. Tak terasa saat Farah melihat jam ditangannya waktu sudah menunjukkan pukul 12: 00 siang. saatnya jam makan siang. Farah yang kelaparan pun langsung turun kebawah untuk menuju kantin, namun! Dia terusik dengan perkataan salah satu tamu disana yang mengatakan ada dokter psikiater baru yang datang, seketika jantungnya mulai berdebar kencang . “Apakan itu kakak?“ ucap batinnya.Dan disaat yang bersamaan,
Farah hampir menabrak seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Oh, tidak aku hanya heran kenapa saat keluar
wartawan mengejar ku." Jawab Farah.
"Itu Karna kamu menjadi kekasih atlet
terkenal." Jawab Iplan dengan santai.
Farah terkejut bagaimana bisa dia tidak menyadari
bahwa perkataan Ruel tadi yang membuatnya di kejar wartawan.
Padahal Ruel sudah mengatakan jawaban yang ingin
dia ketahui tapi karna terlalu fokus pada pandangan Ruel, Farah jadi tidak
menyadari hal itu.
"Iplan, apakah kau percaya dengan rumor
itu?" Tanya Farah.
"Aku mau percaya tapi tidak bisa." Jawab
Iplan.
Farah yang masih kebingungan bagaimana caranya
menghadapi rumor yang tidak benar ini dan cara menghindari wartawan.
Sepertinya Farah harus berada di kamar saja
beberapa hari ini, untuk menghindari masalah yang lebih besar.
Farah di rawat di rumah sakit yang sama dengan
Tempat orang tuanya bekerja.
Saat mendengar berita itu ibunya sangat marah,
karna jika Farah bukan dokter setidaknya calon suaminya adalah seorang dokter
bukannya malah atlet.
Ibunya yang baru saja memeriksa semua pasiennya
langsung menghampiri Farah.
Bagaimana cara mereka tahu di mana kamar Farah,
ternyata di internet sudah tersebar. Karna itu mereka bisa dengan mudah
menemukannya. Tanpa harus bertanya terlebih dahulu.
Saat ibunya masuk ke kamar Farah tanpa mengetuk
pintu terlebih dahulu.
"Bisa-bisanya kamu menjadi kekasih seorang
atlet bukan dokter." Ucap ibunya.
"Bunda memang boleh berpendapat atau
memperingatkan aku, kalau bunda sampai menekan bahkan mewajibkan aku untuk
menuruti perintah bunda itu sudah tidak bisa aku terima lagi." Ucap Farah
tegas.
Tidak lama setelah itu ayahnya Farah pun datang. Di
saat yang bersamaan ibunya Farah pergi dengan wajah yang kesal dan marah.
"Kamu tidak papa?" Tanya ayah.
"Iyah, aku tidak papa." Jawab Farah.
"Lain kali jika mempunyai masalah jangan
sampai mempengaruhi orang tua." Ucap Ayah.
Lalu ayahnya Farah meninggal dia begitu saja. Farah
lelah dengan semua sikap itu, benar-benar lelah tapi lagi-lagi Farah tak bisa
meninggalkan orang tuanya. Farah kesal dengan kehendak dan emosinya yang tidak
dapat bekerja sama saa berurusan dengan orang tuanya, itu sangat menjengkelkan.
Iplan yang sangat terkejut bahwa Farah anak dari
dua dokter kelas atas di rumah sakit hanya bisa terdiam, bahkan jika benar
Farah juga adalah cucu direktur utama rumah sakit. Apakah aku berurusan dengan
orang yang salah pikir Iplan.
"Xargus... Aku pamit dulu." Ucap Iplan.
Farah yang sudah sangat lelah dengan menahan banyak
emosi saat menghadapi orang tuanya hanya menatap Iplan tajam saat berpamitan.
Waktu pun mulai berlalu tidak ada yang mengunjungi
Farah dari saat itu tiga hari berlalu, Akhirnya Farah di perbolehkan pulang
dari rumah sakit.
Farah juga memulai pekerjaannya seperti biasa
namun, dia tidak pulang ke rumahnya selama satu Minggu terakhir. Farah juga
hanya mengurung diri di kantornya. Di saat-saat seperti itu Farah sangat
menyeramkan. Bahkan jika dia memaksa untuk senyum tapi dia juga berusaha untuk
tetap profesional dalam bekerja.
Setelah satu Minggu Farah memutuskan untuk pindah
dari rumah orang tuanya.
