NovelToon NovelToon
Warm Life

Warm Life

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Wanita Karir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ariadna Vespera

. Tak terasa saat Farah melihat jam ditangannya waktu sudah menunjukkan pukul 12: 00 siang. saatnya jam makan siang. Farah yang kelaparan pun langsung turun kebawah untuk menuju kantin, namun! Dia terusik dengan perkataan salah satu tamu disana yang mengatakan ada dokter psikiater baru yang datang, seketika jantungnya mulai berdebar kencang . “Apakan itu kakak?“ ucap batinnya.Dan disaat yang bersamaan,
Farah hampir menabrak seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16

"Oh, tidak aku hanya heran kenapa saat keluar

wartawan mengejar ku." Jawab Farah.

"Itu Karna kamu menjadi kekasih atlet

terkenal." Jawab Iplan dengan santai.

Farah terkejut bagaimana bisa dia tidak menyadari

bahwa perkataan Ruel tadi yang membuatnya di kejar wartawan.

Padahal Ruel sudah mengatakan jawaban yang ingin

dia ketahui tapi karna terlalu fokus pada pandangan Ruel, Farah jadi tidak

menyadari hal itu.

"Iplan, apakah kau percaya dengan rumor

itu?" Tanya Farah.

"Aku mau percaya tapi tidak bisa." Jawab

Iplan.

Farah yang masih kebingungan bagaimana caranya

menghadapi rumor yang tidak benar ini dan cara menghindari wartawan.

Sepertinya Farah harus berada di kamar saja

beberapa hari ini, untuk menghindari masalah yang lebih besar.

Farah di rawat di rumah sakit yang sama dengan

Tempat orang tuanya bekerja.

Saat mendengar berita itu ibunya sangat marah,

karna jika Farah bukan dokter setidaknya calon suaminya adalah seorang dokter

bukannya malah atlet.

Ibunya yang baru saja memeriksa semua pasiennya

langsung menghampiri Farah.

Bagaimana cara mereka tahu di mana kamar Farah,

ternyata di internet sudah tersebar. Karna itu mereka bisa dengan mudah

menemukannya. Tanpa harus bertanya terlebih dahulu.

Saat ibunya masuk ke kamar Farah tanpa mengetuk

pintu terlebih dahulu.

"Bisa-bisanya kamu menjadi kekasih seorang

atlet bukan dokter." Ucap ibunya.

"Bunda memang boleh berpendapat atau

memperingatkan aku, kalau bunda sampai menekan bahkan mewajibkan aku untuk

menuruti perintah bunda itu sudah tidak bisa aku terima lagi." Ucap Farah

tegas.

Tidak lama setelah itu ayahnya Farah pun datang. Di

saat yang bersamaan ibunya Farah pergi dengan wajah yang kesal dan marah.

"Kamu tidak papa?" Tanya ayah.

"Iyah, aku tidak papa." Jawab Farah.

"Lain kali jika mempunyai masalah jangan

sampai mempengaruhi orang tua." Ucap Ayah.

Lalu ayahnya Farah meninggal dia begitu saja. Farah

lelah dengan semua sikap itu, benar-benar lelah tapi lagi-lagi Farah tak bisa

meninggalkan orang tuanya. Farah kesal dengan kehendak dan emosinya yang tidak

dapat bekerja sama saa berurusan dengan orang tuanya, itu sangat menjengkelkan.

Iplan yang sangat terkejut bahwa Farah anak dari

dua dokter kelas atas di rumah sakit hanya bisa terdiam, bahkan jika benar

Farah juga adalah cucu direktur utama rumah sakit. Apakah aku berurusan dengan

orang yang salah pikir Iplan.

"Xargus... Aku pamit dulu." Ucap Iplan.

Farah yang sudah sangat lelah dengan menahan banyak

emosi saat menghadapi orang tuanya hanya menatap Iplan tajam saat berpamitan.

Waktu pun mulai berlalu tidak ada yang mengunjungi

Farah dari saat itu tiga hari berlalu, Akhirnya Farah di perbolehkan pulang

dari rumah sakit.

Farah juga memulai pekerjaannya seperti biasa

namun, dia tidak pulang ke rumahnya selama satu Minggu terakhir. Farah juga

hanya mengurung diri di kantornya. Di saat-saat seperti itu Farah sangat

menyeramkan. Bahkan jika dia memaksa untuk senyum tapi dia juga berusaha untuk

tetap profesional dalam bekerja.

Setelah satu Minggu Farah memutuskan untuk pindah

dari rumah orang tuanya.

