🏆 Novel Spektakuler 🏆
Kisah Soraya sungguh menyedihkan sekali karena dia harus mengalami kematian yang memilukan akibat kesalahan yang dia perbuat.
Tidak mempercayai cinta Samuel, suaminya yang menyebabkan suami yang sangat mencintainya itu mati karena telah menyelamatkan hidupnya.
Sayangnya, dia turut mati bersama Samuel setelah tragedi ledakan hebat itu terjadi pada mereka berdua.
Soraya terlahir kembali diwaktu sebelum peristiwa naas itu terjadi, dia kembali ke masa dia akan menemui Kevin, teman laki-lakinya yang memanfaatkan dirinya.
Dan dia juga harus berhadapan dengan para gangster lorong kucing yang menyekap Samuel dikelahirannya kembali.
Apakah semua kejadian saling berkaitan yang menyebabkan kematiannya dengan Samuel ?
Bagaimana kisah takdir cinta mereka berdua ?
Dapatkah Soraya menemukan kebenaran ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Kita Sama
Soraya mematut lama dicermin, memastikan kembali riasan wajahnya karena hari ini, Samuel akan pulang dari rumah sakit.
Mereka membuat janji untuk pulang ke rumah bersama-sama.
Soraya berencana menjemput Samuel dirumah sakit lalu membawanya pulang setelahnya. Dengan segenap semangat tinggi, Soraya mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke rumah sakit.
Dipilihnya sebuah gaun berwarna merah favoritnya seraya membiarkan rambut indahnya terurai panjang.
Soraya berputar-putar lama didepan cermin, memperhatikan penampilannya lagi.
Terlihat tubuh Soraya yang agak kurusan dari sebelumnya, wajahnya tampak tirus tapi segar dipandang.
Kecantikan Soraya semakin memancar keluar ketika dia merias wajahnya dengan sapuan tipis serta melengkapi riasannya dengan lipstik yang sama menyalanya dengan warna gaun yang dia kenakan, merah.
Senyum tipis menghias sudut bibirnya yang merah.
"Kuharap Samuel akan menyukai penampilanku ini, dan berniat mengajakku naik ke atas ranjang malam ini", ucap Soraya seraya tersenyum-senyum malu.
Soraya menangkupkan kedua tangannya kearah pipinya yang merona merah.
Tampak kedua matanya berbinar-binar riang saat mengetahui bahwa Samuel akan segera pulang ke rumah.
"Nyonya Soraya, apa nyonya akan menjemput tuan Samuel dengan jalan kaki ?" tanya Linda.
Linda berdiri didekat pintu kamar yang terbuka lebar untuk menanyakan pada Soraya tentang rencana keberangkatannya ke rumah sakit hari ini.
Soraya segera menoleh ke arah Linda yang sudah menunggunya didepan pintu masuk kamarnya.
"Aku akan mengendarai mobilku sebab aku akan menjemput sendiri Samuel dari rumah sakit", kata Soraya lalu tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu, akan saya antarkan anda sampai keluar rumah", ucap Linda sembari memberi jalan pada Soraya.
"Ya, baiklah...", sahut Soraya lalu tertawa cerah.
Soraya melangkah keluar kamarnya lalu diikuti oleh Linda dari belakang.
Hari ini penampilan Soraya benar-benar sangat cantik, wajahnya yang berseri-seri menambah keanggunan Soraya.
Sejumlah orang telah menunggu Soraya untuk turun dari lantai atas lalu berjalan menghampirinya.
"Apa sudah siap untuk berangkat ke rumah sakit ?" tanya salah seorang pengawal pribadi pada Soraya.
"Ya, aku sudah siap sejak tadi", jawab Soraya seraya mengangguk pelan.
"Mari saya antarkan nyonya menuju mobil, kami akan mengantarkan anda ke rumah sakit", kata pengawal itu.
"Aku membawa mobil sendiri, tidak ikut satu mobil dengan kalian", sahut Soraya yang berhenti tepat didekat meja bundar ditengah-tengah ruangan ketika pengawal pribadi itu menghampirinya.
"Tapi kami tidak bisa membiarkan anda pergi sendirian", ucap pengawal itu dengan sikap santunnya.
"Kenapa ?" tanya Soraya.
"Sesuai anjuran perintah tuan Samuel, kami tidak bisa membiarkan anda menyetir mobil sendiri dan kami harus mematuhi perintah tuan Samuel", sahut pengawal itu.
"Ya, Tuhan... ! Tidak bisakah kalian membebaskanku barang sejenak, tak perlu terus-menerus merasa khawatir terhadapku... ?!" ucap Soraya dengan senyuman.
"Tapi ini adalah perintah tuan Samuel, kami tidak bisa mengacuhkan hal ini, nyonya", sahut pengawal itu.
"Baiklah..., baiklah..., baiklah...", ucap Soraya seraya mengibaskan tangannya pelan.
Soraya lalu menyerahkan kunci mobil miliknya kepada Linda.
"Tolong simpan kunci mobilku ini sampai aku datang kembali, Linda !" ucapnya.
"Siap, nyonya", sahut Linda saat menerima kunci mobil dari Soraya.
Soraya kembali memperhatikan ke arah pengawal yang berdiri disampingnya lalu berkata.
"Mari kita pergi dari sini dan segera jemput Samuel dari rumah sakit !" kata Soraya.
Soraya berjalan pergi ke arah luar rumah dengan diikuti sejumlah pengawal pribadi yang berjalan berbaris rapi dibelakangnya.