Mencari apartemen dekat rumah sakit yang cocok
untuknya. Farah membeli apartemen yang kecil untuk ukuran gajih besar seperti
dia. Ukuran apartemennya hanya 5 × 6 meter persegi, tidak ada kamar tambahan.
Hanya ada satu kasur dengan lemari di bawahnya, rak buku didinding sebelah
kanan rumah dan ada dapur kecil di sebelah kiri rumah. Farah puas dengan
pilihannya.
Farah pindah tanpa meminta izin dengan orang
tuanya, dia hanya berpamitan dengan bibi dan paman yang menjaga rumahnya. Farah
juga memindahkan barang-barangnya saat orang tuanya sedang bekerja.
Farah sangat puas dengan keputusannya, hati dia
juga lebih tenang dari biasanya.
Hari-hari baru pun di mulai.
Sudah lama Farah tidak mengunjungi ibu, hari ini
juga sedang hari libur jadi Farah berpikir untuk menghabiskan waktunya dengan
membantu ibu di toko bunga.
"Pagi ibu." Farah memberi salam.
"Kamu baik-baik saja nak? Ibu benar-benar
khawatir tapi Rendi selalu melarang ibu untuk menjenguk mu." Ucap ibu.
Farah terkejut saat ibu mengetahui bahwa dua di
rawat di rumah sakit.
Ooh... Saat dia Sadar bahwa beritanya dengan Rendi
ada dimana-mana.
"Tidak papa Bu, aku juga akan begitu jika
menjadi Rendi." Sahut Farah menenangkan.
Farah dan ibu pun mulai merapikan bunga-bunga yang
ada di toko melayani pelanggan yang datang, menyirami bunga agar tetap segar,
bahkan menyiapkan pesanan-pesan yang sangat banyak untuk di kirim.
"Apakah ibu tidak lelah mengerjakan semua ini
sendirian?" Tanya Farah.
"Ibu tidak sendirian, kan ada kamu di
sini." Jawab ibu.
"Bukan seperti itu maksudku, jika hari-hari
biasa siapa yang membantu ibu." Ucap Farah.
"Jika kamu melakukan sesuatu yang kamu senangi
dan kamu menikmati setiap pekerjaan itu maka, kamu akan bertahan walau lelah
mengerjakannya sendirian." Sahut ibu.
Farah tidak dapat menyangkal perkataan dari ibu
Karna dia juga seperti itu.
Tapi Farah kebingungan kenapa ibu tidak menanyakan
kebenaran dari berita yang sedang beredar tentang dirinya dan Rendi.
Hingga malam tiba Farah masih bersama dengan ibu,
Farah juga membantu ibu membuat kue saat sore hari setelah selesai bekerja di
toko bunga. Waktu makan malam pun tiba.
Rendi juga baru saja pulang dan ikut makan bersama,
Farah ingin sekali mempertanyakan bagaimana cara menghadapi para wartawan yang
terus menanyakan tentang kebenaran rumor mereka. Dan sepertinya Rendi juga peka
terhadap hal itu
"Aku akan mengantarmu pulang." Ucap
Rendi.
"Bukankah kau lelah, jika ada yang ingin di
bicarakan saat ini saja. Tidak perlu mengantarkan ku pulang, aku tidak ingin
menyulitkan mu." Sahut Farah.
"Aku akan mengantarmu." Ucap Rendi
kembali.
Farah tau jika dia tidak menuruti permintaan dari
Rendi dia tidak akan bisa pulang. Dan akhirnya Farah menyetujui permintaan
Rendi.
Saat di dalam mobil Farah langsung menanyakan
tentang rumor yang sedang beredar itu dan bagaimana mana cara mengatasi para
wartawan. Rendi hanya menyuruh Farah untuk melakukan sesukanya tapi bukan itu
yang Farah harapkan dari jawaban Rendi.
Kejadian malang pun kembali menimpa mereka, mungkin
karna tidak suka dengan kabar yang sedang beredar saat itu. Ada segerombolan
orang yang melempari mobil Farah dengan batu, Rendi pulang mengantarkan Farah
bukan memakai mobilnya.
Ada satu kaca yang masih belum di perbaiki oleh
Farah saat kejadian Reno. Jadi batu yang di lempar tepar mengenai kepala Farah
hingga membuat kepalanya kembali berdarah namun, kali ini dia tidak pingsan.
Rendi melajukan mobilnya sehingga segerombolan orang itu tidak dapat mengejar
mereka.