada dipenuhi energi jahat.

"Caine....sakit..." Dia meringkuk dan mencengkram kepalanya seolah ingin mencabut kulit kepalanya dan membuang sesuatu yang membuatnya sakit.

Caine tidak bisa berbuat apapun, dia duduk di tepi tempat tidur dan menaruh kepala Hisa di pahanya. Energi sihir mulai muncul dari tangannya dan mengalir pelan kekepala Hisa.

Sebagai orang yang dekat dengan dokter dia cukup tahu menggunakan sihir oenyembuh ringan namun karena bukan penyihir asli kekuatannya menghasilkan energi sihir murni tidak bisa banyak sebab kebanyakan energi spiritual terserap kedalam tubuhnya dan tidak bisa di keluarkan kembali menjadi sihir murni.

Energi hangat mengalir kedalam kepala Hisa dan menenangkan sarafnya yang tegang dan kusut. Energi spiritual dalam tubuh Hisa yang macet dan nampak rusuh segera ditenangkan oleh sihir penyembuh ini.

Tapi mereka berdua tahu bahwa kenyamanan ini tidak lama karena mungkin saja rasa sakit itu akan kembali.

"merasa baikan?"

Hisa segera mendengus pelan menjawab pertanyaan Caine.

Pemuda itu duduk segera dengan goyah hampir nampak akan terjatuh kembali jika tidak di topang oleh Caine.

"Rasa sakit di kepala ku langsung hilang tanpa sisa...tapi tubuh ku rasanya berat bahkan aku tidak mampu mengangkat lengan ku," ucap Hisa dengan lirih, dia menatap tubuhnya dengan pandangan ingin menangis.

Tapi apa yang bisa Caine lakukan? Dia hanya bisa melihat tanpa banyak membantu karena dia bukan seorang dokter yang ahli atau alchemist yang tahu banyak ramuan obat.

"bukankah kemarin teman mu itu berkata bahwa ada dokter tua di kampung halaman mu? Di pulau Hanze yang sebagian tempatnya  misterius dan banyak ramuan langka hidup? Seharusnya dia bisa membantu," ujar Caine.

Caine belum pernah kesana, namun dia tahu mengenai tempat itu karena rumor yang beredar hampir di seluruh daratan benua selatan.

Tempat para dewa, surganya para dokter dan alchemist, tempat harta karun, kampung halaman para elf. Sebagian hanya rumor namun yang terakhir benar adanya karena sebagian tanah pulau Hanze baik bagian pinggir pulau maupun pedalamannya adalah tempat tinggal seluruh klan elf dari zaman kuno.

Tempat ini dulunya tidak menerima ras lain, namun setelah beberapa bencana dan perang sebagian wilayahnya bercampur dengan ras lain tapi tetap saja ras elf mendominasi pulau ini. Konon katanya tempat ini juga adalah tempat pemimpin atau raja elf pertama kali menerima warisan yang ia terima dari pohon kehidupan.

Tidak ada yang tahu pasti keberadaannya karena sekarang pemimpin elf mengasingkan diri seorang diri dan hanya potret dirinya yang di lukis oleh salah satu pelayan suci yang bisa di lihat.

Pemimpin ini juga yang mengalahkan Hisa dari jejeran kecantikan dan ketampanan nomor satu di kerajaan Uxu.

Hisa mendongak dan mulai berpikir apakah dia harus pulang kerumahnya dan menemui ayahnya yang telah lama tidak dia temui. Tapi untuk menemui dokter tua itu, Hisa sedikit enggan sebab kejadian masa lalu yang tidak ingin dia ingat dengan dokter itu.

"....aku...sedikit enggan untuk pergi," bisik Hisa.

"kenapa? Kenapa kau enggan jika itu menyangkut kesehatan mu sendiri?" tanya Caine dengan sedikit amarah, dia tidak ingin kejadian dirinya memukul Hisa yang keras kepala terulang lagi.

"Karena....aku tidak ingin meninggalkan Caramel." dia berkata dengan alasan basi yang pernah dia gunakan untuk menipu Caine. "jika aku meninggalkannya dia akan kesepian, atau bahkan tidak makan sampai kurus hingga tersisa tulang dan kulit—"

Caine menyela sambil menepuk dahi Hisa. "omong kosong."

1
Potato Brainless
semangat up Thor, mampir juga di Beyond the Abstract/Determined//Joyful/
Daisy
Empati kuat!
barbiquiu2011
Bahasanya halus banget!
Washi
Jalan ceritanya mantap!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!