Mereka bergerak cepat menuju mobil yang terparkir didepan rumah.
Tak lama kemudian, mobil yang mereka naiki melaju cepat menuju keluar halaman rumah, bergerak pergi.
...***...
Rumah Sakit...
Soraya telah tiba dirumah sakit dan sekarang dia berada satu ruangan kamar bersama Samuel yang telah menunggunya datang menjemputnya.
Saat Soraya masuk ke dalam kamar, tampak wajah Samuel berseri-seri ceria, menyambut kedatangan istrinya itu.
Tak sabar Samuel lalu dia berjalan menghampiri Soraya seraya membentangkan kedua tangannya ke arah samping tubuhnya.
"Sayang, kau terlihat mempesona hari ini ! Sudah lama aku menunggumu datang kemari !" kata Samuel dengan tawa ceria.
"Apa kabarmu, Samuel ?" balas Soraya saat suaminya itu berjalan menghampiri dirinya.
"Tidakkah kau lihat keadaanku sekarang ?" sahut Samuel sembari tertawa.
Samuel memutar tubuhnya didepan Soraya, menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja saat ini.
"Ya, ya, ya, aku dapat melihatnya bahwa kau dalam keadaan baik-baik saja dan kau berhasil meyakinkanku", sahut Soraya seraya melipat kedua tangannya kedepan dada lalu terseyum ke arah Samuel yang berdiri dihadapannya.
"Apa kita bisa pulang sekarang ?" tanya Samuel yang berdiri dengan berkacak pinggang.
"Tentu saja, apa yang kau tunggu sekarang ?" sahut Soraya lalu berjalan mendekati Samuel seraya memeluknya erat.
Wajah Soraya tidak bisa disembunyikan lagi dari perasaan bahagia ketika dia melihat Samuel, pria yang dipujanya itu pulih kembali kesehatannya.
Rasa terharu mengalir ke dalam hatinya saat melihat suaminya kembali sehat seperti sediakala.
"Aku senang kamu bisa pulang kembali ke rumah dalam kondisi baik-baik saja, Samuel", ucap Soraya.
Tampak kedua mata Soraya berkaca-kaca sendu ketika dia memeluk erat tubuh Samuel.
Samuel menanggapi ucapan Soraya dengan senyuman lembutnya lalu membelai rambut indah istrinya itu.
"Akhirnya kita bisa bersama lagi, sayang", ucap Samuel berbisik lembut ditelinga Soraya.
"Dan aku sudah tidak sabar lagi untuk mengajakmu pergi bersamaku, Samuel", kata Soraya.
Soraya menengadahkan kepalanya ke arah Samuel lalu menatapnya dengan penuh perasaan.
Diam-diam Soraya mulai mengagumi suaminya itu yang sangat sabar terhadap dirinya.
"Samuel, apa kau mau menemaniku kemanapun yang aku pinta ?" tanya Soraya.
"Kau ingin mengajakku kemana ?" tanya Samuel.
"Berjalan-jalan berdua sepanjang hari", kata Soraya.
"Tapi setidaknya ada tempat yang kita tuju untuk berjalan-jalan, katakan saja kemana semestinya kita akan pergi", sahut Samuel.
"Aku ingin mengajakmu keluar rumah, menghabiskan waktu kita disuatu tempat yang romantis jika itu memungkinkan", ucap Soraya.
"Ya, baiklah jika itu yang kamu inginkan, kenapa tidak, kita lakukan saja apa yang menjadi keinginan kita tanpa harus berpikir lagi", sahut Samuel.
"Kita akan memikirkan tempat yang akan kita kunjungi dan sekarang, sebaiknya kita segera pulang", kata Soraya.
"Aku sudah merindukanmu, sayang", bisik Samuel ditelinga Soraya.
"Aku juga sama sepertimu, betapa kesepiannya diriku tanpamu, Samuel", sahut Soraya lalu mengecup mesra bibir Samuel.
"Cintaku, hidupku serta jiwaku", ucap Samuel seraya membalas kecupan mesra dari bibir Soraya.
Keduanya kembali berciuman mesra didalam kamar rumah sakit sewaktu hendak pulang, gairah mulai bangkit diantara pasangan yang sedang dimabuk cinta itu.
Samuel yang telah kembali kesehatannya merasakan gelora asmara dalam dirinya muncul membara kuat.
Diangkatnya tubuh Soraya saat mereka berpelukan erat serta tenggelam dalam lautan asmara.
"Umm, Soraya...", bisik Samuel disela-sela ciumannya.
Samuel terus menggumamkan nama Soraya setiap mereka bersentuhan.
"Soraya cintaku...", ucap Samuel.
Samuel merapatkan tubuh Soraya ke arah dinding kamar rumah sakit dengan gencarnya menciumi bibir istrinya itu.
"Soraya..., hidupku...", kata Samuel dengan nada penuh cinta terhadap Soraya.
Keduanya saling berpelukan erat sembari terus berciuman mesra sedangkan kedua mata mereka sama-sama terlihat sendu dan tenggelam dalam gairah nafsu.
Soraya membalas setiap ciuman Samuel yang menyerangnya tanpa henti, membuat gaun warna merah yang Soraya kenakan berubah kusut masai, tak beraturan.
Tidak ada lagi yang tersisa untuk ditampilkan oleh Soraya dihadapan Samuel saat ini karena semuanya telah berubah tak menentu dari penampilan perempuan berparas cantik itu.