Mencari apartemen dekat rumah sakit yang cocok

untuknya. Farah membeli apartemen yang kecil untuk ukuran gajih besar seperti

dia. Ukuran apartemennya hanya 5 × 6 meter persegi, tidak ada kamar tambahan.

Hanya ada satu kasur dengan lemari di bawahnya, rak buku didinding sebelah

kanan rumah dan ada dapur kecil di sebelah kiri rumah. Farah puas dengan

pilihannya.

Farah pindah tanpa meminta izin dengan orang

tuanya, dia hanya berpamitan dengan bibi dan paman yang menjaga rumahnya. Farah

juga memindahkan barang-barangnya saat orang tuanya sedang bekerja.

Farah sangat puas dengan keputusannya, hati dia

juga lebih tenang dari biasanya.

Hari-hari baru pun di mulai.

Sudah lama Farah tidak mengunjungi ibu, hari ini

juga sedang hari libur jadi Farah berpikir untuk menghabiskan waktunya dengan

membantu ibu di toko bunga.

"Pagi ibu." Farah memberi salam.

"Kamu baik-baik saja nak? Ibu benar-benar

khawatir tapi Rendi selalu melarang ibu untuk menjenguk mu." Ucap ibu.

Farah terkejut saat ibu mengetahui bahwa dua di

rawat di rumah sakit.

Ooh... Saat dia Sadar bahwa beritanya dengan Rendi

ada dimana-mana.

"Tidak papa Bu, aku juga akan begitu jika

menjadi Rendi." Sahut Farah menenangkan.

Farah dan ibu pun mulai merapikan bunga-bunga yang

ada di toko melayani pelanggan yang datang, menyirami bunga agar tetap segar,

bahkan menyiapkan pesanan-pesan yang sangat banyak untuk di kirim.

"Apakah ibu tidak lelah mengerjakan semua ini

sendirian?" Tanya Farah.

"Ibu tidak sendirian, kan ada kamu di

sini." Jawab ibu.

"Bukan seperti itu maksudku, jika hari-hari

biasa siapa yang membantu ibu." Ucap Farah.

"Jika kamu melakukan sesuatu yang kamu senangi

dan kamu menikmati setiap pekerjaan itu maka, kamu akan bertahan walau lelah

mengerjakannya sendirian." Sahut ibu.

Farah tidak dapat menyangkal perkataan dari ibu

Karna dia juga seperti itu.

Tapi Farah kebingungan kenapa ibu tidak menanyakan

kebenaran dari berita yang sedang beredar tentang dirinya dan Rendi.

Hingga malam tiba Farah masih bersama dengan ibu,

Farah juga membantu ibu membuat kue saat sore hari setelah selesai bekerja di

toko bunga. Waktu makan malam pun tiba.

Rendi juga baru saja pulang dan ikut makan bersama,

Farah ingin sekali mempertanyakan bagaimana cara menghadapi para wartawan yang

terus menanyakan tentang kebenaran rumor mereka. Dan sepertinya Rendi juga peka

terhadap hal itu

"Aku akan mengantarmu pulang." Ucap

Rendi.

"Bukankah kau lelah, jika ada yang ingin di

bicarakan saat ini saja. Tidak perlu mengantarkan ku pulang, aku tidak ingin

menyulitkan mu." Sahut Farah.

"Aku akan mengantarmu." Ucap Rendi

kembali.

Farah tau jika dia tidak menuruti permintaan dari

Rendi dia tidak akan bisa pulang. Dan akhirnya Farah menyetujui permintaan

Rendi.

Saat di dalam mobil Farah langsung menanyakan

tentang rumor yang sedang beredar itu dan bagaimana mana cara mengatasi para

wartawan. Rendi hanya menyuruh Farah untuk melakukan sesukanya tapi bukan itu

yang Farah harapkan dari jawaban Rendi.

Kejadian malang pun kembali menimpa mereka, mungkin

karna tidak suka dengan kabar yang sedang beredar saat itu. Ada segerombolan

orang yang melempari mobil Farah dengan batu, Rendi pulang mengantarkan Farah

bukan memakai mobilnya.

Ada satu kaca yang masih belum di perbaiki oleh

Farah saat kejadian Reno. Jadi batu yang di lempar tepar mengenai kepala Farah

hingga membuat kepalanya kembali berdarah namun, kali ini dia tidak pingsan.

Rendi melajukan mobilnya sehingga segerombolan orang itu tidak dapat mengejar

mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!